Bekas Gedung Pos Disulap Jadi Ruang Kreatifitas Fans Hipster

Selasa, 16 Juli 2024 19:33 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Gedung Pos Bloc
Iklan

Jakarta, yang terkenal dengan gemerlap hiruk pikuknya, menyimpan sebuah oase unik di tengah keramaian. Di jantung kota, tepatnya di Kawasan Sawah Besar, berdirilah Pos Bloc, sebuah bangunan yang memiliki arsitektur bergaya kolonial yang memesona.

Jakarta, yang terkenal dengan gemerlap hiruk pikuknya, menyimpan sebuah oase unik di tengah keramaian. Di jantung kota, tepatnya di Kawasan Sawah Besar, berdirilah Pos Bloc, sebuah bangunan yang memiliki arsitektur bergaya kolonial yang memesona. Dengan dinding-dinding berwarna putih yang bersih dan elegan, pintu kecoklatan yang megah menyambut setiap pengunjung, serta jendela-jendela panjang yang menambah kesan klasik.

Dulunya, merupakan kantor pos bersejarah, Pos Bloc kini telah bertransformasi menjadi destinasi trendi yang digemari para hipster, seniman, dan pecinta kuliner. Sebuah cagar budaya yang telah beroperasi sejak 10 Oktober 2021 silam.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gedung Pos Bloc

Sekilas, gedung ini tampak seperti bekas gedung pengiriman surat dari zaman kolonial, dengan arsitektur klasik yang menggambarkan kejayaan masa lalu. Namun, alangkah terkejutnya pengunjung ketika melangkah masuk ke dalamnya. Bukan kertas ataupun   perangko yang menyambut, melainkan sebuah pameran warisan budaya, tradisi, dan sejarah Indonesia yang menjadikan gedung tua ini terasa hidup kembali.

Melihat bangunannya yang bercorak Belanda dan kuno, tidak mengherankan bahwa Gedung Filateli Jakarta ini memiliki sejarah panjang yang dimulai pada tanggal 26 Agustus 1746. Gedung ini didirikan oleh Gustaaf W. Baron van Imhof, seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memutuskan untuk membangun gedung tersebut di Jalan Pos No. 2 Pasar Baru, Jakarta Pusat, yang pada masa itu dikenal sebagai Weltevreden.

Lokasi ini dipilih karena dianggap sangat strategis, berada dekat dengan pusat pemerintahan, yaitu Istana Gubernur Jenderal yang sekarang telah berubah fungsi menjadi Istana Kepresidenan Republik Indonesia. Setelah membacakan proklamasi di jalan Pegangsaan Timur 56, Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta pindah ke Istana Merdeka.

Selain lokasinya yang strategis dekat dengan pusat pemerintahan, menempatkan kantor pos di Pasar Baru memberikan kemudahan tambahan bagi masyarakat untuk mengirim surat dengan cepat. Banyak orang memanfaatkan kesempatan ini dengan mengirim surat sembari berbelanja di pasar yang berada di depan gedung pos tersebut. Surat-surat yang dikirim umumnya mencakup informasi penting tentang pengiriman barang dagangan, kebutuhan administrasi perkantoran, serta berita pribadi dan keluarga.

Keberadaan Kantor Pos di Pasar Baru ini tidak hanya mendukung aktivitas perdagangan dan administrasi, tetapi juga mempererat hubungan keluarga melalui surat-menyurat yang lebih efisien. Melalui surat, silaturahmi antar sesama dapat terus terjalin. Pesan cinta dan rindu yang dituang ke dalam surat menjadi saksi bisu Kantor Pos Pasar Baru senantiasa ramai.

Pada tahun 1800-an ketika VOC mencapai puncak kejayaannya dan berakhir bangkrut, gedung tersebut masih beroperasi sebagai kantor pos di masa pemerintahan Hindia Belanda. Seiring berjalannya waktu, seorang arsitek Belanda bernama Van Hoytema merenovasi dan memperbaiki beberapa area bangunan tersebut pada tahun 1913. Desain bangunan ini mengadopsi gaya arsitektur Art Deco, dengan pengaruh aliran Art and Craft yang terlihat pada detail interiornya. Bersamaan dengan dibangunnya Weltevreden (Nieuw Batavia). Sebuah kota Jakarta Baru yang pindah dari Kota Tua.

Di masa revolusi, Gedung Pos Telekomunikasi Telegraf atau PTT mengalami beberapa perubahan fungsi. Awalnya, gedung ini diubah menjadi Kantor Pos dan Telegraf Pasar Baru. Seiring berjalannya waktu, namanya kembali berubah menjadi Kantor Pos Kawar Pasar Baru. Perubahan fungsi dan nama gedung ini mencerminkan dinamika sejarah Indonesia pada masa itu. Sebagai Kantor Pos dan Telegraf, gedung ini menjadi pusat aktivitas yang sibuk, melayani kebutuhan masyarakat akan layanan pos dan telegraf yang cepat dan andal.

Pada tahun 1993 gedung ini ditetapkan sebagai cagar budaya kelas A menurut Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475/1993. Kemudian pada 4 Oktober 1999 ditetapkanlah Gedung Bank Tabungan Negara (BTN) sebagai cagar budaya, menurut No SK: 237/M/1999. Demi mempertahankan esensi dan nilai sejarah agar generasi muda tetap melestarikan budaya bangsa. Penetapan ini menjadi langkah penting dalam upaya melindungi warisan budaya Indonesia, memastikan bahwa gedung ini akan terus dihargai dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

Seiring berjalannya waktu, pada 10 Oktober 2021 gedung ini pun mengalami revitalisasi yang signifikan.  Revitalisasi ini bertujuan untuk menjaga struktur fisik. Selain itu revitalisasi ini bertujuan menghidupkan kembali fungsi bangunan sebagai ruang publik yang dinamis. Diubah menjadi ruang wisata yang menarik. Di samping itu gedung ini menawarkan pengunjung pengalaman yang mendalam tentang sejarah dan budaya Indonesia.

Revitalisasi ini melibatkan pemulihan detail arsitektur yang menawan, menjaga keaslian gaya Art Deco dengan pengaruh Art and Craft pada detail interiornya. Setiap sudut gedung dikerjakan dengan teliti untuk memastikan bahwa elemen sejarahnya tetap utuh sambil memberikan kenyamanan dan fungsionalitas yang modern.

Selain menjadi destinasi wisata, gedung ini juga diubah menjadi wadah kreasi publik. Berbagai ruang di dalam gedung dimanfaatkan untuk beragam kegiatan kreatif dan budaya. Pameran seni, pertunjukan musik, lokakarya, dan acara komunitas sering diadakan di sini, menjadikannya pusat kegiatan yang hidup dan menarik bagi semua kalangan.

Gagasan mengubah gedung pos menjadi sebuah gedung heritage mendapat respon positif baik dari para pengamat sejarah maupun masyarakat umum. Transformasi Gedung peninggalan VOC yang dulunya hanya menjadi saksi bisu aktivitas pos kolonial, kini telah berhasil disulap oleh pemerintah menjadi tempat yang lebih hidup.

Setiap harinya, gedung ini tidak pernah sepi dari aktivitas. Pameran buku yang diadakan secara berkala menarik minat para pecinta literasi dari berbagai kalangan. Berbagai karya seni, mulai dari lukisan, patung, hingga instalasi modern, dipamerkan di galeri-galeri yang ada di dalam gedung. Seni tradisional dan kontemporer berpadu menciptakan ruang yang inspiratif dan edukatif bagi pengunjung. Konser musik, baik yang menampilkan musisi lokal maupun internasional, sering kali memeriahkan suasana, menjadikan gedung ini pusat kegiatan seni dan budaya yang memesona.

Selain itu, gedung ini juga menjadi surga bagi para pecinta kuliner. Berbagai macam makanan khas Indonesia dan hidangan internasional bisa dinikmati di area kuliner yang disediakan. Mulai dari jajanan pasar tradisional hingga makanan kekinian, semua tersedia untuk memanjakan lidah pengunjung. Selain itu suasana yang nyaman dan instagramable, membuat Pos Bloc menjadi tempat nongkrong favorit anak muda.

Gedung ini merupakan peninggalan sejarah dan aset berharga yang harus terus dilestarikan dan dirawat dengan baik. Berubahnya fungsi bangunan yang semula berfungsi sebagai kantor pos menjadi tempat wisata kreasi tidak membuat masyarakat lupa akan sejarah. Perubahan tersebut diharapkan dapat membangkitkan rasa ingin tahu mereka terhadap perjalanan panjang yang dilalui oleh gedung ini. Dibuktikan dengan masih berdirinya kotak pos berwarna oranye yang ada pada lorong bangunan. Kotak pos ini menjadi simbol dari masa lalu gedung sebagai kantor pos. Ia mengingatkan pengunjung akan peran penting yang pernah dimainkan oleh gedung ini dalam sistem komunikasi dan pelayanan pos.

Dengan menjaga elemen-elemen sejarah seperti kotak pos ini, gedung tidak hanya berfungsi sebagai tempat rekreasi tetapi juga sebagai alat edukasi. Pengunjung dapat belajar tentang sejarah pos di Indonesia, melihat bagaimana gedung ini berperan dalam perkembangan komunikasi, dan merasakan suasana masa lalu yang masih terjaga.

Keberhasilan transformasi ini menunjukkan betapa pentingnya upaya untuk melestarikan dan menghidupkan kembali bangunan bersejarah. Gedung ini menjadi contoh bagaimana warisan sejarah dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan zaman modern tanpa mengorbankan esensinya: menciptakan ruang yang menghormati masa lalu sambil merangkul masa depan.***

Bagikan Artikel Ini
img-content
Meilanie Tri Putri

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler