x

Tan Malaka. Foto: Wikipedia

Iklan

Alita Harya Afrilian

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Mei 2023

Rabu, 31 Mei 2023 19:19 WIB

Catatan Buku: Tan Malaka, Bapak Republik yang Dilupakan

artikel ini adalah catatan yang dibuat dari referensi buku yang berjudul Tan Malaka Bapak Republik yang Dilupakan, seri buku Tempo Bapak Bangsa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapa yang tak kenal Tan Malaka? Beliau salah satu pahlawan nasional yang perjuangannya berarti untuk Indonesia, banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari kisahnya yang menginspirasi. Nama asli Tan Malaka adalah Sutan Ibrahim. Ia diberi gelar Datoek Tan Malaka dalam upacara adat yang menunjukkan bahwa ia adalah orang yang istimewa. Tan Malaka lahir pada 2 Juni 1897 di Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatera Barat.

Tan Malaka merupakan sosok yang dikenal atas karya-karya yang ditulisnya. Namun, ada pula yang tidak mengenalnya, Tan Malaka dianggap sebagai sosok yang misterius dan penuh tanda tanya. Sebagian dari umur Tan, selama kurang lebih 20 tahun ia hidup dalam pelarian, diasingkan ke berbagai negara, dan hidup dari penjara satu ke penjara yang lain.

Semoga kau bahagia selalu di alam sana Tan, semangatmu akan menjadi cerminan untuk ku!

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemerdekaan adalah Anugerah Yang Harus Diraih

‘Kita Bukan Kolabolator, kemerdekaan harus di rebut kaum pemuda, jangan sebagai hadiah’.

 Nada suara yang semangat dikobarkan oleh seorang pria, perkataan tersebut menyiratkan bahwa sebagai anak muda harus berani merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, merdeka bukan sebagai hadiah semata, namun harus diperjuangkan demi masa depan yang indah.

Perjuangan yang dilakukan oleh Tan Malaka untuk merealisasikan kemerdekaan tidaklah mudah, ia menemui tokoh-tokoh perjuangan dengan susah, memakai pakaian sederhana membuatnya tidak kehilangan wibawa dan jati dirinya.

Seorang yang lahir di Sumatera Barat ini mempunyai ide-ide politik yang mantap, ia terus bergerak mengobarkan api kemerdekaan kepada pemuda-pemuda yang ia temui. Salah satunya kepada pemuda yang ada di daerah Banten tepatnya di Bayah, dikawasan ini terdapat tragedy yang memilukan, Indonesi dibawah pendudukan Jepang menjelang kemerdekaan. Dan Bayah menjadi salah satu lokasi pertambangan batu bara Jepang. Hal itu yang membuat hati Tan hancur ketika melihat penderitaan orang-orang dari Jawa dan lokasi setempat yang bekerja dengan upah yang tidak manusiawi untuk membangun rel kereta api.

Akhirnya Tan melebur dan memberikan pelatihan kepada pemuda Banten dan selalu memberikan semangat agar merdeka dari penindasan itu. Tan berkata ‘sebagai rakyat Banten dan pemuda yang telah siap merdeka, kami bersumpah mewujudkan proklamasi itu. Bila Soekarno-Hatta tidak mau menandatanganinya, saya sanggup menandatanganinya asal seluruh rakyat dan bangsa Indonesia menyetujui dan mendukung saya.’. Jika boleh memanggilnya dalam bahasa sunda di daerah ku, ia layak di katakan ‘jalema anu wani memperjuangkeun cita-cita’(orang yang berani memperjuangkan harapan dan cita-citanya)

Pendidikan Merupakan Hak Setiap Insan

Jika manusia tidak didasari oleh ilmu, hidupnya akan sengsara dan akan diperbudak oleh kebodohan, mungkin itu yang terpikirkan oleh Tan Malaka. Begitu mulia hatimu, Tan!

Sekolah rakyat adalah hasil dari pemikiran seorang pahlawan nasional, pendidikan yang layak tidak harus memandang kasta, itulah yang melatarbelakangi mengapa sekolah rakyat ini terbangun, bagaimana bisa suatu daerah yang populasinya banyak namun masyarakatnya kurang pendidikan.

Menurut Tan, ‘Kemerdekaan rakyat hanya bisa diperoleh dengan pendidikan kerakyatan’. Ia mendirikan sekolah ini mempunyai banyak tujuan, selain ia berharap muridnya bisa mempelajari bagaimana menulis, berhitung, dan menguasai ilmu yang telah diajarkan. Tan juga berharap melalui sekolah yang ia dirikan ini muridnya bisa bermanfaat bagi negaranya, dalam berbagai pergerakan yang bertujuan untuk kepentingan hak orang banyak.

Gerakan Ini Melahirkan Pertemanan Yang Berarti

MURBA (musyawarah rakyat banyak) adalah gerakan yang dibuat oleh Tan Malaka untuk melawan kapitalisme dan penjajahan untuk menuju kemakmuran. Teman atau sahabat adalah salah satu unsur penting yang harus ada dalam berbagai aspek keadaan, begitu pun dengan Tan Malaka ia tetap manusia biasa yang memerlukan teman. Slamet Gandhiwijaya, salah satu teman Tan yang ada di Purwokerto, beliau adalah tokoh Murba yang memberikan sumbangsih dana terbanyak untuk kongres di Purwokerto, demi terselenggaranya kongres tersebut, sebidang sawah berpindah tangan.

Slamet adalah seseorang yang berpengaruh dalam perjalanan hidup Tan, begitu pun dengan pasangan hidup slamet, yaitu seorang istri yang bernama Martini. Tan Malaka adalah salah satu dari banyaknya orang yang dicari oleh musuh, Martini inilah salah satu yang melindungi keberadaan Tan melalui pengakuan yang tidak benar apabila Tan kabur menghindar.

“Kadang dalam hidup mengucapkan ketidakbenaran adalah jalan yang benar”

Bentuk Negara

Republik Indonesia, secara nyata ini adalah hasil dari pemikiran Tan Malaka yang tertuang dalam sebuah buku yang ia tulis jauh sebelum Indonesi merdeka. Presiden Bung Karno selalu membawa buku yang ditulis oleh Tan dan membacanya ‘Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia)’ itulah judulnya.

Secara keseluruhan, buku ini menegaskan visinya tentang cita-cita negara Indonesia yang berdaulat penuh, tanpa campur tangan imperialis. Tidak hanya Bung Karno, Moh.Yamin pun membacanya. Selangkah lebih maju dengan kondisi Indonesia era itu, pernyataan ini pantas disematkan pada sosok Tan. Siapa sangka seorang yang dianggap misterius dan penuh tanda tanya ini adalah penggagas awal bentuk negara kita, yaitu REPUBLIK INDONESIA. Hingga tercantum pada pasal 1 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan bahwa bentuk Negara Indonesia adalah Republik.

Simpulan

Kemajuan IPTEK pada saat ini memudahkan untuk mengetahui biografi pahlawan yang ada di Indonesia, tanpa harus mendatangi tempat bersejarah informasi dapat dengan mudah diakses. Tan Malaka pahlawan nasional yang selama hidupnya memberikan kisah inspiratif. Semangatnya dalam mengobarkan kemerdekaan dapat dicontoh oleh kaum muda, menjalankan hidup menjadi manusia yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar telah diajarkan kepada Tan sejak ia berada di tanah kelahirannya. Tan merealisasikannya kepada setiap orang yang ditemui.

Bagi Tan, pendidikan adalah prioritas utama, tidak memandang kasta karena pendidikan adalah hak bagi seluruh masyarakat. Politik berjalan berdampingan dengan hidup Tan, sebagian besar hidupnya selalu berkaitan dengan politik, yang mana karena politik serta karya tulisnya, Tan dikenal masyarakat Indonesia. 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Alita Harya Afrilian lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler