x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Rabu, 27 September 2023 19:42 WIB

Mencari Toko Buku Semut Alas di Kota Malang

Toko buku Semut Alas mungkin belum banyak dikenal di Indonesia. Meskipun demikian toko buku ini memiliki kekahasan. Ia memiliki perbedaan dengan toko buku lainnya. Apa saja bedanya? Sila baca terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh:  Bambang Udoyono

Sejak bulan Maret 2023 istri saya mengajak jalan jalan ke Malang, Jawa Timur.  Alasan pertama karena dia belum pernah menginjakkan kaki di Malang sedangkan beberapa temannya mengatakan bahwa Malang punya destinasi wisata yang indah dan jajanan yang enak.  Alasan kedua karena komunitas SMP-nya mengadakan acara reuni di Malang.  Jadi kloplah kedua alasan tadi.

Pada tanggal 14 September 2023 saya sudah berada di Kota Malang Jawa Timur.  Selain jalan jalan dan beli oleh-oleh saya juga ingin mengunjungi sebuah toko buku.  Saya mendapat informasi tentang toko buku ini dari majalah Tempo yang terbit di bulan Juni 2023.  Karena saya seorang kutu buku maka liputan tentang sebuah toko buku tentu sangat menarik perhatian saya.  Toko buku Semut Alas, demikian namanya,  menjadi tujuan yang saya cari.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya menemukan keterangan lokasinya dari Google Maps lalu saya sengaja menginap di Kawasan Tlogo Mas agar dekat dengan lokasi toko buku tersebut.  Sore hari selepas asar saya berangkat menuju ke arah yang ditunjukkan oleh Google Maps.

Sampai di titik yang ditunjukkan oleh Google Maps saya dan istri turun dari taksi lalu menengok ke segala arah mencari keberadaan toko buku tersebut. Saya juga bertanya ke beberapa orang. Semuanya menjawab tidak tahu.

Rasa penasaran saya mangkin meningkat. Lalu saya bersama istri berjalan kaki menyusuri jalan. Setiap inci tidak lolos dari amatan kami.  Sampai akhirnya kami sampai di depan kampus Universitas Muhamadiyah Malang yang indah dan megah.  Tapi keberadaan toko buku Semut Alas masih misterius bagi kami.  Jangan jangan memang sebesar semut toko buku itu, kata saya dalam hati. 

Kami lalu menyeberangi jalan dan menelusuri sisi lain jalan itu. Satu per satu papan nama toko dan warung kami pelototi.  Beberapa orang juga kami tanyai.  Lagi lagi jawabannya tidak tahu. 

Saya katakan kepada istri agar bertanya sekali lagi dan berjalan sekitar seratus meter lagi.  Kalau tidak ketemu kita pulang saja ke hotel karena waktu magrib makin dekat.

Di sebuah apotik kami bertanya lagi.  Dan jawabannya seperti dugaan saya, tidak tahu.  Ketika kami sedang beranjak menjauh tiba tiba si karyawati apotik memanggil lagi.  Dia katakan kalau di seberang jalan ada sebuah toko buku kecil. Mungkin itu yang dicari, katanya.

Segera kami menyeberang jalan dan Kembali memelototi semua papan nama toko dan warung. Lagi lagi tidak ketemu. Namun istri saya melihat ada tumpukan buku di rak. Mungkin itu yang kita cari katanya.  Kami lanas melangkah maju.  Ternyata papan nama Semut Alas itu tersembunyi di dalamnya. Pantas saja kami kesulitan menemukannya.

Toko buku itu tidak sebesar semut sih. Tapi kecil saja. Hanya ada satu ruangan kecil berukuran sekitar tiga kali enam meter.  Di dinding kanan dan kiri tertata banyak buku. Di depannya ada semacam dapur kecil untuk memasak minuman.

Saya menanyakan Hendro, nama pemiliknya yang saya ketahui dari Tempo.  Seorang pemuda segera menyambut dengan ramah.  Saya katakan bahwa saya tahu toko bukunya dari Tempo.  Saya juga mengenalkan diri sebagai seorang penulis.  Saya juga mencari sebuah judul buku karya seorang penulis terkenal Indonesia. Sayang sekali dia sedang tidak punya buku yang saya cari.

Daripada langsung kembali ke hotel, saya nikmati dulu suguhan teh dari Hendro sembari ngobrol tentang dunia perbukuan.  Hendro juga menceritakan liku-liku usahanya.

Dia membuka usaha di rumahnya sendiri. Tapi awalnya dia hanya membuka sebuah kios kecil saja.  Beberapa minggu tidak ada pembeli yang datang.  Meskipun demikian pelan-pelan pembeli berdatangan.  Sekarang ruang usahanya sudah lebih besar daripada di awal.  Dia juga sudah memiliki banyak pelanggan.

Dengan bangga Hendro mengatakan para dosen dari Universitas Muhamadiyah Malang dan berbagai perguruan tingi di Malang dan kota lain sudah menjadi pelanggan setianya.

Salah satu keunggulan tokonya, menurut Hendro sendiri adalah dia bisa menyediakan buku-buku yang sudah tidak beredar di pasaran. Bahkan dia bisa mencarikan buku-buku langka.  Harganya tentu saja lebih baik daripada buku-buku yang bisa dengan  mudah dicari.

Kalau menurut pandangan saya pribadi keunggulannya adalah kemampuan Hendro menjalin hubungan pribadi yang baik dengan pelanggannya.  Inilah diferensiasinya.  Beda dengan toko buku besar di mana pembeli tidak memiliki hubungan pribadi dengan pemiliknya.  Jadi hubungan personal ini yang menyebabkan pelanggan bertahan dan bahkan bertambah. 

Sembari menikmati teh dan ngobrol ngalor ngidul tidak terasa waktu berlalu dengan cepat.  Saya harus Kembali ke hotel karena belum solat magrib.  Sebelum pulang tidak lupa kami berfoto bersama dulu.

Itulah pengalaman suatu sore bersama keluarga Hendro pemilik toko buku Semut Alas di Kawasan Tlogo Mas, Malang.  Dalam hati saya ingin membeli buku yang selama ini susah saya temukan.

 

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu