x

Iklan

Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Kamis, 8 Juni 2023 06:52 WIB

Arky Gilang Pencipta Inovasi Sistem Konversi Limbah Organik untuk Ketahanan Pangan

Arky Gilang Wahab menginisiais penerapan sistem konservasi limbah organik untuk menciptakan ketahanan pangan di Desa Banjaranyar, Banyumas. Konservasi limbah organik ini mengedepankan pemberdayaan masyarakat, terutama dalam pengelolaan sampah bagi peternak, dan petani untuk peningkatan usahanya. “Semangat yang harus diimplementasikan sekarang adalah semangat sesuatu yang bermanfaat, baik buat lingkungan, manusia dan alam ini,” ucap Arky Gilang Wahab di Awarding 12th SATU Indonesia Awards 2021.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Arky Gilang Wahab, merupakan salah satu sosok pemuda penerima anugerah Astra SATU Indonesia Awards tahun 2021. Dira terpilih di ajang ini karena aktivitasnya dalam penerapan sistem konservasi limbah organik untuk ciptakan ketahanan pangan di Desa Banjaranyar Banyumas.

Konservasi limbah organik yang Arky lakukan mengedepankan pemberdayaan masyarakat, terutama dalam pengelolaan sampah bagi peternak, dan petani untuk peningkatan usahanya.

Banyak orang memandang sampah organik merupakan sumber penyakit, sumber bau dan jarang ada yang mau mengolahnya. Jumlah sampah organik komposisinya lebih banyak dari anorganik dan menghasilkan gas metan. Ternyata Arky mau dan mampu mengolahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Arky melihat bahwa membudidayakan maggot atau larva lalat jenis Black Soldier Fly (BSF) merupakan salah satu solusi dalam mengolah sampah organik yang menumpuk dilingkungan tempat tinggalnya.

BSF dapat mengekstrak energi dan nutrien dari sisa makanan, sampah sayuran, kotoran, bangkai hewan sebagai bahan makanannya. Pemuda lulusan Teknik Geodesi dan Geometika Institut Teknologi Bandung ini memulai pada tahun 2018 dengan mempelajari lebih dalam pemanfaatan maggot.

Masyarakat sekitar tempat dirinya tumbuh di Desa Banjaranyar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah acapkali mengalami gangguan dalam berkegiatan, karena tumpukan dan bau sampah yang tidak sedap. Tentunya, tumpukan sampah selain dapat mengancam kesehatan warga juga kelestarian alam.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Duta Petani Milenial Banyumas mendirikan Greenprosa pada 2018. Greenprosa merupakan sebuah organisasi yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat, terutama dalam pengelolaan sampah, peternak, dan petani untuk membangun usaha.

Program budidaya larva lalat (maggot) menjadi program utama Greenprosa. Budidaya maggot ini dilakukan dengan mengumpulkan sampah organik, kemudian dibawa ke mesin pencacah sampah untuk diolah menjadi bubur sampah.

Sebelum memilih budidaya maggot, Arky menggunakan metode composing untuk mengurai sampah di lingkungannya. Tapi, kemudian ia memilih budidaya maggot karena metode composing dinilai membutuhkan lahan yang luas dan waktu yang lebih lama.

Arky dalam membudidayakan maggot tidak sendirian, ia melakukan bersama adik iparnya. Awalnya ia memulai budidaya maggot dengan 5 gram maggot.

Proses pruduksinya, sampah datang akan di tuang ke conveyor dan masih tercampur antara organik dan anorganik. Sampah dipilah secara manual, sampah yang keras dan punya nilai jual diambil terlebih dahulu secara manual oleh petugas sebanyak 2 sampai dengan 6 orang.

Sedangkan untuk sampah yang masuk ke mesin pemilah otomatis, sampah campur organik dan non organik masuk. Setelah melalui conveyor, semua sampah dimasukkan ke mesin pemilah otomatis. Kapasitas kemampuan mesin pemilah ini yaitu 3-5 kubik sampah per jam.

Setelah dipilah, sampah organik digunakan untuk pakan maggot dimana maggot. Larva lalat ini ketika siap dipanen dibagi dua ada yang dijual ke petani ikan dan ada yang dikeringkan untuk pakan ternak.

Larva BSF sangat bagus untuk pakan alternatif hewan peliharaan terutama ikan dan unggas karena tinggi protein (>30 %) harganya terjangkau dan bermanfaat untuk menjaga imun tubuh hewan.

Selain dijadikan bubur sampah, maggot juga dapat diubah dan diproses menjadi pupuk organik. Pupuk organik hasil olahan maggot berperan dalam peternakan dan pertanian.

Pupuk organik ini memiliki kandungan proteinnya yang lebih banyak daripada pelet ternak biasa atau pupuk kimia. Pupuk lantas dijual kepada petani setempat.

Maggot tidak perlu lahan yang luas karena larva lalat ini memiliki kemampuan memakan sampah organik sebanyak lebih dari tiga kali dari berat tubuhnya kurang dari 24 jam. Dari satu kilogram maggot bisa memangkas dua hingga lima kilogram sampah organik setiap harinya.

Ikuti tulisan menarik Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler