Pengamat pendidikan.
Mindfulness dalam Pembelajaran Mendalam
Senin, 3 Maret 2025 08:41 WIB
Mindfulness penting sekali diperkenalkan dan dilatih kepada siswa dalam pembelajaran.
Di era serba cepat dan instan, mindfulness (kesadaran penuh) menjadi barang mewah dalam proses pembelajaran. Konsentrasi atau khusyu di dalam kelas sulit diperoleh. Siswa terkadang terganggu oleh gawai yang ia bawa, sementara guru tidak mampu melarang penggunaan gawai karena materi pembelajaran menggunakan aplikasi. Selain itu, siswa seringkali mengobrol dengan rekannya, khususnya mereka yang duduk di pojok belakang yang tidak terawasi guru. Ditambah, siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru mata pelajaran lain.
Opsi yang digunakan guru dalam situasi tersebut adalah: (1) menegur dengan kata-kata keras dan intimidatif. Tentunya, respon siswa menghentikan apa yang tengah ia lakukan. Siswa menghentikan kegiatan mengobrol dan mengerjakan tugas lainnya. Namun itu hanya bertahan beberapa waktu. Saat guru lengah, siswa melakukan perbuatan yang sama. (2) menghukum siswa dengan mengeluarkan mereka dari ruang kelas, melaporkan kejadian itu ke wali kelas dan guru konseling. Tentunya, siswa tidak nyaman saat ia belajar dengan guru tersebut; atau (3) guru membiarkan situasi kelas yang tidak kondusif. Memberikan tugas atau tes agar siswa hening dan mengerjakan tugas tersebut.
Dalam pembelajaran mendalam (deep learning) nampaknya penting sekali mengkondisikan kelas menjadi tempat aman dan nyaman dalam belajar. Termasuk di dalamnya, mengajarkan pada siswa teknik mindfulness dalam pembelajaran agar siswa benar-benar hadir secara utuh dalam pembelajaran, tidak merasakan stres, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mempertimbangkan kesejahteraan siswa dan guru (students and teacher’s well-beings).
Konsep Mindfulness
Konsep mindfulness atau kesadaran penuh merupakan hal baru dalam pembelajaran. Selama ini dalam mengkondisikan kelas yang tertib, aman dan nyaman, guru lebih mengedepankan tata tertib atau kesepakatan kelas di awal pembelajaran. Penggunaan ice breaking atau game di awal atau di tengah pembelajaran menjadi teknik untuk mempertahankan kelas dari situasi yang membosankan. Namun praktik ini tidak pernah dikenal sebagai mindfulness.
Dalam pembelajaran mendalam, secara eksplisit dikemukakan bahwa prinsip pembelajaran yang terjadi di dalam kelas harus mindfulness atau berkesadaran, selain meaningful (bermakna) dan joyful (gembira). Oleh karenanya, guru perlu dibekali dengan pemahaman mendalam mengenai mindfulness sehingga teknik yang dilakukan di dalam kelas sesuai dengan tujuannya.
Mindfulness adalah praktik yang harus dilatih terus-menerus, agar siswa memiliki kesadaran penuh, khusyu, dan dapat konsentrasi terhadap apa yang ia lakukan saat ini, tanpa ada perasaan khawatir terhadap kejadian masa lalu dan masa yang akan datang. Praktik ini pun dapat mengurangi overthinking dan bahkan burnout, ketakutan berlebihan terhadap kemungkinan yang belum tentu terjadi atau stres atas tugas yang dibebankan pada dirinya. Mindfulness ini mengajarkan kepada siswa skill mengamati dengan sengaja apa yang sedang terjadi terhadap pikiran, perasaan, indera tubuh dan lingkungan sekitar tanpa menghakimi apakah hal itu baik atau buruk. Dengan cara ini, siswa dapat mengurangi stres dan meningkatkan well-beings atau kesehatan mentalnya.
Bila mindfulness ini dilatih secara terus-menerus, siswa dapat meningkatkan fokus, konsentrasi, hubungan interpersonal dan emosional. Sehingga, ia dapat menjadi sosok yang mudah berkolaborasi dan berkomunikasi dengan rekan yang lain. Emosi dapat dikelola dengan baik, tidak akan terjadi kasus perundungan, body shaming, atau tawuran sebagai bentuk pelampiasan emosi yang tak terkendali. Dari hal ini, wajar bila dengan konsentrasi terhadap kegiatan pembelajaran, siswa dapat meningkatkan prestasi akademiknya.
Dari sisi guru, kelas dengan siswa yang terlatih dalam mindfulness, dapat mudah diatur. Hubungan antara guru dan siswa terjalin hangat, harmonis. Vibrasi dan hubungan positif akan meliputi selama pembelajaran. Empati terjadi saat guru mendapati siswa yang mengalami kesulitan belajar. Begitu pula dengan siswa yang lain, ia akan menolong temannya dalam menyelesaikan masalah belajarnya itu.
Teknik Mindfulness
Mindfulness menekankan pada pengaturan nafas. Siswa dilatih merasakan nafas masuk (breath in) dan nafas keluar (breath out) dalam waktu tertentu. Nafas ini menjadi aset penting dalam hidup manusia yang seringkali diabaikan. Ia selalu hadir dalam kehidupan manusia. Saat nafas terhenti selamanya, berakhir pulalah kehidupan manusia. Selain itu, nafas merupakan penghubung antara pikiran dan tubuh. Siswa yang mengalami ketakutan, shock, nafas akan bergerak cepat, bahkan sesak. Penanganannya, kembali dengan mengatur irama nafas masuk dan keluar. Nafas pulalah yang menyuplai oksigen dari luar ke dalam tubuh. Darah dengan kandungan oksigen yang cukup, akan dipompa jantung ke seluruh termasuk otak. Ini yang menyebabkan siswa lebih konsentrasi. Ia mengelola pernafasannya. Dengan cara itu, ia akan lebih tenang, tidak reaktif dalam menyikapi situasi apapun.
Teknik mindfulness yang dapat digunakan oleh guru diantaranya, pertama, STOP. Ia kependekan dari Stop (menghentikan seluruh aktivitas), Take breath (menarik dan mengeluarkan nafas melalui hidung), Observe (merasakan nafas masuk dan nafas keluar), Proceed (melakukan aktivitas). Teknik STOP ini dapat dilakukan berulang-ulang, bisa saat awal, tengah dan akhir pembelajaran.
Kedua, teknik grounding. Siswa diminta menyebutkan sesuai dengan panca inderanya dengan pola 5-4-3-2-1, yaitu 5 hal yang dapat ia lihat, 4 hal yang dapat ia sentuh, 3 hal yang dapat ia dengar, 2 hal yang dapat ia cium, 1 hal yang ia dapat rasakan.
Ketiga, siswa dapat dilatih pernafasan sadar (mindful breathing) dengan menggunakan pernafasan perut, dapat menggunakan pola 4-7-8, yaitu tarik nafas dengan hidung selama 4 detik, tahan selama 7 detik, dan hembuskan melalui hidung selama 8 detik. Teknik ini dapat diulang dengan durasi 2-3 menit.
Keempat, siswa dapat diperkenalkan mendengar dan berjalan sadar (mindful listening dan walking). Guru dapat mensimulasikan dalam waktu 2-3 menit siswa untuk diam, menghentikan kegiatannya, berfokus pada apa yang ia dengar di sekelilingnya. Begitu pula dengan berjalan sadar. Siswa dapat dilatih berjalan dengan merasakan sentuhan kaki pada tekstur tanah, gerakan kaki saat diangkat.
Kelima, siswa dapat diajarkan refleksi berkesadaran (mindful reflection). Siswa diberi beberapa menit untuk merenungkan pengalaman, pikiran dan perasaan. Hasil merenung tersebut dapat ditulis dalam buku (journaling), atau dalam kertas tempel (sticky note). Kelas dibuat kesepakatan untuk tidak pernah melakukan penghakiman (judging) atas isi yang ditulis dan ditempel di dalam kelas.
Tentu saja, mindfulness ini harus dilatih secara terus-menerus, tanpa mengurangi durasi pembelajaran. Dalam pembelajaran mendalam yang tidak mengharuskan guru mengejar penyampaian materi secara cepat, atau terburu-buru oleh waktu, guru dapat mempertimbangkan jeda saat kegiatan pembelajaran terlihat mulai membosankan, siswa mulai goyah konsentrasinya. Latihan mindfulness ini dapat dilakukan di luar kelas, siswa bersama gurunya bersama-sama duduk di lantai, sehingga cara ini dapat efektif mengusir kantuk, bosan dan gangguan atas konsentrasi. Tentu saja, diperlukan dukungan sistem (support system) oleh pimpinan sekolah agar suasana belajar di sekolah dapat aman dan nyaman. Setidaknya sekolah memastikan fasilitas belajar siswa mendukung pada pembelajaran yang berkesadaran ini.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Guru Oemar Bakrie dan Mimpi Merdeka Finansial
Kamis, 28 Agustus 2025 09:03 WIB
Mindfulness dalam Pembelajaran Mendalam
Senin, 3 Maret 2025 08:41 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler