Siapa yang tidak tahu Jawa Pos? Salah satu media massa tertua di Indonesia yang didirikan pada 1 Juli 1949, berpusat di Surabaya. Sebelum dikenal dengan nama Jawa Pos, pertama kali didirikan namanya adalah Java Pos, dan didirkan oleh The Chung Shen (Suseno Tedjo).
Jawa Pos berkembang menjadi media dengan jaringan lebih dari 200 media tersebar di Indonesia. Jaringannya meliputi media cetak dan stasiun televisi lokal dari Sabang sampai Merauke.
Akan tetapi, di tengah pesatnya teknologi media massa termasuk Jawa Pos mengalami tantangan serius seiring adanya ancaman baru di era disrupsi teknologi. Banyak pembaca yang beralih mencari informasi dari media cetak menuju media daring. Penurunan oplah di beberapa perusahaan koran menjadi bukti adanya keterpurukan bisnis media cetak.
Berikut ikhtiar yang dilakukan Jawa Pos dalam menghadapi era disrupsi teknologi:
1. Mengembangkan Kekuatan Korporasi Media
Agar tetap berdiri kokoh walaupun dalam perkembangan teknologi dari zaman ke zaman Jawa Pos mengembangkan korporasi medianya dalam beberapa tahap. Tahapannya yaitu mulai dari kelompok media di Jawa Pos, ekspansi industri bergerak ke Indonesia Timur (Sulawesi, NTB, NTT, Bali, sampai Papua). Setelah itu, ekspansi beralih ke Sumatera dan Kalimantan.
Jawa Pos juga melakukan ekspansi dengan mengambil alih media cetak yang hampir mati, melakukan akuisisi, penggabungan (merger), dan mendirikan sendiri perusahaan media baru.
2. Konvergensi Media
Jawa Pos mengawali bisnis dari media cetak nasional Jawa Pos. Kemudian, Jawa Pos memperluas bidang usahanya dengan media cetak lokal di seluruh Indonesia, diikuti televisi lokal, tabloid, majalah, radio, dan media online. Kemudian berkembang dengan mendirikan berbagai lini media dan bisnis lain. Semua tergabung dalam satu grup bernama Jawa Pos Group.
3. Bisnis Non Media Sebagai Penunjang Jawa Pos
Jawa Pos mendirikan beberapa bisnis non media untuk menunjang kebutuhan perusahaan media massa atau bisnis utamanya. Beberapa bisnisnya seperti power plant, pabrik kertas, dan bisnis telekomunikasi, pembangkit listrik, penerbitan, percetakan, dan pabrik pembuatan kertas.
4. Jawa Pos Memasuki Bisnis Digital
Pada tahun 2014 Jawa Pos menghadirkan JawaPos.com pada 2016 bentuk digital ini menyediakan beragam fitur online dalam format multimedia (teks, foto, dan video) dan multi-platform (website, mobile site, dan mobile app). Pada 2017 Jawa Pos mempersembahkan The New and Improved JawaPos.com yaitu menyajikan pengalaman membaca kelas dunia. JawaPos.com juga hadir dengan konsep megaportal-portal berita, portal e-commerce (Iklan Jitu), Portal events JP Sportainment, dan portal interaktif Jawa Pos.
Inovasi ini dilakukan untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan digitalisasi. Tentunya juga menghasilkan benefit bagi perusahaan.
5. Jawa Pos Multimedia (JPM)
Pada 2007 Jawa Pos mendirikan Jawa Pos Multimedia (JPM) untuk mengkonsolidasi stasiun televisi yang dimiliki oleh Jawa Pos Group yang pada saat itu sudah memiliki 15 stasiun televisi lokal di berbagai daerah.
Disrupsi teknologi mendorong Jawa Pos pada 26 Oktober 2016 yang mana JPM Stream dapat dinikmati dengan mengunduh aplikasinya di Google Play Store. Khalayak bisa menikmati informasi dari stasiun televisi oleh Jawa Pos dengan Android Phone. Inovasi aplikasi televisi digital berbasis streaming ini bisa lebih luas menjangkau khalayak.
Pada dasarnya semua perusahaan media massa akan tetap berdiri kokoh dan tumbuh jika beradaptasi dengan zaman. Bagaimana proses kerja media massa beradaptasi dengan teknologi dan digitalisasi.
*)Artikel ini adalah tugas dari mata kuliah Komunikasi Digital yang diampu Rachma Tri Widuri, S.Sos.,M.Si.”
Penulis adalah mahasiswa semester 4 pada Prodi Produksi Media, Politeknik Tempo.
Ikuti tulisan menarik Elin Sri Handayani lainnya di sini.