x

Sumber foto: https://www.shutterstock.com/image-photo/resurrection-jesus-christ-tomb-empty-shroud-2268004187

Iklan

Violeta Pandiangan

Penulis Indonesiana. ~Hupomone~ May you be healed from things no one ever apologized for.
Bergabung Sejak: 29 Desember 2023

Kamis, 21 Maret 2024 07:45 WIB

Manunggaling Kawula Lan Gusti Melalui Jumat Agung dan Paskah

Manunggaling kawula lan Gusti, yang artinya manusia manunggal atau bersatu dengan Tuhan, sejalan dengan prinsip iman Kristen. Jika hal itu dipraktekkan akan mampu menamengi proses interaksi manusia dengan sesamanya yang memungkinkan terciptanya “sorga” di dunia ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia bukanlah negara yang menjadikan agama sebagai basis perpolitikan seperti Afghanistan, Iran, Pakistan atau Vatikan. Namun keberagaman agama telah ada jauh sebelum Indonesia lahir. Hal itu sudah mengakar begitu dalam dan tidak bisa dipisahkan sehingga mereka yang menempatkan keimanan sebagai prinsip pertama dari kontrak sosial Indonesia yang bernama Pancasila perlu dilindungi.

Tidak ada manusia yang mampu hidup selamanya. Manusia tidak memiliki kualitas dan ketahanan fisik sedemikian sempurna untuk bisa membuatnya bertahan hidup selamanya. Pada suatu masa perhentian itu akan tiba melalui kematian yang memulaikan manusia pada kehidupan baru tanpa kedagingan yang penuh dengan keterbatasan dan kelemahan. Saya yakin semua agama dan penganut aliran kepercayaan sepakat tentang kesementaraan hidup ini.

Dalam Kristen, sesungguhnya manusia sudah diperlengkapi dengan ketahanan rohani yang disediakan Allah untuk mengimbangi kelemahan kedagingan selagi hidup di dunia ini. Bisa dikatakan perlengkapan ini adalah “ajian” atau “tameng” yang bisa membuat manusia menjadi “sakti”. Sakti untuk tidak mengakibatkan kesengsaraan pada diri sendiri maupun pada orang lain.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya menyinggung kedagingan manusia bersandingan dengan roh yang diberikan oleh Allah Pencipta pada artikel saya yang sebelumnya berjudul Sudah Siapkan Kamu dan Saya Mati?”. Saat manusia mati, dagingnya kembali ke tanah di bumi ini, tetapi roh-nya kembali kepada Allah Pencipta sebab roh adalah milik Allah dan roh tidak akan pernah mati.

Apakah ajian dan tameng itu? Ijinkan saya menggunakan istilah yang banyak literasi menuliskan bahwa istilah tersebut diformulasi oleh Syekh Siti Jenar, yaitu Manunggaling Kawula Lan Gusti.  Ungkapan ini artinya manunggalnya manusia dengan Tuhan. Bersatunya manusia dengan Tuhan.

Pengertian manunggaling kawula lan Gusti sejalan dengan prinsip iman Kristen yang adalah manifestasi dari 1 Korintus 3:16 yang berbunyi “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?”.

Ayat diatas pada dasarnya menyatakan bahwa “kesaktian” manunggaling kawula lan Gusti itu sudah disediakan oleh Allah kepada manusia. Manusia hanya perlu menyadari, menerima dan meng-aktif-kan keistimewaan ini.

Kita perlu menyadari bahwa Allah itu suci dan kudus. Sementara manusia adalah penuh dan berkecenderungan untuk berbuat dosa yang bibitnya sudah ada pada hati dan pikiran manusia. Raja Daud menyadari hal ini dengan mengatakan di Mazmur 51:5 “Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”.

Dosa membuat manusia terpisah dari Allah, tidak bisa manunggal. Tetapi Kristus telah menjembatani manusia dengan Allah lewat segala kesengsaraanNya hingga kematianNya di atas kayu salib 2000 tahun lebih yang lalu, yang diperingati setiap tahun melalui Jumat Agung. Hanya pengorbanan Kristus sajalah yang menjadikan manusia bersih di hadapan Allah.

Tidak berhenti pada kematian Kristus saja, kebangkitanNya pada hari ketiga yang kita sebut dengan Paskah menyatakan kepada manusia bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya. Kematian dan kebangkitan Kristus telah menyediakan kemenangan bagi siapa saja yang mau percaya. TanpaNya manusia tidak mungkin bisa manunggaling kawula lan Gusti. Manusia tidak bisa datang begitu saja kepada Allah setelah begitu banyak berbuat dosa. Dan tidak ada satupun penebusan dosa yang manusia bisa lakukan agar bisa berkenan dihadapan Allah kecuali dengan menerima keselamatan yang Allah telah sediakan lewat mengorbankan Kristus.

Seperti yang ditulis dalam 1 Yohanes 4:13-15: “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam Roh-Nya. Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia. Barangsiapa mengaku, bahwa Yesus adalah Anak Allah, Allah tetap berada di dalam dia dan dia di dalam Allah.”

Untuk bisa manunggaling kawula lan Gusti manusia perlu memiliki kesadaran dan menerima keselamatan dari Kristus yang memampukan manusia untuk bisa sendiko paripurna kepada Allah. Allah tidak memiliki keinginan-keinginan yang tunduk pada nafsu kedagingan yang memiliki kecenderungan untuk melanggar aturan-aturan yang sudah pasti merusak tatanan hidup yang harmonis, benar dan adil dengan sesamanya manusia.

Oleh karena itu “ajian” ini mampu menamengi proses ber-interaksi manusia dengan sesamanya yang memungkinkan terciptanya “sorga” di dunia ini. Sakti untuk tidak mengakibatkan kesengsaraan pada diri sendiri maupun pada orang lain.

Rela menundukkan diri kepada Allah adalah sendiko paripurna. Mengapa? Allah bukan Allah yang otoriter. Jika Allah otoriter, maka sudah terjadi ketidakadilan bagi manusia. Allah tidak memperbudak, tidak memaksa. Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk memiliki kesadaran tentang kebenaran. Allah melengkapi nurani pada manusia, juga akal sehat serta logika. Bagaimana dengan bukti? Kesaksian para nabi dan sejarah yang kita semua bisa baca dalam bahasa kita masing-masing yaitu Alkitab.

Allah sangat demokratis. Menghargai hak yang Dia sendiri berikan kepada manusia. Hak untuk memilih mana yang benar. Tugas manusia adalah untuk menyadari, apa dan bagaimana kebenaran itu kemudian meng-imani-nya. Bagaimana?

Aktifkan manunggaling kawula lan Gusti dengan sendiko paripurna pada dawuh Gusti Allah. Apa dawuh Gusti Allah?

Menjaga relasi vertikal manusia dengan Tuhan, yang menjadi dasar dalam menjaga relasi horizontal manusia dengan sesamanya. Inilah sejatinya Social Contract manusia di dunia ini.

Seperti yang tertulis dalam Matius 22:37-39, "37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu , dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Selamat merayakan Jumat Agung dan Paskah bagi kita semua.

Ikuti tulisan menarik Violeta Pandiangan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu