Masyarakat Sipil - Jambi
Tutup Buku Sowan Politik ke Kediaman Jokowi
11 jam lalu
Begitu panggung politik bergeser, sowan ke rumah Jokowi pun tak lagi menjadi prioritas.
***
Fenomena politik nasional di Indonesia pada Pemilu dan Pilkada tahun 2024 lalu melahirkan satu tradisi baru, yaitu sowan ke mantan Presiden Jokowi. Dari pejabat pusat hingga didominasi oleh calon kepala daerah, Solo mendadak menjadi destinasi ritual politik. Rumah pribadi jokowi di Jalan Kutai nomor 1, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo tak ubahnya sebuah miniatur istana untuk seorang Presiden yang purnatugas, target para politisi berbondong-bondong datang, membawa salam, menundukkan badan dan kemudian pulang dengan harapan restu.
Budaya sowan ini memuncak menjelang Pemilu tahun 2024 dan Pilkada serentak. Hampir setiap minggu media memotret para elite yang datang bergiliran, ada yang sowan bersama keluarga, rombongan pendukung, begitupun yang datang perorangan dengan simbol politik yang kental. Publik pun terbiasa dengan melihat wajah-wajah calon pemimpin yang menganggap kehadiran di Solo sebagai legitimasi politik dari Jokowi dengan gaya politik populisnya.
Pasca hiruk pikuk pemilu perlahan mereda, fenomena ini juga seakan padam. Jokowi tetaplah Jokowi, namun rumahnya tak lagi ramai oleh tamu-tamu politik. Seperti sebuah buku tamu yang halaman terakhirnya telah ditandatangani, kediaman jJokowi kini tampak kembali menjadi rumah pribadi biasa. ”Tutup buku tamu politik”, begitulah kira-kira kondisi yang terbaca.
Fenomena ini memberi pesan jelas. Sowan politik ke Jokowi adalah agenda semusim, momentum yang hanya hidup ketika pengaruh kekuasaan masih dianggap krusial. Bukan sekedar silaturahmi, melainkan ritual untuk mencari legitimasi. Begitu panggung politik bergeser, sowan pun tak lagi menjadi prioritas.
Fenomena tersebut menunjukkan fakta bahwa politik Indonesia masih berpusat pada figur, bukan gagasan. Lazimnya untuk seorang calon kepala daerah atau di dewan perwakilan adalah memanfaatkan momentum menjelang Pemilu/Pilkada untuk lebih intens membangun kedekatan dengan rakyat. Memilih opsi untuk lebih menampilkan kedekatan dengan sang mantan Presiden tentu adalah magnet sementara yang dikemudian hari akan kehilangan pengaruh dan kekuasaan.
Tutup buku tamu di kediaman Jokowi harus diamati sebagai cermin. Sebab, demokrasi yang sesungguhnya tentu tidak bergantung pada satu atap rumah, satu tokoh, atau satu undangan di buku tamu. Demokrasi yang kita inginkan adalah ketika rakyat sebagai faktor penentu dijadikan titik utama silaturahmi politik. Tradisi sowan politik bukan pilihan yang salah untuk dilakukan oleh kandidat, namun sudah semestinya terlaksana di rumah-rumah rakyat dan bukan semata-mata di keraton kekuasaan.

Penulis Indonesiana
1 Pengikut

Tutup Buku Sowan Politik ke Kediaman Jokowi
11 jam lalu
Kereta Kencana Kolonial di Parlemen
Kamis, 11 September 2025 11:36 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler