Pelonggaran Kebijakan Moneter Besar-besaran di Tengah Kekhawatiran Ekonomi China
Kamis, 8 Mei 2025 10:31 WIB
Beijing menurunkan suku bunga acuan dan mengurangi jumlah cadangan kas wajib yang harus disimpan oleh bank-bank komersial.
***
Bank sentral China (PBoC) hari ini mengambil langkah besar dalam upaya menopang perekonomian yang sedang berjuang. Di tengah kekhawatiran akan perlambatan lebih lanjut akibat lemahnya konsumsi domestik dan dampak perang dagang yang semakin intens dengan Amerika Serikat, PBoC melonggarkan sejumlah instrumen kebijakan moneter utamanya.
Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, dalam pengumumannya menyatakan bahwa Beijing akan menurunkan suku bunga acuan dan secara signifikan mengurangi jumlah cadangan kas wajib yang harus disimpan oleh bank-bank komersial. Langkah ini bertujuan untuk memicu peningkatan penyaluran kredit dan menggerakkan kembali roda perekonomian.
"Rasio cadangan wajib akan dipangkas sebesar 0,5 poin persentase," tegas Pan Gongsheng, seperti dikutip dari kantor berita AFP. Ia menambahkan bahwa suku bunga reverse repo tujuh hari, yang menjadi acuan penting bagi pinjaman jangka pendek, juga akan diturunkan dari 1,5% menjadi 1,4%.
Lebih lanjut, sebagai upaya langsung untuk mendorong permintaan, Pan mengumumkan penurunan suku bunga pinjaman untuk pembelian rumah pertama dengan tenor lebih dari lima tahun menjadi 2,6%, dari sebelumnya 2,85%. Langkah ini diharapkan dapat menggairahkan kembali sektor properti yang tengah mengalami kelesuan.
Rincian lebih lanjut mengenai langkah-langkah pelonggaran moneter ini dirilis oleh kantor berita Xinhua, yang merangkum 10 kebijakan baru PBoC:
* Penurunan Rasio Cadangan Wajib (RRR): Dipangkas sebesar 0,5 poin persentase, diperkirakan akan menyuntikkan sekitar 1 triliun yuan likuiditas jangka panjang ke pasar.
* Penyempurnaan Sistem Cadangan Wajib: Penurunan sementara RRR dari 5% menjadi 0% untuk perusahaan pembiayaan otomotif dan perusahaan leasing keuangan.
* Penurunan Suku Bunga Kebijakan: Suku bunga reverse repo 7 hari di pasar terbuka diturunkan sebesar 0,1 poin persentase, dari 1,5% menjadi 1,4%. Langkah ini diantisipasi akan mendorong penurunan loan prime rate (LPR) sekitar 0,1 poin persentase.
* Penurunan Suku Bunga Instrumen Kebijakan Moneter Struktural: Penurunan sebesar 0,25 poin persentase, meliputi:
* Berbagai suku bunga alat struktural khusus.
* Suku bunga refinancing untuk pertanian dan usaha kecil dari 1,75% menjadi 1,5%.
* Suku bunga Pledged Supplementary Lending (PSL) dari 2,25% menjadi 2%.
* Penurunan Suku Bunga Pinjaman Dana Perumahan (Housing Provident Fund): Penurunan sebesar 0,25 poin persentase, dengan suku bunga pinjaman rumah pertama tenor lebih dari lima tahun menjadi 2,6% (dari 2,85%), dan penyesuaian proporsional untuk tenor lainnya.
* Peningkatan Kuota Refinancing untuk Inovasi Teknologi dan Transformasi Industri: Ditambah sebesar CNY 300 miliar, dari CNY 500 miliar menjadi CNY 800 miliar, untuk mendukung kebijakan "dua hal baru" (infrastruktur baru dan industrialisasi baru).
* Pembentukan Program Refinancing untuk Konsumsi Jasa dan Perawatan Lansia: Alokasi sebesar CNY 500 miliar untuk mendorong bank komersial meningkatkan penyaluran kredit ke sektor-sektor tersebut.
* Peningkatan Kuota Refinancing untuk Sektor Pertanian dan Usaha Kecil: Ditambah sebesar CNY 300 miliar, dikombinasikan dengan penurunan suku bunga terkait, untuk mendukung perluasan pinjaman ke sektor pertanian, usaha mikro, dan perusahaan swasta.
* Optimalisasi Dua Alat Kebijakan Moneter untuk Mendukung Pasar Modal: Menggabungkan:
* CNY 500 miliar untuk fasilitas swap bagi sekuritas, reksa dana, dan perusahaan asuransi.
* CNY 300 miliar untuk refinancing pembelian kembali saham.
* Pembentukan Mekanisme Pembagian Risiko untuk Obligasi Inovasi Teknologi: PBoC menyediakan refinancing berbiaya rendah untuk pembelian obligasi teknologi, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan lembaga penjaminan pasar, untuk menanggung sebagian risiko gagal bayar. Tujuannya adalah membantu perusahaan teknologi dan institusi investasi menerbitkan obligasi berbiaya rendah dan jangka panjang.
Pan Gongsheng menegaskan bahwa PBoC akan terus menjalankan kebijakan moneter yang moderat dan fleksibel, serta melakukan penyesuaian kebijakan berdasarkan perkembangan ekonomi dan keuangan domestik maupun internasional. Koordinasi dengan kebijakan fiskal juga akan diperkuat untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi.
Langkah pelonggaran moneter kali ini menjadi yang paling signifikan sejak September tahun lalu, menunjukkan keseriusan Beijing dalam mengatasi tantangan ekonomi yang ada. Sebelumnya, China telah berulang kali mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter untuk mendorong pertumbuhan.
Meskipun ekonomi China mencatatkan pertumbuhan 5,4% pada kuartal pertama 2025, angka ini masih dianggap jauh dari kinerja historisnya di kisaran 6-7%. Pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19 berjalan lambat, terbebani oleh lemahnya permintaan domestik dan krisis berkepanjangan di sektor properti.
Situasi semakin rumit dengan meningkatnya tensi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump telah memberlakukan tarif tinggi hingga 145% pada berbagai produk China, dan Beijing merespons dengan tarif hingga 125% untuk impor dari AS.
Para ekonom telah lama memperingatkan bahwa gangguan dalam hubungan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini dapat mengancam bisnis, meningkatkan harga konsumen, dan memicu resesi global. Bulan lalu, Beijing menyalahkan perubahan tajam dalam ekonomi global atas penurunan kinerja sektor manufaktur. Meskipun ekspor China sempat melonjak lebih dari 12% pada Maret karena perusahaan bergegas mengamankan pengiriman sebelum tarif baru AS diberlakukan, ketidakpastian tetap membayangi.
Beijing sendiri telah menetapkan target pertumbuhan tahunan sekitar 5% untuk tahun ini, sama dengan tahun sebelumnya. Namun, banyak analis menilai target ini cukup ambisius mengingat berbagai tantangan yang dihadapi.
Tahun lalu, China telah mengumumkan serangkaian langkah agresif untuk menghidupkan kembali ekonominya, termasuk pemangkasan suku bunga, pelonggaran pembatasan pembelian rumah, peningkatan batas utang untuk pemerintah daerah, dan dukungan tambahan untuk pasar keuangan. Namun, setelah reli pasar saham yang kuat akibat ekspektasi stimulus besar-besaran, optimisme mereda karena otoritas tidak memberikan rincian spesifik mengenai besaran bailout yang disiapkan.
Kini, para analis memperkirakan bahwa dampak tarif dari AS dapat mendorong Beijing untuk mengubah pendekatan yang lebih hati-hati dan mengambil langkah-langkah stimulus yang lebih tegas guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Langkah pelonggaran moneter hari ini menjadi sinyal kuat perubahan tersebut. Pasar akan mencermati dengan seksama efektivitas kebijakan-kebijakan ini dalam beberapa bulan mendatang.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Pengantar Manajemen
Minggu, 24 Agustus 2025 06:41 WIB
Seluk-beluk Hukum Dagang Kontrak
Rabu, 20 Agustus 2025 15:32 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler