Sabar Menunggu Jawaban
Rabu, 30 Juli 2025 15:08 WIB
Dalam hidup, kadang tidak semua hal butuh jawaban yang gamblang. Ada kalanya kita hanya perlu tahu bahwa sesuatu sedang terjadi, dan cukup...
Suatu sore yang mendung, seorang sahabat mengirim pesan yang cukup mengejutkan. "Aku sudah tidak sanggup lagi menghadapi semua ini," tulisnya dengan nada putus asa. "Setiap kali ada masalah, aku selalu bertanya kenapa ini terjadi padaku? Kapan semua ini akan berakhir? Tapi tidak pernah ada jawaban yang memuaskan. Aku lelah menunggu kejelasan."
Pesan singkat itu membuatku terdiam sejenak. Bukankah kita semua pernah merasakan hal yang sama? Di tengah badai kehidupan, kita sering terjebak dalam lingkaran pertanyaan tanpa jawaban yang jelas.
Tidak Semua Hal Butuh Jawaban
Dalam hidup,kadang tidak semua hal butuh jawaban yang gamblang. Ada kalanya kita hanya perlu tahu bahwa sesuatu sedang terjadi, dan cukup sampai di situ. Seperti seorang penumpang di dalam pesawat yang tidak perlu tahu detail teknis mesin untuk bisa sampai ke tujuan dengan selamat.
Terkadang kita harus cukup bersabar menunggu jawaban tanpa perlu banyak bertanya, hingga semua proses berjalan dengan sempurna. Seperti petani yang menabur benih, dia tidak akan menggali tanah setiap hari untuk mengecek apakah benihnya sudah tumbuh. Dia percaya pada prosesnya. Sayangnya, kita sering terlalu buru-buru dan tidak sabar menunggu jawaban sebelum semua proses berlalu. Ingin segera tahu hasil, padahal perjalanannya masih panjang.
Fitrah Manusia yang Tergesa-gesa
Al-Quran dengan tegas menjelaskan sifat dasar manusia ini. Allah berfirman: "Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan manusia itu memang tergesa-gesa." (QS. Al-Isra: 11)
Ayat ini menggambarkan betapa manusia sering kali tidak sabar, bahkan sampai mendoakan hal buruk ketika emosi sedang memuncak. Kita terburu-buru ingin melihat hasil, padahal belum tentu yang kita inginkan itu baik untuk kita. Dalam ayat lain, Allah juga menegaskan: "Manusia telah diciptakan dari sifat tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku, maka janganlah kamu minta Aku mempercepat(nya)." (QS. Al-Anbiya: 37)
Ini bukan kelemahan yang harus kita salahkan, melainkan bagian dari ujian hidup. Bagaimana kita mengelola sifat tergesa-gesa ini menjadi kunci kedewasaan spiritual kita.
Pelajaran dari Kisah Musa dan Khidir
Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dalam surah Al-Kahf memberikan pelajaran luar biasa tentang pentingnya tidak terburu-buru dalam menilai sesuatu. Ketika Musa meminta untuk mengikuti Khidir belajar, Khidir sudah memperingatkan: "Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" Musa yang yakin bisa bersabar akhirnya diizinkan ikut. Namun selama perjalanan, setiap kali Khidir melakukan sesuatu yang tampak aneh - merusak perahu, membunuh pemuda, memperbaiki tembok di kampung yang tidak ramah - Musa selalu protes. Dia tidak sabar melihat hal-hal yang menurutnya tidak masuk akal.
Barulah di akhir perjalanan, Khidir menjelaskan hikmah di balik setiap tindakannya. Perahu dirusak untuk melindunginya dari raja yang merampas. Pemuda dibunuh karena akan membawa kedurhakaan pada orang tuanya yang saleh, dan Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Tembok diperbaiki karena di bawahnya ada harta anak yatim yang perlu dilindungi.
Hikmah dalam Ketidaktahuan
Kisah ini mengajarkan kita bahwa ada rencana besar di balik setiap kejadian dalam hidup. Yang tampak buruk belum tentu buruk, yang tampak baik belum tentu baik. Keterbatasan pengetahuan kita membuat mata ini sering salah melihat. Ketika kita kehilangan pekerjaan, putus cinta, atau mengalami sakit, kita langsung bertanya "Kenapa aku?" Padahal bisa jadi Allah sedang menghindarkan kita dari sesuatu yang lebih buruk, atau mempersiapkan jalan menuju yang lebih baik. Relevansi kisah Musa dan Khidir sangat terasa dalam kehidupan sehari-hari. Kita sering gelisah ketika rencana tidak berjalan sesuai keinginan, padahal mungkin saja Allah sedang menulis skenario yang lebih indah untuk kita.
Sabar Bukan Pasrah Kesabaran yang dimaksud bukan berarti pasrah tanpa usaha. Bukan diam saja menunggu mukjizat turun dari langit. Kesabaran adalah tetap berikhtiar dengan maksimal sambil menyerahkan hasil akhir kepada Allah. Seperti seorang dokter yang mengoperasi pasien. Dia menggunakan seluruh keahliannya, tapi tetap berdoa karena tahu bahwa kesembuhan sejati datang dari Allah. Dia berusaha, tapi tidak sombong seolah-olah dia yang menyembuhkan. Allah mengingatkan kita: "Dan Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)
Ayat ini mengajarkan kerendahan hati. Bahwa pengetahuan kita sangat terbatas dibandingkan dengan pengetahuan Allah yang Maha Mengetahui. Maka tidak ada alasan untuk terburu-buru atau merasa lebih tahu dari-Nya.
______
Beberapa hari kemudian, sahabat yang mengirim pesan putus asa itu menghubungiku lagi. Kali ini suaranya lebih tenang. "Terima kasih sudah mendengarkan keluh kesahku waktu itu," katanya. "Aku mulai belajar untuk tidak selalu mencari jawaban atas setiap pertanyaan. Kadang memang lebih baik menunggu sambil terus berusaha. Siapa tahu nanti, ketika waktunya tepat, semua akan terasa masuk akal." Aku tersenyum mendengarnya. Memang begitulah hidup. Tidak semua puzzle harus segera kita selesaikan. Ada saatnya kita hanya perlu memegang potongan-potongan kecil, percaya bahwa suatu hari nanti semuanya akan membentuk gambar yang indah dan utuh. Yang penting, kita tidak berhenti berjalan meski belum tahu ujung jalan. Karena kadang, perjalanan itu sendiri adalah jawaban yang kita cari.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Sabar Menunggu Jawaban
Rabu, 30 Juli 2025 15:08 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler