Terbang Menembus Langit - Perjuangan Lepas Dari Kemiskinan
9 jam lalu
Terbang Menembus Langit ditulis berdasarkan kisah nyata kehidupan Onggie, seorang pemuda miskin menjadi motivator internasional
Judul: Terbang Menembus Langit
Penulis: Silvarani
Tahun terbit: 2018
Penerbit: Noura
Tebal: 288
ISBN: 978-602-385-456-1
Kehadiran buku ini tak sehingar-bingar filmnya. Namun bagi penggemar buku yang tidak suka menonton bioskop, kehadiran kisah Onggy Hianata Chunnardi dalam bentuk buku justru mengobati keingintahuan tentang sosok pejuang kehidupan ini. Untuk itu saya harus mengucapkan terima kasih kepada Silvarani yang telah menulis kisah pemuda Tionghoa asal Tarakan ini. Silvarani memilih menuangkan kehidupan Onggy dalam bentuk novel.
Onggy, atau dalam keluarganya dipanggil A Cun, adalah anak bungsu dari pasangan Ong Tjui Moi dan Oei Giok Ho. Ia delamapn bersaudara. Ayahnya hanyalah seorang pegawai toko kelontong yang gajinya tak cukup untuk mengirim anak-anaknya ke sekolah. Hanya A Lie yang bersekolah. Itu pun karena A Lie anak cerdas.
Onny yang suka mengintip kelas A Lie, akhirnya mendapat ijin untuk ikut sekolah. Onggy sekolah dengan biaya dari beasiswa yang didapatkan oleh A Lie. Onggy berhasil menyelesaikan pendidikan SMA-nya. Dengan tekad yang besar, Onggy pergi ke Surabaya untuk kuliah. Kakak-kakaknya mendukung sebisanya. Onggy kuliah sambil bekerja. Apapun pekerjaan dilakukannya. Mulai dari menual apel selundupan dari Tawao (Malaysia) dan jualan jagung bakar pun dilakukannya.
Setelah ia lulus kuliah, ia bekerja di Pabrik Maspion. Karirnya lumayan baik. Namun tekat untuk bisa menjadi sukses dan kaya, membuatnya meninggalkan pekerjaan sebagai karyawan. Ia harus jatuh bangun untuk membangun bisnisnya. Beberapa kali ia ditipu. Merasa kurang berhasil di Surabaya, Onggy pindah ke Jakarta. Di Jakarta pun ia harus berjuang keras. Onggy dan keluarga kecilnya sempat mengalami peristiwa kerusuhan 1998 di Jakarta. Namun karena pertolongan tetangga-tetangganya yang multietnis, Onngy, istrinya dan anak bayinya selamat. Novel selesai di sini.
Padahal dari informasi yang saya dapatkan, perjuangan Onggy tidak selesai di Jakarta. Ia membangun karir di Singapura. Onggy menjadi seorang motivator kelas dunia. Sebab pengalaman hidupnya menjadi tempat belajar yang luar biasa.
Silvarani cukup baik menggambarkan suasana Tarakan di tahun 1970-an, dimana ia memulai kisahnya. Kehidupan multietnis, kesalahpahaman, kemiskinan digambarkan dengan lumayan baik. Juga tentang sektor ekonomi yang berbasis laut diuraikannya sebagai latar cerita. Ia juga menyinggung sedikit tentang pembubaran sekolah-sekolah Tionghoa. Sebenarnya kondisi Tarakan tahun 1970 ini bisa dieksplorasi lebih luas lagi, sehingga kisah bisa menancap kuat pada akar sejarah.
Warna toleransi antar suku dimunculkan di berbagai bagian di novel ini. Di awal, Silvarani menulis tentang bagaimana Ong Tjui Moi mendamaikan orang Bugis dan orang Tidung yang akan berkelahi karena salah tangkap dalam berkomunikasi. Toleransi antar suku juga digambarkan melalui persahabatan Onggy dengan Budi (anak Jawa) dan persahabatan antara Onggy dengan Solihin, Togar dan Mote saat mereka kost bersama di Surabaya semasa kuliah. Pada bagian akhir novel ini Silvarani menutup cerita dengan Onggy dan istrinya yang sedang menyiapkan perayaan Hari Kemerdekaan bersama orang-orang kampung yang multietnis di RT-nya.
Satu lagi kekuatan novel ini adalah cara bertuturnya yang santai dan dibumbui candaan-candaan yang mengena. Daniel Irawan mengapresiasi selipan candaan ini dalam endorsnya di halaman belakan. Candaan-candaan yang diselipkan oleh Sivarani sangat kuat menempel pada kisahnya. Candaannya berupa sebuah kepahitan yang ditertawakan. Misalnya saat Onggy pertama kali sekolah, karena kelewat semangat, celana seragamnya sobek. Ada juga perjuangan Onggy jualan jagung bakar yang membuat tentara yang membelinya sakit perut karena bumbunya terlalu pedas. Alih-alih untung, Onggy malah harus menukar dengan jagung bakar yang tidak pedas. Bahkan Silvarani menggunakan cover berupa foto perempuan hamil yang membawa panci lawas yang sedang berjalan dengan sang suami yang menggendong wajan besar. 959

Penulis Indonesiana
2 Pengikut

Sang Maharani - Derita Seorang Jugun Ianfu
Jumat, 26 September 2025 21:21 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler