Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - Kolom ini hadir sebagai ruang refleksi atas dinamika demokrasi Indonesia pasca-Reformasi, ketika masyarakat sipil terus mencari cara untuk menegakkan kontrol terhadap negara. -Mitigasi - dipahami sebagai upaya pencegahan konflik sosial dan politik, sementara - Litigasi - merujuk pada proses penegakan hukum serta penyelesaian sengketa yang lahir dari ketegangan sipil-militer maupun antar-aktor politik. Melalui perspektif supervisi sosial, kolom ini menyoroti bagaimana lembaga non-pemerintah, media, serta komunitas akademik berperan sebagai pengawas kritis. Tujuannya jelas: memastikan demokrasi tidak hanya menjadi prosedur elektoral, tetapi juga praktik yang berpihak pada keadilan sosial. Dalam lingkup politik, kolom ini mengurai fenomena - grey area - purnawirawan militer, problem akuntabilitas hukum, hingga dilema skeptisisme publik terhadap institusi negara. Semua dibaca bukan semata dari sisi hukum formal, melainkan juga sebagai gejala sosiologis yang memengaruhi hubungan kekuasaan dan kepercayaan publik. Jurnal Mitigasi - Litigasi Supervisi Sosial dan Politik - bukan hanya catatan akademik, melainkan juga ajakan untuk terus mengawal reformasi. Bahwa demokrasi sejati hanya dapat tumbuh bila ada keseimbangan antara negara yang berkuasa dan masyarakat yang berdaya mengawasi.
Konkatenasi Dimana 1+1=2 adalah Salah
Rabu, 24 September 2025 10:36 WIB
***
***
Fenomena matematis maupun linguistik dalam representasi simbol kerap menyingkap ketegangan antara kuantitas dan bentuk. Ekspresi “1+1=2” biasanya dianggap benar secara universal dalam aritmetika klasik, khususnya dalam himpunan bilangan bulat. Namun, dalam konteks konkatenasi (string concatenation), ekspresi tersebut justru menjadi salah, dan yang dianggap benar adalah “1+1=11”.
Kondisi ini membuka ruang diskusi tentang bagaimana komputer maupun sistem logika formal membaca simbol, serta bagaimana perbedaan semantik dan sintaksis berimplikasi pada kebenaran sebuah pernyataan. Secara historis, istilah concatenare dalam bahasa Latin berarti “mengikat bersama” atau “merangkai”[1].
Dalam ilmu komputer konkatenasi digunakan untuk menyatakan operasi penggabungan dua string atau lebih menjadi sebuah string tunggal. Jika angka “1” diperlakukan sebagai simbol (string) bukan sebagai bilangan, maka hasil dari operasi “1” + “1” bukanlah “2”, melainkan “11”.
Hal ini menegaskan bahwa nilai kebenaran suatu ekspresi tidak bersifat absolut, melainkan sangat tergantung pada aturan sintaksis sistem formal yang dipakai[2].
Perbedaan ini dapat dipetakan melalui diagram variabel berikut :
Variabel A = "1" (string)
Variabel B = "1" (string)
Jika operasi = aritmetika:
A + B = 2 → benar
Jika operasi = konkatenasi:
A + B = "11" → benar
A + B = 2 → salah
Diagram tersebut menunjukkan bahwa pernyataan `1+1=2` hanya benar dalam domain aritmetika integral, tetapi salah dalam domain konkatenasi string. Sebaliknya, `1+1=11` adalah benar dalam domain konkatenasi, tetapi salah dalam domain aritmetika.
Dengan demikian kebenaran tidak melekat pada simbol itu sendiri, melainkan pada aturan interpretasi yang mendasarinya. Implikasi akademis dari contoh sederhana ini luas. Pertama, ia menyoroti pentingnya membedakan ontologi angka (sebagai kuantitas matematis) dan ontologi simbol (sebagai bentuk linguistik atau sintaksis) [3].
Kedua, ia menegaskan bahwa komputer pada dasarnya bukan mesin kebenaran universal, melainkan mesin formal yang bekerja sesuai aturan logika yang diberikan. Ketiga, ia mengingatkan kita bahwa dalam era digital, angka sering kali berperan ganda: sebagai representasi nilai kuantitatif sekaligus sebagai simbol linguistik.
Dengan demikian, artikel ini mengajukan bahwa judul Konkatenasi Dimana 1+1=2 Adalah Salah bukanlah paradoks, melainkan penegasan atas pluralitas sistem representasi. Dalam sistem aritmetika integral, 1+1=2 adalah aksioma. Namun dalam sistem konkatenasi, 1+1=2 adalah salah, dan yang benar adalah 1+1=11.
Kesadaran akan perbedaan sistem formal ini penting, baik dalam filsafat matematika, ilmu komputer, maupun kajian semantik simbol.
Catatan Kaki
[1]: Oxford Latin Dictionary, s.v. *concatenare*, Oxford University Press, 1982.
[2]: Hopcroft, J.E., Motwani, R., & Ullman, J.D. *Introduction to Automata Theory, Languages, and Computation*, Addison-Wesley, 2001.
[3]: Frege, Gottlob. The Foundations of Arithmetic. Trans. J.L. Austin. Northwestern University Press, 1980.
Referensi
- Chomsky, N. Syntactic Structures. The Hague: Mouton, 1957.
- Hopcroft, J.E., Motwani, R., & Ullman, J.D. Introduction to Automata Theory, Languages, and Computation. Addison-Wesley, 2001.
- Frege, Gottlob. The Foundations of Arithmetic. Trans. J.L. Austin. Northwestern University Press, 1980.
- Oxford Latin Dictionary. Oxford: Oxford University Press, 1982.

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Revisionisme, Kontradiksi Logis terhadap Plato, Sir Thomas More dan Utopia
Sabtu, 27 September 2025 06:49 WIB
Fobia Buku Kiri dan Keberanian Franz Magnis-Suseno
Sabtu, 27 September 2025 06:53 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler