x

4-dampak-ini-dirasakan-oleh-orang-yang-kamu-beri-komentar-buruk-di-media-sosial

Iklan

Nabila Febrianti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Mei 2023

Senin, 28 Agustus 2023 21:35 WIB

Sesat Pikir dalam Merespon Konten Sensual di Media Sosial


Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa waktu belakangan, jagat dunia maya tengah dihebohkan dengan konten yang dibuat oleh salah satu selebgram kontroversial bernama Oklinfia. Ia membuat konten sensual yang secara terang-terangan mengobjektifikasi tubuh laki-laki. Terlepas dari identitasnya sebagai seorang muslim, Oklinfia memang sering membuat konten-konten sensual yang menimbulkan perdebatan. Sayangnya bukan hanya Oklinfia yang aktif membuat dan menyebarkan konten-konten setipe, namun ada ratusan bahkan ribuan konten kreator yang memilih berkreasi dengan hal-hal tidak senonoh.

Melalui media sosial siapa saja dapat dengan mudah menemukan jenis konten serupa hanya bermodal tagar dan rujukan yang di bangun oleh algoritma. Satu hal menarik dari fenomena tersebut adalah respon netizen yang bertengger dalam kolom komentar. Selain meributkan soal penistaan agama akibat dari identitas diri yang ditonjolkan, kolom komentar juga dipenuhi dengan komentar-komentar sarkas dan ajakan pelaporan terhadap pembuat konten.

Namun, banyak juga di antaranya yang justru memberikan komentar dengan kalimat-kalimat seperti “Kalau laki-laki yang melakukannya pasti langsung dikatakan pelecehan seksual”, “Karena dia perempuan, jadi dia aman”, “Coba kalau laki-laki yang begitu, semua orang berteriak pelecehan!”. Hampir seluruh komentar tersebut diberikan oleh pemilik akun laki-laki, yang secara sederhana dapat disimpulkan bahwa mereka tidak menyadari atau enggan mengakui bentuk pelecehan yang dilakukan oleh perempuan kepada kaumnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ketidaksadaran atau penyangkalan yang dilakukan tercermin dari sesat pikir dalam komentar-komentar yang ada. Hal tersebut bisa saja terjadi akibat dari superioritas dan maskulinitas sebagai dampak budaya patriarki. Superioritas dan maskulinitas yang dimiliki mengkontruksi pemikiran bahwa seksualitas laki-laki adalah penanda kejantanan dan alat kuasa bagi tubuh perempuan. Sehingga, konten-konten sensual yang beredar di media sosial justru semakin mempertebal konstruk-konstruk pemikiran sesat yang mengesampingkan fakta bahwa laki-laki juga dapat mengalami pelecehan oleh lawan jenisnya. Sepanjang perempuan masih dipandang sebagai objek, sepanjang itu pula laki-laki sulit memiliki kesadaran atau pengakuan terhadap pelecehan yang dialami.

Superioritas dan maskulinitas juga membangun egoisitas diri yang sangat berpengaruh terhadap mentalitas laki-laki. Mereka selalu dianggap sebagai kaum yang kuat, berdaya, penuh kuasa, dan berharga diri tinggi. Hal tersebut justru menimbulkan ketakutan apabila lingkungan sosial menganggap atau melabeli mereka sebagai makhluk lemah, terlebih lagi jika berhadapan dengan kaum perempuan.

Objektifikasi dan pelecehan yang mereka alami, apabila di akui secara terang-terangan diasumsikan sebagai suatu hal yang menurunkan harkat dan martabat sehingga secara sosial, mereka tidak lagi dipandang sebagai sosok laki-laki sejati. Hal tersebut menjadi ironi yang sangat bertolak belakang dengan fenomena yang dialami perempuan.

Apabila seorang perempuan mengalami pelecehan seksual, ketakutan untuk berbicara dan mengungkap kebenaran didasari oleh stigma yang melabeli korban sebagai perempuan ‘kotor’, ‘nakal’, ‘tidak suci lagi’, dan berbagai macam stigma lain yang memperparah kondisi mental dan trauma korban. Namun apabila seorang laki-laki mengalami pelecehan seksual, ketakutan untuk berbicara dan mengungkap kebenaran didasari oleh stigma yang melabeli korban sebagai laki-laki ‘lemah’, ‘tidak jantan’, ‘lembek’ dan lain sebagainya.

Patriarki menyuburkan konstruk pemikiran mengenai seksualitas yang amat sangat bertolak belakang. Bagi laki-laki seksualitas adalah kekuataan, kejantanan dan kejayaan. Sementara bagi perempuan seksualitas adalah hal memalukan, kotor dan nakal. Padahal, tidak ada beda mengenai makna seksualitas bagi siapapun yang berkelamin. Seksualitas adalah seksualitas yang diberikan tuhan sebagai berkah kehidupan dan satu kesatuan dalam tubuh manusia tanpa label penggiringnya.

Kenyataannya, Oklinfia dan kreator lainnya yang mengunggah konten serupa adalah pelaku yang secara nyata melakukan pelecehan seksual. Mereka berkontribusi terhadap kejahatan-kejahatan berbasis gender serta melanggengkan kultur patriarki yang susah payah sedang di perangi.

Padahal jika dilihat sedikit lebih dalam, kultur patriarki ini tidak hanya membabat habis kemerdekaan perempuan sebagai individu atau kelompok berkedudukan setara di mata hukum dan agama, namun juga merugikan eksistensi laki-laki yang secara tidak sadar juga turut ditindas melalui superioritas dan maskulinitas palsu.

Alih-alih mengakui bahwa mereka mengalami pelecehan seksual, sesat pikir yang dimiliki justru menumbuhkan kebencian kepada perempuan dengan tameng yang tidak masuk akal. Apapun jenis kelaminnya, siapapun yang melakukannya, pelecehan seksual tetaplah sebuah kejahatan.

Padahal, upaya mewujudkan kesetaraan tidak sedikitpun memiliki maksud tersembunyi untuk menindas dan mengucilkan peran laki-laki. Melainkan turut memberikan kesempatan bagi laki-laki untuk keluar dari jerat kultur patriarki yang memenjarakan mereka dalam superioritas dan maskulinitas palsu. Menjadi lebih jujur dan berani untuk menyampaikan kebenaran dan mengupayakan keadilan tidak membuat siapapun kehilangan nilai diri, menajatuhkan martabat serta menandakan kelemahan. Melainkan memvalidasi rasa kemanusiaan yang dimiliki bahwa sebagai manusia yang hidup didunia dengan kondisi sosial seperti sekarang ini, kebutuhan untuk saling mendukung dan bersuara adalah hal konkret yang mestinya dilakukan. Melawan kejahatan yang menimpa diri sendiri atau orang lain adalah kekuatan yang harus terus dipupuk untuk dapat tumbuh subur dan menyebar luas.

Ikuti tulisan menarik Nabila Febrianti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu