x

ilustr: DNA India

Iklan

Yafet Ronaldies

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Agustus 2022

Sabtu, 24 Juni 2023 19:22 WIB

Perselingkuhan Tak Mungkin Karena Khilaf

Selingkuh tentunya bukan tindakan yang tidak disenggaja. Selingkuh pasti sudah direncakan terlebih dahulu dan mengeluarkan effort lebih. Bagi mereka-mereka yang berhasil selingkuh tanpa ketahuan, itu ibarat mendapatkan hormon oksitosin (hormon cinta).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kali ini penulis bakalan sedikit membahas yang kebetulan lagi ‘apes’, pas memang lagi kena batunya aja, nih. Tulisan kali ini akan mengulas tentang perselingkuhan yang persoalannya diketahui banyak publik, termasuk yang lagi geger di dunia maya saat ini. Mulai dari perselingkuhan para artis-artis dan sebagainya.

Mengapa perselingkuhan artis begitu cepat disorot sosial media dan netizen? Jawabannya sederhana, karena para artis ini adalah public figure, yang di mana-mana namanya terkenal di kalangan milenial. Apalagi pengguna sosial media paling aktif adalah kaum milenial. Maka secara tidak langsung, kasus-kasus dari public figure, pasti akan cepat menjadi trend/sorotan. Coba deh yang ketahuan selingkuh bukan dari kalangan artis, selebgram, pejabat, pasti beritanya hanya cukup sampai tetangga atau kalangan mereka sendiri (tidak meluas).
     

Ambil contoh saja kasus perslingkuhan yang dilakukan Virgoun dan Syahanz, sungguh sudah representasi dua kaum (adam dan hawa). Ini terlepas ketika di awal Virgoun selingkuh, maka seluruh kaum hawa menggangap ‘semua cowok itu sama’. Akan tetapi ketika muncul kabar Syahanz selingkuh melalui aplikasi Gojek, maka disini kita bisa melihat wanita mempunyai akal yang sangat cerdik dalam berselingkuh dalam senyap. Bahkan selingkuh bisa dilakukan dengan berbagai banyak cara dan ada juga jenisnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kalau berdasarkan jenis-jenis selingkuh, menurut penulis itu cuman aada dua: yakni selingkuh secara offline dan selingkuh secara online (via chattingan). Selingkuh secara offline itu sebenarnya resiko ketahuannya sangat besar, apalagi kalau masih satu kota dengan pasangan. Akan tetapi kalau beda kota/pulau dengan pasangan, kemungkingan ketahuan selingkuh itu kisaran 40%, pandai-pandai mencari tempat kencan yang aman aja.

Nah, beda versi kalau selingkuh secara online atau via daring, ini banyak cara dan ragam aplikasi yang bisa digunakan untuk selingkuh secara online. Misal saja yang lagi high topic, chatting-an bersama selingkuhan melalui aplikasi Gojek. Tidak hanya itu, aplikasi macam Tiktok, bahkan lewat Shopee juga bisa selingkuh, melalui via chat di Shopee. Mungkin cara ini udah biasa kali, yak?

Adalah lagi selingkuh secara online yang diluar nalar, yaitu melalui Google Doc. Sueer cara ini sangat diluar akal sehat dan gak pernah kepikiran sama sekali untuk selingkuh melalui cara ini. Emang paling bener ya, segala cara, bahkan jutaan cara dilakukan demi untuk berselingkuh.

Kalau diperhatikan, ternyata selingkuh itu bukan karena khilaf atau dilakukan secara tidak senggaja. Selingkuh itu pasti butuh effort yang lebih, niat, terus butuh pikiran dan tenaga yang lebih. Coba deh bayangain, orang-orang yang mau selingkuh pasti udah punya taktik, persiapan yang matang, bahkan alasan-alasan yang akan dikeluarkan jika ketahuan selingkuh. Bener-bener ya, selingkuh ini, kudu mesti direncakan terlebih dahulu agar tidak ketahuan oleh siapapun.

Memang sih agak ribet itu selingkuh. Akan tetapi bagi mereka-mereka yang berhasil selingkuh, mungkin nih,, seperti mendapatkan kesenangan bahkan gairah yang luar biasa. Ibaratnya seperti mendapatkan hormon “oksitosin” atau hormon cinta. Mencari kebahagiaan dalam versi berbeda, dengan cara selingkuh. Sungguh sangat-sangat unik. Bahkan selingkuh itu bisa loh jadi ‘habit’.

Basically, selingkuh itu salah satu tindakan yang ilegal karena pelaku sudah menikah alias punya pasangan resmi. Akan tetapi satunya selingkuh nah itu yang dikatakan selingkuh itu ilegal. Lantas bagaimana jikalau masih fase pacaran, lalu salah satunya ada yang selingkuh? Apakah itu termasuk hubungan ilegal juga?

Jawabannya bisa dua. Pertama, dalam fase pacaran ketika ada yang selingkuh sebenarnya bukan hubungan yang ilegal kalau selingkuh, karena statusnya masih di dalam zona-zona untuk mencari kecocokkan, kenyamanan yang betul-betul nyaman, bukan pura-pura nyaman, jadi selingkuh dalam konteks pacaran belum bisa dikatakan hubungan yang ilegal. Kemudian, jawaban kedua, adalah walaupun sudah pacaran tetap selingkuh itu ilegal (tidak sah), mengapa demikian? Secara sadar, diawal sebelum memulai sebuah hubungan, pasti akan ada sebuah perjanjian tidak tertulis, seperti harus setia, jangan jalan sama orang lain yang berbeda jenis kelamin dan sebagainya. Secara tidak langsung ada aturan yang mengikat, walaupun masih statusnya pacaran.

Memang ya, secara harafiah selingkuh itu merupakan perilaku yang sangat melanggar komitmen sebuah hubungan, baik itu yang sudah menikah maupun yang masih statusnya pacaran. Untuk saat ini, seolah-olah selingkuh itu hal wajar, hal biasa, bahkan seperti kebiasaan yang mesti dilakukan. Kalau gak dilakukan, gak keren.

Selanjutnya ada dua faktor yang membuat perselingkuhan menjadi marak, faktor pertama itu adalah dari faktor internal. Yang artinya faktor yang berasal dari diri kita sendiri (pribadi lepas pribadi),  hal ini terjadi biasanya karena niat dan pikiran seseorang ingin mencari sensasi dan suasana baru. Seperti yang penulis uraikan di atas, terdapat niat dalam bahasa hukumnya mensrea. Niat menjadi penyakit seseorang ketika ada hasrat untuk berselingkuh karena keinginan diri sendiri bahkan kepengen coba-coba. Mereka-mereka yang terbiasa dan menganggap selingkuh itu hal biasa, secara mental udah kebal kali, kebal terhadap hujat, cacian, olok-olokkan, gosip dan serangan netizen. Kalau ada orang seperti ini, mantap kali lah mentalnya, mental-mental beton.

Kemudian, secara faktor eksternal perselingkuhan dapat terjadi karena faktor dari luar pribadi kita, seperti faktor lingkungan sekitar, pergaulan. Lingkungan dan pergaulan yang nyaman dengan lawan jenis, walau sudah punya pasangan, memungkinkan munculnya peselingkuhan. Misalkan dalam lingkungan kerja, pendidikan, patner atau teman sendiri bisa menjadi momok perselingkuhan karena faktor eksternal. Potensinya sangat besar terjadi perselingkuhan, karena faktor eksternal, dari situ biasanya ada percakapan berduaan, jalan bareng, kerja di dalam satu tempat kerja, dengan satu kerjaan. Bahwa memang benar, perselingkuhan tidak memandang status sosial, tingkat pendidikan, jabatan, bidang profesi, domisili, bahkan gender. Semua bisa selingkuh kapan pun, di mana pun dan dengan siapa pun.

Kalau menurut Dr. Debbie Layton Tholl, Psy.D.,PA, seorang ahli psikolog asal Amerika Serikat, pernah menuliskan diartikelnya, bahwasannya perselingkuhan yang dilakukan oleh orang-orang yang sudah menikah, pada dasarnya bukan karena kebutuhan seksual. Akan tetapi adanya emosional negatif dalam hubungan rumah tangga. Ketika gejolak hubungan sudah mulai memanas, maka ketika salah satu pasangan mencoba mencari orang lain untuk mendapatkan kenyamanan dan ketenangan yang baik, maka larinya pasti ke arah perselingkuhan. Tidak sedikit memang, mereka-mereka yang pergi selingkuh karena dipengaruhi nafsu tinggi karena gairah seksual dengan orang lain, yang bukan pasangannya.

Terakhir penulis mau mengutip buku yang berjudul Selingkuh Itu Indah yang ditulis Agus Noor, Kalimatnya seperti ini: Betapa Cinta yang dilembagakan tidak menjamin kesetiaan. Perselingkuhan justru memberi kita kesempatan untuk mengkaji dan menguji kesetian.

Ikuti tulisan menarik Yafet Ronaldies lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terkini