Di Balik Indahnya Sumba Barat: Apakah Pariwisata Sudah Berdampak?

9 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Di Balik Indahnya Sumba Barat: Apakah Pariwisata Sudah Berdampak?
Iklan

Sejauh mana sektor pariwisata berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat Sumba Barat? ini dia kata BPS

Oleh: Luthfi Maulidya,S.Tr.Stat, Staf BPS Kabupaten Sumba Barat

Menjadi salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Sumba Barat memiliki pesona wisata yang luar biasa. Pantai Nihiwatu yang pernah dinobatkan sebagai pantai terbaik di dunia, Pantai Watu Bela, Kampung Praijing, hingga budaya Marapu menjadi daya tarik yang dimiliki daerah ini. Akan tetapi, di balik keindahan itu, muncul pertanyaan penting: sejauh mana sektor pariwisata berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berdasarkan publikasi BPS yakni Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Sumba Barat menurut Lapangan Usaha 2020-2024, lapangan usaha kategori penyediaan akomodasi dan makan minum menunjukkan tren pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun. Meskipun pada tahun 2020, laju pertumbuhan lapangan usaha tersebut mengalami penurunan sebesar 25,59 persen karena pandemi Covid-19. Namun, laju pertumbuhannya terus meningkat dari tahun 2021 hingga 2024 menjadi 20,87 persen.

Selain itu, distribusi persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku lapangan usaha akomodasi makan minum menunjukkan tren positif dari tahun 2021 sampai 2024. Kontribusi lapangan usaha ini terhadap PDRB Sumba Barat tahun 2024 sebesar 17,55 miliar rupiah atau 0,58 persen. Ini menandakan bahwa aktivitas wisata mulai memberikan dampak terhadap perekonomian lokal, walaupun belum dominan dibandingkan sektor pertanian, perdagangan, dan administrasi pemerintahan.

Dari sisi pengeluaran, data BPS juga menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, pengeluaran per kapita riil (PDRB ADHK) masyarakat Sumba Barat mengalami peningkatan. Meskipun peningkatannya tidak tajam, hal ini bisa menjadi tanda bahwa sektor jasa, termasuk jasa pariwisata, mulai memberikan kontribusi terhadap daya beli masyarakat.

Namun, potensi tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Masih terdapat tantangan yang nyata seperti akses jalan yang kurang baik yakni hampir 50% kondisi jalan rusak (Kabupaten Sumba Barat Dalam Angka 2024, BPS), fasilitas umum yang masih terbatas, akses internet yang masih lemah di beberapa tempat, dan akses transportasi umum dari pusat kota ke lokasi wisata yang belum terintegrasi dengan baik.

Di samping itu, informasi digital yang terintegrasi juga masih minim. Hal ini tercermin dari belum adanya portal wisata resmi dari pemerintah daerah yang menyajikan informasi lengkap tentang destinasi wisata, kurangnya data lokasi di peta digital, dan promosi yang belum konsisten. Padahal, integrasi informasi tersebut penting untuk menarik wisatawan yang kini sangat bergantung pada internet dalam merencanakan perjalanan dan melakukan kunjungan wisata.

Dari sisi tenaga kerja, hasil Sakernas Agustus BPS tahun 2024 menunjukkan hampir 50% penduduk Sumba Barat masih bekerja di sektor pertanian. Sementara itu, sekitar 40% penduduk lainnya bekerja di sektor tersier atau services meliputi perdagangan, transportasi dan akomodasi, keuangan, serta jasa termasuk jasa pariwisata. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi tenaga kerja di sektor pariwisata masih relatif kecil, mengingat tenaga kerja di sektor pertanian yang masih mendominasi.

Dibandingkan tahun 2023, pada tahun 2024 ini, jumlah pengangguran terbuka semakin meningkat, yakni dari 2,77 persen menjadi 3,21 persen. Ditambah lagi tingkat partisipasi angkatan kerja semakin berkurang, dari 78,83 persen menjadi 77,19 persen. Ini menandakan bahwa sektor lapangan usaha termasuk sektor pariwisata masih belum dapat menyerap tenaga kerja baru secara maksimal.

Selain itu, tingkat penghunian kamar hotel di Sumba Barat mengalami penurunan pada tahun 2024. Penurunan tingkat hunian kamar ini mencerminkan adanya sejumlah tantangan dalam pengembangan sektor pariwisata seperti infrastruktur yang kurang memadai, strategi promosi yang kurang efektif, atau belum optimalnya pengelolaan potensi daya tarik wisata. Kondisi ini menjadi sinyal perlunya strategi promosi yang lebih masif dan penguatan ekosistem wisata agar peningkatan fasilitas penginapan sejalan dengan peningkatan tingkat kunjungan dan lama menginap wisatawan.

Dengan potensi yang dimiliki, pariwisata di Kabupaten Sumba Barat sebenarnya bisa menjadi sektor penggerak ekonomi lokal. Namun, agar dampaknya lebih terasa bagi masyarakat, diperlukan perbaikan dan pengelolaan secara maksimal dari berbagai sisi mulai dari infrastruktur, promosi, hingga keterlibatan masyarakat. Jika dikelola secara baik dan terpadu, sektor ini dapat menjadi peluang nyata untuk meningkatkan kesejahteraan dan mendorong pembangunan daerah ke arah yang lebih baik.

 

Penulis: Luthfi Maulidya,S.Tr.Stat

Jabatan: Staf BPS Kabupaten Sumba Barat

Bagikan Artikel Ini
img-content
5301 Distribusi

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler