Konferensi Asia Afrika: Jejak Sejarah yang Mengubah Dunia
Kamis, 17 April 2025 19:51 WIB
Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung menjadi momen bersejarah yang mempersatukan negara-negara Asia dan Afrika melawan kolonialisme.
Pada 18-24 April 1955, kota Bandung menjadi saksi sejarah penting dunia: Konferensi Asia Afrika (KAA), sebuah pertemuan bersejarah yang mempertemukan negara-negara Asia dan Afrika untuk pertama kalinya dalam semangat solidaritas, perdamaian, dan perjuangan melawan kolonialisme. KAA bukan hanya ajang diplomasi, tapi juga simbol lahirnya gerakan negara-negara yang ingin menentukan nasibnya sendiri di tengah rivalitas Perang Dingin.
Latar Belakang: Dunia yang Terpecah
Setelah Perang Dunia II, dunia terbelah dua: blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat, dan blok Timur yang dipimpin Uni Soviet. Di tengah ketegangan ini, banyak negara di Asia dan Afrika baru saja meraih kemerdekaan atau masih berjuang melawan kolonialisme. Mereka merasa perlu menyatukan suara, memperjuangkan kepentingan bersama, dan tidak ingin terseret ke dalam konflik adidaya.
Gagasan Lahirnya KAA
Gagasan KAA berangkat dari Konferensi Kolombo tahun 1954 yang dihadiri oleh lima negara: Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka (dulu Ceylon), dan Burma (sekarang Myanmar). Mereka sepakat untuk menggelar pertemuan yang lebih besar dengan mengundang negara-negara Asia dan Afrika lainnya. Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, kemudian menjadi tuan rumah KAA di Bandung.
Pelaksanaan Konferensi Asia Afrika 1955
Konferensi Asia Afrika digelar pada 18–24 April 1955 dan dihadiri oleh 29 negara yang mewakili lebih dari setengah populasi dunia saat itu. Para pemimpin besar hadir, seperti Jawaharlal Nehru (India), Gamal Abdel Nasser (Mesir), Zhou Enlai (China), hingga Ali Sastroamidjojo dan Mohammad Hatta dari Indonesia.
Di Gedung Merdeka, suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti jalannya konferensi. Perbedaan latar belakang budaya, politik, dan ekonomi tak menyurutkan tujuan utama: menyatukan suara untuk perdamaian, kemerdekaan, dan kerja sama.
Isu yang Dibahas:
-
IklanScroll Untuk Melanjutkan
Penghapusan kolonialisme
-
Perlawanan terhadap apartheid dan rasisme
-
Kerja sama ekonomi & budaya
-
Perdamaian dunia dan pengurangan senjata nuklir
Hasil Utama: Dasa Sila Bandung
KAA menghasilkan 10 prinsip dasar (Dasa Sila Bandung) yang menjadi pedoman hubungan internasional:
-
Menghormati hak-hak dasar manusia.
-
Menghormati kedaulatan semua bangsa.
-
Tidak melakukan intervensi negara lain.
-
Menyelesaikan sengketa secara damai.
-
Menghormati hukum internasional.
-
Memajukan kerja sama ekonomi.
-
Menolak agresi militer.
-
Menentang politik apartheid.
-
Mendukung kemerdekaan bangsa terjajah.
-
Menjaga perdamaian dunia.
Dampak Besar Konferensi Asia Afrika
1. Mempercepat Kemerdekaan Negara Asia-Afrika
-
Aljazair (1962) merdeka dari Prancis.
-
Ghana (1957) menjadi negara Afrika sub-Sahara pertama yang merdeka.
-
Vietnam (1954-1975) terus berjuang hingga lepas dari penjajahan.
2. Lahirnya Gerakan Non-Blok (1961)
Diprakarsai oleh Soekarno (Indonesia), Nehru (India), Nasser (Mesir), Tito (Yugoslavia), dan Nkrumah (Ghana), Gerakan Non-Blok menjadi kekuatan penyeimbang saat Perang Dingin.
3. Mendorong Perlawanan terhadap Apartheid
KAA mengutuk politik apartheid di Afrika Selatan, yang akhirnya tumbang pada 1994.
4. Pengaruh dalam Diplomasi Modern
-
KTT Asia-Afrika (2005 & 2015) – Memperingati 50 & 60 tahun KAA.
-
Kerja sama Selatan-Selatan – Negara berkembang saling membantu tanpa intervensi Barat.
Warisan KAA di Era Modern
Meski dunia telah berubah, semangat KAA tetap relevan dalam isu:

Penulis Indonesiana
80 Pengikut

Strategi Pertumbuhan Konglomerat
Senin, 25 Agustus 2025 08:46 WIB
Riwayat Pinjaman Anda dalam BI Checking
Kamis, 21 Agustus 2025 22:45 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler