Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia \xd\xd\xd UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Namaku Hiroko: Ketika Perempuan Memilih Jalannya
Minggu, 1 Juni 2025 17:38 WIB
Hiroko, perempuan yang melawan norma, jadi simbol kebebasan dalam novel NH. Dini. Artikel ini kupas keberanian dan makna pilhannya.
***
Apa jadinya jika seorang perempuan desa menolak takdir yang diwariskan kepadanya? Namaku Hiroko, novel karya NH. Dini, menjawab pertanyaan itu dengan kisah yang kuat, berani, dan menggugah. Ini bukan sekadar cerita tentang perempuan yang bertahan hidup, tapi tentang keberanian untuk mengatakan:
"Aku puas dengan hidupku, dan aku tidak menyesal."
Hiroko, tokoh utama dalam novel ini, memulai hidupnya dari titik paling sederhana: pembantu rumah tangga. Namun, hidup membawanya melintasi banyak peran, pelayan bar, kekasih pria-pria asing, hingga perempuan mandiri yang tak lagi bergantung pada siapa pun. Ia berpindah tempat tinggal, menjalani relasi rumit, dan membuat keputusan-keputusan yang bagi sebagian orang mungkin dianggap keliru. Tapi bagi Hiroko, setiap langkah adalah bagian dari perjuangan untuk berdiri di atas kaki sendiri.
Melalui pendekatan strukturalisme genetik, kita bisa melihat bagaimana cerita Hiroko adalah cermin dari kesadaran kolektif perempuan dalam masyarakat patriarkal. NH. Dini tidak hanya membangun tokoh perempuan yang kuat, tapi juga mengkritik struktur sosial yang kerap membungkam pilihan-pilihan hidup perempuan. Hiroko hidup di dunia yang menuntut kepatuhan, namun ia memilih arah lain yang lebih jujur terhadap dirinya sendiri.
Yang menarik, Hiroko tidak digambarkan sebagai sosok sempurna. Ia rapuh, pernah kecewa, dan bahkan mengambil jalan yang oleh banyak orang dianggap “menyimpang.” Tapi justru di situlah kekuatan ceritanya: Hiroko manusiawi. Dan dalam kemanusiaannya, ia menjadi suara bagi banyak perempuan yang terpaksa bungkam.
Namaku Hiroko mengajak kita berpikir ulang soal moral, kebebasan, dan makna bahagia. NH. Dini menunjukkan bahwa pilihan hidup perempuan tidak harus selalu sesuai harapan orang lain. Kadang, kebebasan yang paling murni adalah saat seseorang bisa menerima dirinya sepenuhnya, dengan segala luka dan keputusan yang ia ambil.
Di tengah derasnya narasi tentang perempuan ideal, Hiroko muncul sebagai tokoh yang mengganggu pakem, tapi justru karena itulah ia layak diingat. Karena dalam dunia yang terus menilai, Hiroko memilih untuk hidup atas nama dirinya sendiri.

Penulis
0 Pengikut

Namaku Hiroko: Ketika Perempuan Memilih Jalannya
Minggu, 1 Juni 2025 17:38 WIB
Konflik dan Benturan Budaya dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis
Kamis, 29 Mei 2025 19:51 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler