Jurnalis Publik Dan Pojok Desa.

Parau

Senin, 1 September 2025 14:51 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Alodokter 6 Cara Mengembalikan Suara yang Hilang - Alodokter
Iklan

Notasi suaranya membentuk fluktuasi grafik dari tinggi ke rendah, seolah membawa makna terselubung dalam dualisme iya dan tidak—tanpa kejelasan

Parau.

kpd

Kontributor Pojok Desa.


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

- cerpen.


Notasi suaranya membentuk fluktuasi grafik dari tinggi ke rendah, seolah membawa makna terselubung dalam dualisme iya dan tidak—tanpa kejelasan artikulasi harfiah. Ia tidak menyebut kata tertentu, apalagi huruf tertentu. Bahkan, ada saat ketika suaranya terdengar seperti doa yang lirih.

Suaranya sedikit parau, menandakan stamina yang meredup intensitasnya. Namun, setelah membaca beberapa risalah bahasa dan etimologi sejarah, aku menemukan fonetik kata “parau” dalam kisah Bani Israil—merujuk pada raja yang dalam translasi Indonesia dikenal sebagai Fir’aun.

Namanya memang Parau, seorang wanita dari negeri yang disinyalir keturunan bangsa Mongol. Bangsa itu dikenal sebagai penguasa strategi perang yang handal. Dalam sejarah Islam, pernah lahir seorang panglima penakluk dari bangsa ini, konon bernama dengan akhiran Khutbi.

Kata-kata Parau melayang di udara. Meski berbeda ucap, apakah perempuan tidak terdengar mengutarakan fakta tersirat dalam fluktuasi fonemnya? Suara yang lebih rendah ketika mengafirmasi rencana seakan menandakan keraguannya. Pernikahannya hampir diselenggarakan, namun tampak ia tak sepenuhnya menyetujui jalannya ritual itu.

Kadang, Parau mendengar aksen India, dengan notasi meliuk dari suara nyanyiannya. Sebuah cermin keberagaman bangsa-bangsa dunia, keindahan variabel linguistik dan tradisi, serta kebudayaan sebagai fakta ekosistem peradaban manusia.

“Setelah cinta mengaburkan, membiaskan konsistensi bahasa keyakinanku,” ujarnya lirih.

“Dan aku tidak selalu melihat pernikahan sebagai epik dari drama percintaan, sebagai komitmen semata. Di sisi lain, apakah persaudaran itu juga cinta?” Suaranya bernada filosofis. “Philia itu siapa? Dan, apakah ia selalu berkenalan dengan Eros?”

Aku mangut-mangut, teringat pada fenomena lokal. Nama-nama seperti Yuk Nani atau Yuk Sri—artikulasinya berbeda, jarak linguistik dari budaya dan tradisi Yunani. Yuk Nani artinya seorang kakak perempuan bernama Nani. Keberagaman ini menyegarkan, menjadi dinamika kontemplasi tentang makna keberadaan manusia.

Menjelang senja, aku meninggalkan suasana berpikir itu, dengan rencana menemui seseorang bernama Susan—figurasi tokoh dalam fabel anak-anak yang menjadi konfigurasi dunia kanak-kanaknya. Parau tetap menjalani pernikahannya, sementara aku hadir sebagai undangan, dan telah mengirim pesan ucapan selamat serta doa toyyibah untuk kelanggengan hidupnya.

“Parau?” Mungkin ia menangis semalaman karena bahagia.

Notasi suaranya tetap membentuk fluktuasi grafik tinggi-rendah, mengandung makna ambigu, seperti iya dan tidak, tanpa artikulasi harfiah—bahkan terdengar seolah berdoa.

Ahmad Wansa Al-faiz,
Bandar Lampung, 30 Agustus 2025.


 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Kontributor Pojok Desa

Penulis Indonesiana

2 Pengikut

img-content

Parau

Senin, 1 September 2025 14:51 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler