Aktivitas Manufaktur AS Menyusut Tajam di April
Senin, 5 Mei 2025 13:05 WIB
***
Malang, Indonesia – Sektor manufaktur Amerika Serikat mengalami kontraksi yang signifikan pada bulan April, mencatatkan penurunan terdalam dalam lima bulan terakhir. Data yang dirilis oleh Institute for Supply Management (ISM) pada Kamis (1/5/2025) menunjukkan bahwa pesanan baru yang lemah dan dampak berkelanjutan dari kebijakan tarif menjadi faktor utama yang menyebabkan kontraksi output paling tajam sejak tahun 2020.
Indeks Manufaktur ISM tercatat turun 0,3 poin menjadi 48,7 pada April, mengindikasikan adanya kontraksi dalam aktivitas manufaktur secara keseluruhan. Lebih mengkhawatirkan lagi, indeks produksi merosot lebih dari 4 poin ke level 44. Perlu dicatat bahwa angka di bawah 50 menandakan bahwa sektor tersebut sedang mengalami kontraksi. Di sisi lain, harga bahan baku justru menunjukkan sedikit peningkatan.
Angka-angka suram ini mencerminkan betapa sektor industri AS masih berjuang untuk mencapai pertumbuhan di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan yang terus berlanjut dan tekanan signifikan dari tarif yang diterapkan oleh AS. Kebijakan tarif ini secara langsung menghambat rencana ekspansi banyak perusahaan manufaktur. Lebih lanjut, pesanan baru tercatat menurun selama tiga bulan berturut-turut, dan jumlah pekerjaan tertunda (backlog) juga menyusut dengan kecepatan yang lebih tinggi, mengindikasikan permintaan yang semakin melemah.
Meskipun demikian, laporan ISM mencatat bahwa sebelas industri masih melaporkan adanya ekspansi. Sektor-sektor yang memimpin pertumbuhan ini antara lain adalah pakaian jadi, produk minyak bumi, batu bara, produk kayu, kertas, percetakan, produk mineral non-logam, logam primer, peralatan transportasi, perabot, serta produk kulit dan terkait.
Namun, perlu diperhatikan bahwa efek penimbunan barang secara cepat sebelum tarif diberlakukan, yang sempat mendorong aktivitas manufaktur, kini mulai mereda. Hal ini tercermin dalam Indeks Impor ISM yang turun dengan laju tercepat sejak akhir tahun 2023.
Selain tantangan dari sisi permintaan yang melemah, para pelaku industri juga harus bergulat dengan tekanan dari sisi biaya. Indeks harga bahan baku dilaporkan meningkat ke level tertinggi sejak Juni 2022, meskipun harga energi mengalami penurunan.
Timothy Fiore, Ketua Komite Survei Bisnis Manufaktur ISM, menyampaikan bahwa pelemahan permintaan dan produksi, serta berlanjutnya pemangkasan tenaga kerja, terjadi karena perusahaan-perusahaan harus beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Beliau juga menambahkan bahwa kenaikan harga sedikit meningkat akibat tarif, yang menyebabkan penumpukan pesanan, keterlambatan pengiriman, dan pertumbuhan persediaan manufaktur.
Kombinasi antara pesanan yang lemah, produksi yang melambat, serta penurunan backlog secara langsung berkontribusi pada penurunan lapangan kerja di sektor manufaktur selama tiga bulan berturut-turut. Data ketenagakerjaan pemerintah AS yang dijadwalkan rilis pada hari Jumat diperkirakan akan menunjukkan penurunan jumlah pekerja pabrik pada bulan April—yang akan menjadi penurunan pertama dalam tiga bulan terakhir.
Komentar Industri Pilihan dalam Survei ISM:
Survei ISM juga mengumpulkan berbagai komentar langsung dari para pelaku industri, yang memberikan wawasan lebih dalam mengenai tantangan yang mereka hadapi:
Produk Kimia: “Ketidakpastian tarif menjadi tantangan besar, baik dari pemasok Tier-1 yang kami bayar langsung, maupun dari pemasok Tier-2 yang mencoba membebankan tarif kepada kami lewat kenaikan harga atau tambahan biaya.”
Peralatan Transportasi: “Tarif berdampak pada operasional—terutama keterlambatan pengiriman lintas perbatasan dan perhitungan bea masuk yang rumit dan belum sepenuhnya dipahami. Akibatnya, kami kemungkinan membayar lebih. Implementasi tarif terjadi secara mendadak.”
Produk Komputer & Elektronik: “Iklim bisnis masih penuh keraguan. Dengan tarif yang sudah diterapkan, semua pengiriman dari China saat ini ditahan.”
Produk Makanan, Minuman & Tembakau: “Topik paling penting saat ini adalah tarif. Risiko yang muncul antara lain penyusutan margin karena naiknya biaya operasional serta keterlambatan pengiriman.”
Mesin & Peralatan: “Efek ‘tariff whiplash’ membuat kami kesulitan dalam menghadapi pelanggan. Dua masalah utama: (1) pelanggan menunda pesanan karena menunggu kejelasan tarif, atau (2) mereka membebankan tarif ke kami, sehingga kami menolak mengajukan penawaran karena tidak siap menanggung risiko.”
Produk Logam Fabrikasi: “Kami sangat khawatir soal dampak inflasi dari tarif. Produsen domestik menaikkan harga sesuka hati karena mereka bisa.”
Peralatan Listrik & Perkakas Rumah: “Permintaan sedikit di bawah target, tapi masih stabil di tengah kekhawatiran tarif. Kami menghabiskan banyak waktu untuk menghitung dampak perubahan tarif.”
Peralatan, Peralatan & Komponen: “Pengadaan strategis dan rantai pasok menjadi lumpuh di tengah situasi global yang berubah setiap hari karena…” (kutipan terpotong dalam laporan asli).
Secara keseluruhan, data ISM di bulan April memberikan gambaran yang suram bagi sektor manufaktur AS. Kombinasi antara permintaan global yang lesu, ketidakpastian kebijakan perdagangan, dan dampak tarif yang berkelanjutan terus memberikan tekanan signifikan pada pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan-perusahaan manufaktur di seluruh negeri. Para pelaku industri berharap adanya kejelasan kebijakan dan stabilitas ekonomi untuk memulihkan kembali momentum pertumbuhan di sektor ini
Sektor manufaktur Amerika Serikat (AS) kembali mengalami kontraksi pada April 2025, mencatat penurunan terdalam dalam lima bulan terakhir. Data terbaru dari Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan bahwa indeks manufaktur turun menjadi 48,7 turun 0,3 poin dari bulan sebelumnya. Angka di bawah 50 mengindikasikan kontraksi, dengan produksi mengalami penurunan paling tajam sejak 2020.
Produksi dan Permintaan Melemah, Harga Bahan Baku Naik
Indeks produksi ISM merosot lebih dari 4 poin ke level 44, menandakan perlambatan signifikan dalam output manufaktur. Sementara itu, pesanan baru turun untuk ketiga bulan berturut-turut, dan backlog pekerjaan menyusut lebih cepat—mencerminkan lemahnya permintaan pasar.
Di sisi lain, harga bahan baku justru meningkat, mencapai level tertinggi sejak Juni 2022, meskipun harga energi mengalami penurunan. Kenaikan biaya ini sebagian besar dipicu oleh kebijakan tarif baru yang memberatkan rantai pasokan.
Dampak Kebijakan Tarif dan Ketidakpastian Perdagangan
Laporan ISM menyoroti bahwa ketidakpastian kebijakan perdagangan dan penerapan tarif impor menjadi hambatan utama bagi industri. Sebanyak 11 sektor masih mencatat ekspansi, dipimpin oleh industri pakaian jadi dan minyak bumi. Namun, banyak perusahaan melaporkan penundaan pengiriman, kenaikan biaya logistik, dan kesulitan dalam perhitungan bea masuk.
Timothy Fiore Ketua Komite Survei Bisnis Manufaktur ISM, mengatakan:
Permintaan dan produksi melemah, sementara pemangkasan tenaga kerja masih berlangsung. Perusahaan berusaha beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang tidak menentu. Kenaikan harga akibat tarif juga memicu penumpukan pesanan dan keterlambatan pengiriman."
Dampak pada Tenaga Kerja dan Proyeksi ke Depan
Kontraksi di sektor manufaktur juga berdampak pada lapangan kerja. Indeks ketenagakerjaan ISM menunjukkan penurunan pekerjaan manufaktur untuk ketiga bulan berturut-turut Data resmi pemerintah AS yang akan dirilis Jumat (3/5) diperkirakan menunjukkan penurunan jumlah pekerja pabrik pada April—yang akan menjadi yang pertama dalam tiga bulan.
Komentar Pelaku Industri: Tarif Jadi Tantangan Utama
Survei ISM juga mencantumkan tanggapan dari berbagai sektor industri mengenai tantangan yang mereka hadapi:
- Produk Kimia Ketidakpastian tarif memengaruhi seluruh rantai pasok, baik dari pemasok langsung (Tier-1) maupun tidak langsung (Tier-2).
- Peralatan Transportasi: Keterlambatan pengiriman dan perhitungan bea masuk yang rumit membuat kami mungkin membayar lebih.
- Produk Komputer & Elektronik "Semua pengiriman dari China saat ini ditahan akibat tarif."
- Mesin & Peralatan Pelanggan menunda pesanan atau membebankan tarif kepada kami, sehingga kami menolak penawaran baru."
- Produk Logam Fabrikasi: "Produsen domestik menaikkan harga seenaknya karena minim persaingan."
Prospek ke Depan: Perlukah Intervensi Kebijakan?
Dengan melemahnya permintaan global dan tekanan biaya yang meningkat, banyak analis memprediksi bahwa sektor manufaktur AS akan terus menghadapi tantangan dalam beberapa bulan ke depan. Beberapa pihak mendorong revisi kebijakan tarif atau insentif fiskal untuk meredam dampak negatif pada industri.
Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar mulai mengalihkan strategi pengadaan dan rantai pasokan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan impor yang terkena tarif. Namun, langkah ini membutuhkan waktu dan investasi signifikan sebelum benar-benar memberikan hasil.
Kesimpulan
Laporan ISM April 2025 mengonfirmasi bahwa sektor manufaktur AS masih tertekan oleh permintaan yang lemah, kenaikan biaya, dan dampak kebijakan tarif Jika tren ini berlanjut, pertumbuhan ekonomi AS di kuartal kedua 2025 bisa terdampak, terutama jika lapangan kerja terus menyusut.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Pengantar Manajemen
Minggu, 24 Agustus 2025 06:41 WIB
Seluk-beluk Hukum Dagang Kontrak
Rabu, 20 Agustus 2025 15:32 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler