Plagiarisme di Era Digital: antara Kemudahan Akses dan Krisis Kreativitas

Kamis, 26 Juni 2025 07:09 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
ChatGPT, AI pun Ternyata Butuh Libur
Iklan

Maraknya plagiarisme yang mengancam integritas akademik dan menimbulkan krisis kreativitas di kalangan pelajar dan mahasiswa.

***

 Perkembangan teknologi digital telah mengubah wajah dunia pendidikan dan penelitian secara drastis. Informasi yang dulunya sulit diakses kini tersedia secara instan melalui internet. Namun, kemudahan akses ini membawa tantangan serius, yaitu maraknya plagiarisme yang mengancam integritas akademik dan menimbulkan krisis kreativitas di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kemudahan Akses Informasi dan Risiko Plagiarisme

Era digital menyediakan akses tak terbatas ke berbagai sumber informasi, mulai dari jurnal ilmiah, artikel, hingga buku elektronik. Namun, kemudahan ini sering kali disalahgunakan dengan melakukan plagiarisme, yakni menyalin karya orang lain tanpa memberikan kredit yang layak. Survei yang dilakukan menggunakan program Turnitin menunjukkan tingkat plagiarisme tinggi di kalangan mahasiswa, dengan beberapa tugas memiliki kemiripan hingga 83% (Adriel, 2022).

Faktor lain yang memicu plagiarisme adalah kemunculan jasa joki yang memudahkan mahasiswa untuk menyerahkan tugasnya kepada orang lain. Hal ini bukan hanya mengurangi proses belajar, tetapi juga melemahkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa.

Variasi Bentuk Plagiarisme di Era Digital

Plagiarisme tidak hanya berupa penjiplakan teks secara langsung, tetapi juga mencakup plagiarisme ide, parafrase tanpa atribusi, dan bahkan penggunaan teknologi untuk menghasilkan karya yang tampak orisinal namun sebenarnya hasil modifikasi dari karya lain. Teknologi digital memungkinkan plagiarisme lebih cepat dan sulit dideteksi tanpa alat bantu yang memadai.

Krisis Kreativitas di Dunia Akademik

Digitalisasi memberikan kemudahan, tetapi juga berpotensi menurunkan kreativitas. Mahasiswa yang terlalu bergantung pada sumber online cenderung malas berpikir inovatif dan kritis. Mereka lebih memilih jalan pintas daripada mengembangkan ide sendiri. Sebuah artikel di Kumparan (2022) menegaskan bahwa plagiarisme dan kemudahan akses informasi membuat mahasiswa kehilangan kemampuan intelektual dan kreativitas yang esensial untuk kemajuan akademik.

Selain itu, kecanduan game online dan distraksi digital lainnya juga mengurangi waktu dan fokus mahasiswa untuk mengasah kreativitas dan produktivitas belajar (Muhajir et al., 2023).

Dampak Negatif Plagiarisme dan Digitalisasi

Plagiarisme merusak reputasi akademik individu dan institusi. Krisis etika ini juga mencerminkan prioritas yang salah dalam dunia pendidikan tinggi, di mana kuantitas publikasi lebih diutamakan daripada kualitas dan orisinalitas penelitian (Mediadosen, 2025). Akibatnya, dunia akademik kehilangan kepercayaan dari masyarakat luas.

Selain itu, kemunduran kreativitas yang diakibatkan oleh plagiarisme dan distraksi digital berdampak pada kualitas lulusan yang dihasilkan, yang pada akhirnya melemahkan daya saing bangsa di era globalisasi.

Upaya Pencegahan dan Solusi

Untuk mengatasi plagiarisme di era digital, diperlukan pendekatan komprehensif. Pendidikan literasi digital dan etika akademik harus ditanamkan sejak dini agar mahasiswa mampu memahami pentingnya orisinalitas dan cara penulisan ilmiah yang benar. Penggunaan teknologi pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin harus dioptimalkan oleh institusi pendidikan.

Selain itu, pembentukan budaya kreativitas dan inovasi harus menjadi prioritas. Mahasiswa didorong untuk mengembangkan ide-ide baru dan melakukan penelitian yang orisinal. Peran guru dan dosen sangat penting dalam membimbing dan memberikan motivasi agar mahasiswa tidak tergantung pada sumber instan.

Manajemen waktu dan pengelolaan distraksi digital juga perlu diajarkan agar mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi secara produktif dan tidak terjebak dalam kebiasaan buruk seperti kecanduan game online (Muhajir et al., 2023).

Kesimpulan

Plagiarisme di era digital merupakan tantangan besar yang lahir dari kemudahan akses informasi sekaligus tekanan akademik. Fenomena ini tidak hanya merusak integritas akademik, tetapi juga memicu krisis kreativitas yang berbahaya bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pencegahan plagiarisme harus dilakukan dengan edukasi literasi akademik, pemanfaatan teknologi deteksi, dan penguatan budaya kreativitas. Dengan demikian, kemajuan teknologi digital dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengorbankan kejujuran dan inovasi.

 

Daftar Pustaka

  1. Adriel, B. E. (2022). Kreativitas Mahasiswa Menurun Akibat Digitalisasi, Kok Bisa? Kumparan.
  2. Mediadosen. (2025). Krisis Etika Akademik dalam Dunia Pendidikan Tinggi.
  3. Muhajir, A., Pratama, F. W., Nuno, M., Vembra, A., Dharmawan, A. L., Fajri, H. A., Faqih, M. N., Sanjaya, K. A., Zaldi, M., Alhafidz, D., & Manap, N. H. (2023). Dampak Internet Terhadap Produktivitas dan Kreativitas Pelajar di Era Digital di SMA Negeri 6 Tangerang Selatan. Jurnal KOMMAS, 5(2), 133-145.
  4. Mabesnews. (2025). Krisis Literasi di Era Digital: Pentingnya Menjaga Tradisi Baca Tulis Anak.
  5. Bdk Jakarta. (2020). Teknologi Pendidikan Era Digital dan Tantangan Indonesia Menghadapi Dinamika Peradaban Milenium Sebagai Era Robotic. 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler