x

Salah satu tujuan program guru penggerak adalah bagaimana mengajar yang menyenangkan di kelas.Mungkin seperti iklan rexona, kesan pertama begitu menggoda, seterusnya terserah anda. Pembelajaran dengan menyenangkan akan berdampak pada aktivitas yang penuh dengan semangat, serta motivasi yang terus berkembang. Apakah menyenangkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi peserta didik?. Akan dikupas dalam tulisan ini.

Iklan

Ahmad Risani

Pegiat Pendidikan, Penulis buku Netizenokrasi:Sketsa Politik Generasi Milenial
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 28 Mei 2023 14:54 WIB

Memahami Kurikulum Merdeka dari Pemikiran Ki Hadjar Dewantara

Memanusiakan manusia juga berarti menuntun murid untuk mencapai kemerdekaan hakiki. Yang terbebas dari belenggu kebodohan, kemiskinan, dan pemiskinan sistemik. Ia merdeka dalam berfikir, berkehendak, dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya, dengan tetap menghargai dan menghormati kemerdekaan yang dimiliki orang lain. Merdeka, tapi tetap bertanggungjawab atas kemerdekaan tersebut. Bukan bebas membabi-buta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Awal mula ketika Ki Hadjar Dewantara membentuk Taman Siswa, tujuan utamanya ialah menjadi wadah pendidikan bagi masyarakat pribumi. Dari upaya inilah akan melahirkan pribadi-pribadi yang berkarakter kuat untuk melawan penjajahan. Itulah kenapa, salah satu asas dari filosofi Pendidikan yang beliau gagas adalah asas kemerdekaan. Pendidikan untuk memerdekaan manusia sebagaimana kodratnya. Lepas dari belenggu penjajahan, penindasan, dan diskriminasi. Termasuk bebas untuk menggapai apa yang dicita-citakan.

Latar belakang perlawanan ini tidak lepas dari pengalaman hidup yang telah ia jalani di masa penjajahan saat itu. Ki Hadjar bukan saja seorang filosof dan guru dalam arti sempit, tetapi juga sebagai aktivis gerakan dan pejuang kemerdekaan. Beliau adalah model manusia Indonesia yang kompleks dengan berbagai eskalasi gerakan dan kontribusinya. Sehingga kita dapat meneladani beliau dari berbagai sisi. Salah satunya di bidang pemikiran pendidikan. Dengan memegang prinsip bahwa pendidikan sebagai praktik memerdekakan manusia.

Bila kita elaborasi kembali secara mendalam pemikiran Ki Hadjar dari sisi asas kemerdekaan ini, ada beberapa yang perlu menjadi perhatian kita dalam mendidik dan menerapkan tujuan pendidikan nasional secara luas.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pertama, pendidikan hendaknya memanusiakan manusia sebagaimana kodratnya
Pendidikan ditujukan memberi tuntunan terhadap segala kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kabahagiaan yang setinggi-tingginya, serta mengambil peran baik sebagai seorang individu maupu sebagai bagian dari masyarakat.

Seperti yang kita ketahui, kodrat yang dimaksud di sini adalah kodrat yang melekat pada diri seseorang sebagai manusia. Yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Seorang individu hendaknya dituntun sesuai dengan naluri alamiah dan perkembangan psikologisnya, serta tetap berpijak pada perkembangan zaman yang terus berkembang.

Memanusiakan manusia juga berarti menuntun murid untuk mencapai kemerdekaan hakiki. Yang terbebas dari belenggu kebodohan, kemiskinan, dan pemiskinan sistemik. Ia merdeka dalam berfikir, berkehendak, dan menentukan pilihan-pilihan hidupnya, dengan tetap menghargai dan menghormati kemerdekaan yang dimiliki orang lain. Merdeka, tapi tetap bertanggungjawab atas kemerdekaan tersebut. Bukan bebas membabi-buta.

Kedua, pendidikan menjadi kekuatan penyadar dari kondisi yang tidak ideal
Kondisi yang tidak ideal yang dimaksud sangatlah beragam. Bila di zaman Ki Hadjar saat itu adalah kolonialisme dan imperialisme. Maka di zaman ini kita harus melihatnya secara kontekstual. Bisa saja kita melihatnya dari berbagai persoalan sosial yang ada. Bisa pula kita melihatnya dari ruang lingkup pembelajaran di sekolah. Sehingga dari sini, kita dapat mengajak murid (siswa dan mahasiswa) untuk berfikir dan merefleksikan kondisi tersebut menuju kondisi yang ideal. Ideal dalam artian menuju perubahan ke arah yang lebih baik.

Oleh karena itu, untuk menjangkau kemampuan ini, seorang murid hendaknya dibekali karakter yang kuat dan nalar kritis yang mumpuni untuk melihat realitas di sekitarnya. Agar ia tidak terombang-ambing oleh keadaan, dan objektif melihat persoalan. Seorang guru dalam konteks ini, hendaknya menuntun murid untuk menjadi pribadi yang kritis, objektif, dan mampu memberikan solusi alternatif atas masalah yang ia amati.

Ketiga, pendidikan hendaknya berpijak di atas realitas. Dalam ruang lingkup pembelajaran, materi ajar hendaknya menyesuaikan dengan kondisi kekinian, baik dari sifatnya maupun kontennya. Dalam sifatnya, pembelajaran harus dihadirkan ke tengah-tengah murid untuk bisa dikecap, dicium, dirasakan, dan dialami langsung oleh mereka. Ia berpijak di bumi. Dapat dijangkau oleh nalar dan naluri.

Demikian juga dengan kontennya, seorang guru hendaknya kreatif dalam mengemas dan memfasilitasi pembelajaran di sekolah. Ia juga kreatif dalam mengelaborasi situasi geografis dan era kini agar dapat dijadikan pijakan realitas pembelajaran. Sehingga dapat selaras dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang dialami murid.

Keempat, pendidikan bersifat demokratis dan egaliter.
Proses pendidikan adalah proses yang sangat amat menentukan masa depan seorang murid. Secara eksponensial, juga akan berdampak pada sumber daya manusia Indonesia pada umumnya. Produk pendidikan hendaknya tidak saja melahirkan generasi cendekia yang cerdas berilmu, namun juga memiliki kepribadian yang demokratis dan egaliter. Generasi yang siap berdialog dengan siapapun, dan pandai menempatkan diri dan orang lain sebagaimana layaknya. Itulah wujud dari sikap demokratis dan egaliter.

Dalam hal ini, guru hendaknya menerapkan prinsip ini di dalam pembelajaran. Baik pembelajaran di sekolah, maupun dalam proses interaksinya di luar kelas. Ia menjadi teladan untuk menunjukkan kepada murid bahwa kita semua adalah guru, dan kita semua adalah murid, dan setiap tempat adalah sekolah. 

Dengan membudayakan hal tersebut, maka arogansi intelektual seorang guru dapat dikikis, demikian juga dengan murid agar tidak minder dengan pemikiran dan pendapat yang ia pahami. Guru dan murid hendaknya saling berkolaborasi untuk saling mengisi. Bukan saling berebut otoritas ilmu dan pengetahuan.

Merdeka Belajar yang saat ini dicanangkan hendaknya berakar dari budaya saling menghargai dan menghormati antara guru dan murid. Kita harus siap saling memberikan umpan balik positif. Guru belajar dari murid, dan murid belajar dari guru. Guru memberikan keleluasaan bagi murid untuk tumbuh dan berkembang sebagaimana kodratnya.

Sepertihalnya bertani, guru hanya dapat menumbuhkan benih, bukan mengubah benih tersebut menjadi tanaman lain. Tugas guru memastikan murid tumbuh di lahan yang subur. Tidak terhalang oleh hama atau kekurangan unsur hara. Dan keleluasaan untuk tumbuh itulah wujud dari kemerdekaan dalam belajar.[]

Ikuti tulisan menarik Ahmad Risani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler