Pencegahan Obesitas pada Remaja
7 jam lalu
Dampak obesitas pada remaja tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis mereka.
***
Wacana ini ditulis oleh Nabila Sita, Luthfiah Mawar M.K.M., Helsa Nasution, M.Pd., dan Dr. M. Agung Rahmadi, M.Si. Lalu diedit oleh Nadia Saphira, Amanda Aulia Putri, Naysila Prasetio, Winda Yulia Gitania Br Sembiring, dan Annisa Br Bangun dari IKM 5 Stambuk 2025, Fakultas Kesehatan Masyarakat, UIN Sumatera Utara.
Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Kondisi ini terjadi ketika terjadi penumpukan lemak berlebihan di dalam tubuh yang pada akhirnya dapat menimbulkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti diabetes melitus tipe 2, hipertensi, serta gangguan jantung. World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai keadaan dengan indeks massa tubuh (IMT) ≥ 30 kg/m².
Di Indonesia, angka obesitas pada remaja mengalami peningkatan yang signifikan seiring perubahan pola makan dan gaya hidup yang semakin tidak sehat. Data Riskesdas 2023 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada remaja usia 13–18 tahun telah mencapai 18,8%. Hal ini menjadi perhatian penting, sebab remaja merupakan generasi penerus bangsa yang harus memiliki kondisi kesehatan optimal agar dapat mendukung produktivitas dan pembangunan di masa depan. Oleh karena itu, pencegahan obesitas sejak dini sangat diperlukan, khususnya di kalangan remaja.
Penyebab obesitas pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan. Salah satu penyebab utamanya adalah pola makan yang tidak sehat. Remaja cenderung lebih menyukai makanan cepat saji yang tinggi lemak, gula, dan garam, serta menambahkan minuman manis ke dalam keseharian mereka. Pola ini secara perlahan meningkatkan berat badan yang sulit dikendalikan.
Selain itu, perkembangan teknologi turut memengaruhi gaya hidup remaja yang kini lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai dan komputer sehingga aktivitas fisik berkurang dan pembakaran kalori tidak optimal. Faktor genetik juga berperan, karena anak dengan orang tua obesitas memiliki risiko lebih besar mengalami kondisi serupa. Kurangnya pengetahuan tentang gizi seimbang memperburuk keadaan ini, sebab masih banyak remaja yang tidak memahami pentingnya pola makan sehat untuk menjaga berat badan ideal.
Dampak obesitas pada remaja tidak hanya terbatas pada kesehatan fisik, tetapi juga berpengaruh besar terhadap kondisi psikologis mereka. Dari sisi fisik, remaja yang mengalami obesitas memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes melitus tipe 2, hipertensi, serta penyakit jantung. Selain itu, mereka juga rentan menghadapi gangguan pernapasan, seperti sleep apnea, serta masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan tubuh.
Dari sisi psikologis, obesitas sering menimbulkan rendahnya rasa percaya diri akibat stigma sosial yang melekat. Banyak remaja dengan obesitas menghadapi diskriminasi dan perundungan, sehingga berpotensi mengalami kecemasan, depresi, serta gangguan mental lainnya. Dengan demikian, obesitas dapat menurunkan kualitas hidup remaja secara keseluruhan.
Upaya pencegahan obesitas harus melibatkan remaja itu sendiri, keluarga, sekolah, hingga masyarakat luas. Pola makan sehat perlu dibangun dengan memperbanyak konsumsi sayur, buah, dan protein berkualitas, sekaligus membatasi makanan cepat saji dan minuman manis yang berlebihan. Kebiasaan sarapan setiap hari juga penting untuk menjaga metabolisme tubuh tetap seimbang.
Selain itu, aktivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolahraga minimal tiga puluh menit setiap hari, baik melalui jogging, bersepeda, senam, maupun aktivitas lain yang menyenangkan. Waktu yang dihabiskan untuk duduk terlalu lama, terutama di depan gawai, perlu dikendalikan agar tidak menimbulkan gaya hidup sedentari.
Edukasi tentang pentingnya gizi dan kesehatan juga perlu diberikan secara berkesinambungan, baik melalui sekolah maupun keluarga. Keterlibatan remaja dalam berbagai kegiatan kesehatan, seperti posyandu remaja, dapat membantu menumbuhkan kesadaran mereka untuk menjalani pola hidup sehat. Dukungan lingkungan yang kondusif akan semakin memperkuat upaya pencegahan ini. Sekolah dapat berperan dengan menyediakan kantin sehat yang menyajikan makanan bergizi, sementara pemerintah dapat mendorong terciptanya program-program sosialisasi yang menyasar remaja dan masyarakat umum mengenai pentingnya pencegahan obesitas.
Dengan adanya kolaborasi dari berbagai pihak, maka remaja diharapkan dapat tumbuh menjadi generasi yang sehat, produktif, dan berdaya saing tinggi. Pencegahan obesitas sejak dini bukan hanya menjadi tanggung jawab individu, melainkan juga tanggung jawab bersama untuk mewujudkan masa depan bangsa yang lebih baik.
Corresponding Author: Nabila Sita ([email protected])

Penulis Indonesiana
0 Pengikut

Nikmat Kulineran, Obesitas Ancamannya
13 jam laluArtikel Terpopuler