Desa Cinta Statistik, Cara BPS Turun Gunung Meliterasi Aparatur Melek Data

Kamis, 14 November 2024 14:22 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Desa Cinta Statistik merupakan suatu program dari Badan Pusat Statistik terkait dengan pengembangan kemampuan aparatur desa di dalam mengelola data.

Bicara soal desa yang terbayang adalah hamparan hijau yang luas membentang dengan masyarakat yang masih memegang teguh adat istiadat, gotong royong dan serta norma agama. Suasana asri dan guyub terasa dominan selimuti desa. Namun ada pula yang membayangkan desa sebagai simbol ketertinggalan, yang jauh berbeda dengan hiruk pikuk gemerlap dan kemajuan kota.

Stigma tertinggal yang melekat pada desa seharusnya sudah tidak berlaku laku di zaman sekarang. Pembangunan nasional yang baik haruslah didukung dengan pembangunan desa yang tak kalah baiknya. Bila pembangunan di desa telah baik akan berdampak pada pembangunan level pemerintahan desa yang ada diatasnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Badan Pusat Statistik sebagai pembina data memandang penting perencanaan pembangunan di level desa yang dimulai dengan perencanaan yang berbasis data. Permasalahan pengelolaan data di level desa dipandang penting untuk dibenahi agar pembangunan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tepat sasaran, begitu juga dengan stimulus dan bantuan yang hadir di desa menyesuaikan dengan kondisi desa itu sendiri berdasarkan data yang ada.

Edukasi dan literasi statistik terkait pembenahan pengelolaan data oleh BPS diharapkan mampu meningkatkan kecakapan dan kemampuan aparatur desa dalam mengelola data, dimulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data hingga penyebarluasannya. Hal ini juga berkaitan dengan kecakapan dan kemampuan aparatur desa dalam mengoperasikan komputer yang sudah menjadi perangkat wajib yang dikuasai setiap orang di era digital sekarang ini. Berawal dari itulah muncul program Desa Cinta Statistik atau lebih dikenal dengan sebutan Desa Cantik.

Desa harus mampu merencanakan data apa yang harus tersedia di desa. Identifikasi kebutuhan data menjadi penting, ditambah lagi dengan mengumpulkan informasi terkait data yang juga dibutuhkan oleh stakeholder. Kombinasi tersebut akan mempermudah aparatur desa untuk memutuskan data apa yang harus dikumpulkan oleh desa dan memiliki manfaat luas untuk semua. Data terkait potensi dan keunggulan desa harus mampu ditonjolkan sebagai pembeda dengan desa lainnya.

Pengumpulan atau integrasi data menjadi langkah awal tersedianya data yang baik. Konsep, definisi dan tujuan pengumpulan data tersebut harus jelas. Pedoman pengumpulan data harus tersusun dengan baik dan sistematis agar pengumpulan data dilakukan sesuai standar operasional prosedur dan tepat waktu. Bahkan dibutuhkan pelatihan atau briefing kepada aparatur desa yang ditunjuk sebagai pelaksana pengumpulan data tersebut agar pemahaman yang dimiliki jelas dan seragam.

 

Pengolahan data pun menjadi penting dilakukan, dimana data yang ada dilakukan pemeriksaan data dan penginputan data. Tabulasi dat pun dibutuhkan agar data lebih jelas dipahami. Kemampuan komputasi aparatur desa dimulai dari tahapan ini, dimana aparatur desa mampu menginput data yang telah dikumpulkan dan siap menyajikannya dalam bentuk tabulasi maupun grafik. Tabulasi dan grafik yang tersedia pada tahapan pengolahan data dapat ditambahkan analisis sederhana berupa analisis deskriptif yang mempermudah pengguna data membaca data tersebut. 

 

Penyebarluasan data atau diseminasi menjadi hal penting dalam pengelolaan data namun sering terlupakan. Banyak desa dan instansi yang melakukan pengumpulan data namun data tersebut hanya untuk kebutuhan internal. Sangat disayangkan data yang memiliki peran penting dewasa ini namun memiliki keterbatasan untuk diakses. Era digitalisasi yang disertai dengan Internet of Thing (IoT) seharusnya mampu menghadirkan data melalui web service yang dapat diakses banyak orang.

 

Desa Cinta Statistik sendiri melibatkan aparatur desa dalam pelaksanaannya. Ada Agen Statistik yang ditunjuk oleh Kepala Desa yang  akan mendapatkan pembinaan dari pembina Desa Cantik dari BPS. Kolaborasi antara desa melalui agen statistik dan didukung oleh segenap aparatur desa lainnya ditambah  unsur BPD, MPD dan PKK dengan BPS diharapkan mampu memenuhi ketersediaan data berkualitas di level desa.  Output yang dihasilkan dapat berupa publikasi seperti Desa Dalam Angka, Web Desa, Infografis dan sebagainya.

 

Output tersebut akan lebih bermanfaat ketika dijadikan rujukan dalam pembangunan desa. Beberapa kekurangan desa yang tergambar dari output tersebut dpat ditindaklanjuti dengan menjajaki solusi dari dinas/instansi terkait. Misal meski tidak ada stunting di desa tersebut namun ada potensi stunting berdasarkan data dari bidan desa ataun posyandu maka dapat ditindaklanjuti dengan memohon bantuan makanan sehat dan susu agar potensi stunting tersebut tidak berujung kepada kondisi stunting yang sesungghuhnya. Desa tidak perlu malu akan hal tersebut, tak perlu malu bila ada bayi yang potensi stunting karena beratnya yang kurang ideal, justru kondisi seperti itulah yang membutuhkan hadirnya aparatur desa dalam mensolusikannya.

 

Pemerintah daerah sebagai stakeholder dari data desa tersebut akan sangat terbantu bila data yang tersedia telah baik dan berkualitas serta mudah diakses. Pemberian bantuan dan stimulus pun akan tepat sasaran karena berdasarkan permasalahan di masing-masing desa yang tentunya berbeda satu sama lainnya.

 

Kemandirian desa dalam mengelola data menjadi kunci sukses program Desa Cinta Statistik. Partisipasi aktif agen statistik dan unsur lainnya di desa menjadi tulang punggung kesuksesan desa dalam pengelolaan datanya. BPS hanya hadir sebagai pembina data yang memastikan bahwa yang dilakukan pemerintah desa sudah on the track.

 

Program Desa Cantik sendiri bermuara pada penganugerahan Desa Cinta Statistik di level nasional. Namun sekali lagi, bukan itu tujuan utamanya. Tujuan utama Desa Cantik adalah kemandirian desa dalam mengelola data sehingga program pembangunan di level desa bisa tepat sasaran. Pengelolaan data harus mendapat porsi anggaran tersendiri dari anggaran yang ada di desa. Akan sangat lucu bila ada anggaran web service desa namun tidak ada anggaran pengumpulan dan pengolah data yang menjadi tahapan sebelum data tersebut didiseminasikan atau disebarluaskan.

 

Kesinambungan menjadi pekerjaan rumah bagi aparatur desa dimana program Desa Cantik tersebut harus tetap dilanjutkan di tahun-tahun selanjutnya meski sudah tidak menjadi sampel BPS lagi dan tidak mendapatkan pembinaan dari pembina Desa Cantik lagi. Aparatur Desa masih dapat menghubungi BPS bila memang dirasa perlu karena sudah menjadi tugas BPS untuk memberikan layanan pembinaan data.

 

Ayo aparatur desa, tunjukkan pada dunia bahwa kalian sudah melek data. Desa Cinta Statistik, dari desa untuk Indonesia.

 

 

 

 

 

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Rillando Maranansha Noor

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler