Musik Keroncong dan Midah, Si Manis Bergigi Emas!

Selasa, 27 Mei 2025 09:38 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Perjuangan Seorang Ibu dalam Novel Midah Si Manis Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer
Iklan

Midah, seorang penyanyi keroncong, adalah sosok perempuan muda yang hidup mandiri di tengah tekanan moral masyarakat.

 
Suara Perempuan di Tengah Tekanan Sosial
 
Cerpen Midah, Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer menghadirkan potret perempuan yang unik dalam sastra Indonesia. Midah, seorang penyanyi keroncong, adalah sosok perempuan muda yang hidup mandiri di tengah tekanan moral masyarakat. Melalui kisahnya, Pramoedya tidak hanya menyampaikan cerita cinta, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenungkan posisi perempuan seniman dalam masyarakat yang konservatif dan patriarkal.
 
Musik sebagai Ruang Hidup dan Identitas
 
Midah menjadikan musik, khususnya keroncong, sebagai ruang untuk hidup, mengekspresikan diri, dan meraih otonomi. Keroncong dalam cerita ini bukan sekadar hiburan, tapi menjadi simbol kebebasan dan ruang eksistensi bagi seorang perempuan yang tak mendapat tempat di rumah atau dalam struktur keluarga yang menindas.
 
Panggung sebagai Arena Penghakiman Sosial
 
Kebebasan yang ditawarkan oleh musik itu ternyata tidak sepenuhnya bebas. Panggung tempat Midah bernyanyi juga menjadi arena penghakiman. Di satu sisi, ia dipuja karena kecantikannya dan suaranya yang merdu. Di sisi lain, ia dicibir dan diremehkan karena memilih tampil di ruang publik. Suaranya dinikmati, tetapi dirinya sebagai perempuan seniman tidak dihargai. Masyarakat dengan mudah memberi cap buruk hanya karena ia hadir sebagai sosok perempuan yang tidak “menurut” pada norma yang telah ditentukan.
 
Perlawanan Sunyi dan Keteguhan Midah
 
Midah adalah simbol perempuan yang tidak bisa dikurung oleh tradisi. Ia tidak tinggal diam ketika ditolak ayahnya. Ia tidak pasrah ketika dicemooh. Ia tetap bernyanyi, tetap bekerja, dan tetap memilih siapa yang pantas menjadi suaminya. Dalam proses itu, ia menunjukkan bahwa kebebasan perempuan tidak selalu berbentuk revolusi besar, tapi bisa lahir dari tindakan-tindakan kecil yang konsisten: memilih bekerja, menolak tunduk, dan tetap berdiri di atas panggung.
 
Kebebasan yang Harus Dibayar Mahal
 
Kebebasan tidak datang tanpa harga. Midah harus menghadapi hidup yang keras, bekerja sendiri, dan menanggung label sosial yang menekan. Ia tidak diterima di dalam rumah, dan tidak sepenuhnya diterima di luar. Di sinilah letak tragedi dan kekuatan Midah: ia hidup di antara ruang-ruang yang tidak ramah, tapi tetap memilih bertahan.
 
Musik, Identitas, dan Perjuangan Perempuan
 
Melalui karakter Midah, Pramoedya menampilkan seni sebagai medan pertarungan identitas dan harga diri. Musik keroncong menjadi metafora tentang kebebasan yang bersyarat. Ia memberi ruang bagi perempuan untuk eksis, tetapi juga membuka ruang baru bagi penghakiman yang sistemik. Panggung bukan hanya tempat untuk bernyanyi, tapi juga tempat untuk bertahan hidup di tengah dunia yang tidak sepenuhnya adil.
 
Kebebasan Melalui Suara yang Dinyanyikan
 
Akhirnya, cerpen ini bukan hanya tentang perempuan cantik bergigi emas. Ini adalah kisah tentang keberanian untuk tampil dan bersuara, meski dunia tak sepenuhnya siap mendengarkan. Midah mengajarkan bahwa kebebasan bukanlah sesuatu yang diberikan, tetapi sesuatu yang diperjuangkan dengan suara, dengan kerja, dan dengan keyakinan bahwa dirinya layak dihargai bukan karena diam, tapi karena berani bernyanyi.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Zhafirah Najwa

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler