Pengen jadi Penulis meskipun Mamaku pengen aku jadi orang kantoran.
Oh Yaudah
Sabtu, 1 Juni 2024 06:48 WIB
Sejak kapan semuanya berubah?
Satu tahun yang lalu...
Salah seorang sahabatku, namanya Lilis, menyarankan agar aku bermain aplikasi kencan. Ya, dating apps udah familiar di kalangan anak muda zaman sekarang. Walau awalnya aku merasa ragu, tapi Lilis berhasil membujukku.
Dan ya.....
Akhirnya aplikasi itu ada di dalam ponselku. Terus aku harus apa?
Iseng-iseng aku mencobanya. Kebetulan memang lagi gabut banget. Setelah aku berhasil membuat akunku, ya aku langsung berhadapan dengan banyak profil cewek-cewek.
Entah apa yang aku pikirkan tentangmu. Begitu melihat profilmu, ada gairah. Aku ingin mengirimimu pesan singkat. Tunggu apalagi? Ya sudah langsung aku kirim aja.
Apakah kau masih ingat bagaimana awal obrolan kita dulu? Aku tanya ayat Alkitab favoritmu apa.
Perlahan namun pasti, semesta membawa kita lebih jauh. Kemarin kau masih punya pacar, aku jadi saksinya saat itu. Sampai akhirnya kau menghilang, dan aku khawatir kau kemana. Karna aku masih ingat, kau sering bilang ingin ke rumah sakit. Mau berobat, ngecek ini dan itu.
Apakah kau sakit keras?
Rasa kasihan, aku menaruh rasa empati terhadapmu. Ingin aku sayangi seperti kakakku sendiri. Kau lebih tua dari usiaku. Tapi entah kenapa becandanya semesta kali ini terasa mesra. Kenapa aku bisa menyukaimu? Walau aku tau, aku ini bukan tipemu.
Ingat, gak?
Pada bulan Februari, kali pertama kau ingin mendengar suaraku. Kau mengajakku telfonan. Aku senang banget. Sampai aku harus minggat ke taman komplekku agar tidak ada yang mengganggu kemesraan kita.
Udah lama aku tidak bertelfonan dengan seorang wanita.
Ada rasa lega, ku pikir tidak ada lagi wanita manapun yang ingin mengobrol denganku. Sampai akhirnya aku berhasil membuatmu tertawa terbahak-bahak. Masih ingat? Temanmu bertanya-tanya dengan siapa kau mengobrol? Kok asyik banget?
Kau memperkenalkanku...
Aku mulai mengenali temanmu. Tapi itu tidak penting, karna yang aku ingin adalah mengenalimu.
Namanya juga hubungan. Aku tau mungkin ini dinamikanya aja. Kita pernah saling dingin walau awalnya sangat dekat dan hangat.
Dimana kau sekarang?
Sebulan yang lalu aku mengirimkanmu hadiah ulang tahunmu.
Hahahaha...
Padahal ulang tahunmu satu bulan kemudian. Terlalu cepat ya hadiahnya diberikan?
Maaf, memang sengaja tidak mengucapkan selamat ulang tahun tepat di hari bahagiamu itu. Kau tau kenapa? Harusnya kau tau.
Tidak apa. Bersenang-senanglah dengan kehidupanmu. Aku memang terlalu lancang, padahal kita tidak punya hubungan apa-apa. Jadi kenapa aku harus mengemis kabar darimu?
Sampai akhirnya aku mencoba menanti, tapi gak ada jawab. Ku liat kau bisa memposting sesuatu di stories media sosialmu.
Aduh, apa hakku? Iya, kan? Hadirku terasa beban.
Oh, yaudah...
Udah cukup, aku tak perlu lagi mengemis. Ingat dulu aku pun pernah diperlakukan seperti ini, jadi aku tersakiti lagi. Aku sendiri yang menyakiti diriku dengan ekspetasi-ekspetasi tinggi.
Berhentilah menghayal, ucapku keras pada otakku yang bebal ini. Aku pikir kau akan merasa bersalah. Kata maaf hanya ucapan manis di bibir. Aku hanya pelampiasan rasa sepimu aja.
Semenjak dia pergi, akulah yang hadir di dalam hidupmu dan berusaha keras menyembuhkanmu. Peranku sebatas itu saja. Hatimu bukan milikku. Fokusmu pada dirinya. Aku hanya orang baik yang hadir tepat saat kau butuh seseorang pelampiasan.

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Nanti Kita Nikah di Thailand
Senin, 31 Maret 2025 18:13 WIB
Jangan Masuk Lagi ke Hidupku
Rabu, 26 Februari 2025 14:43 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler