saya seorang tenaga pengajar di SMP Negeri 22 Bandar Lampung. saat ini menjadi Ketua MGMP PAI Kota Bandar Lampung, Pengurus APKS PGRI Propinsi Lampung. Pengurus Forum Guru Motivator Penggerak Literasi (FGMP;) Lampung. \xd Guru Penggerak angkatan 7 dan Pengajar Praktik angkatan 11 kota bandar Lampung.\xd saya aktif menulis di berbagai media elektronik daerah/nasional

Global Sumud Flotilla: Armada Damai, Harapan Dunia untuk Palestina

2 jam lalu
Bagikan Artikel Ini
img-content
Pelanggaran Hak Anak Palestina dalam Konflik Israel-Palestina
Iklan

Global Sumud Flotilla, konvoi damai berisi kapal-kapal kemanusiaan yang membawa pesan persatuan, menentang blokade.

***

Dunia tengah menyaksikan lahirnya sebuah gerakan solidaritas lintas negara yang menggugah: Global Sumud Flotilla. Sebuah konvoi damai berisi kapal-kapal kemanusiaan yang membawa pesan persatuan, menentang blokade, sekaligus mengirimkan dukungan nyata bagi rakyat Palestina di Gaza.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Nama Sumud berarti keteguhan dalam bahasa Arab, mencerminkan ketabahan rakyat Palestina yang bertahan di bawah tekanan panjang. Flotilla ini menjadi metafora bahwa meski lautan penuh bahaya, kapal-kapal kemanusiaan akan tetap berlayar membawa suara nurani dunia.

Gerakan ini diikuti oleh aktivis dari 44 negara, menunjukkan skala dukungan global yang luar biasa. Dari Asia, Afrika, Eropa hingga Amerika Latin, semua bersatu dalam satu arus kemanusiaan. Solidaritas lintas benua ini jarang sekali muncul dalam isu internasional.

Salah satu tokoh penting dalam flotilla ini adalah Greta Thunberg, aktivis lingkungan muda asal Swedia yang sudah dikenal dunia. Kehadirannya memberi perhatian lebih besar, sekaligus menegaskan keterkaitan antara perjuangan lingkungan dan perjuangan kemanusiaan.

Gaza bukan hanya terkepung secara politik dan militer, tetapi juga mengalami krisis lingkungan yang akut: keterbatasan air bersih, udara yang tercemar akibat serangan, dan rusaknya lahan pertanian. Kehadiran Greta memperkuat pesan bahwa keadilan harus bersifat menyeluruh.

Global Sumud Flotilla pada hakikatnya adalah aksi moral. Ia menegaskan bahwa ketika diplomasi formal gagal, masyarakat sipil global masih mampu bergerak. Inilah bentuk nyata globalisasi nurani: mengikat manusia lintas bangsa dalam kepedulian yang sama.

Blokade Gaza yang sudah berlangsung lebih dari 15 tahun telah merenggut hak-hak dasar masyarakat Palestina. Mereka terisolasi dari dunia luar, dengan akses terbatas pada pangan, obat-obatan, dan kebebasan bergerak. Flotilla hadir untuk menyuarakan keputusasaan yang terbungkam.

Risiko yang dihadapi para aktivis bukan main. Kapal mereka bisa dicegat, ditahan, bahkan diserang di perairan internasional. Tetapi keberanian ini adalah pesan kuat bahwa solidaritas sejati tidak mengenal rasa takut.

Dunia pernah menyaksikan tragedi *Freedom Flotilla* 2010, ketika konvoi bantuan ke Gaza diserang dan memakan korban jiwa. Meski demikian, aktivis tetap berlayar. Sumud Flotilla kini hadir dengan dukungan moral lebih luas dan jaringan internasional yang lebih kuat.

Perlawanan non-kekerasan yang dipilih flotilla ini mengingatkan kita pada tradisi besar perjuangan damai: dari Mahatma Gandhi di India, Martin Luther King Jr. di Amerika, hingga Nelson Mandela di Afrika Selatan. Palestina kini menjadi titik perjuangan serupa.

Aksi flotilla juga menjadi kritik moral bagi negara-negara besar yang memilih diam, atau malah mendukung blokade. Dengan keberanian sipil global, kebisuan politik formal dipatahkan oleh suara masyarakat dunia.

Dalam konteks politik global, flotilla ini mempersulit negara-negara yang selama ini berpura-pura netral. Tekanan moral dari masyarakat internasional tidak bisa lagi diabaikan.

Kehadiran Greta Thunberg di atas kapal menambah daya tarik media internasional. Suaranya yang sebelumnya menggemakan krisis iklim, kini bergema untuk Gaza. Hal ini memperluas basis solidaritas, terutama di kalangan generasi muda dunia.

Generasi muda belajar dari flotilla bahwa aktivisme bukan sekadar berorasi di ruang digital. Aktivisme berarti berani mengambil langkah konkret, meski penuh risiko.

Flotilla ini juga memberi ruang bagi negara-negara kecil dan rakyat sipil untuk berbicara sejajar dengan kekuatan besar. Solidaritas ini membuktikan bahwa moralitas bisa mengalahkan dominasi militer.

Lebih jauh, aksi ini menjadi titik balik dalam diplomasi rakyat (people to people diplomacy). Ia memperlihatkan bahwa gerakan sipil bisa menembus batas yang gagal ditembus oleh politik formal.

Setiap kapal yang berlayar adalah simbol perlawanan terhadap narasi penindas. Setiap bendera negara yang berkibar di atas kapal adalah tanda bahwa dunia tidak buta terhadap penderitaan Gaza.

Aksi ini juga mengingatkan pada gerakan solidaritas internasional melawan apartheid di Afrika Selatan. Kala itu, solidaritas lintas negara berhasil menjadi tekanan moral yang mempercepat kejatuhan rezim apartheid.

Global Sumud Flotilla membawa pesan serupa: Palestina adalah luka dunia, dan dunia punya tanggung jawab moral untuk mengobatinya.

Dengan kekuatan media sosial, setiap langkah flotilla akan disiarkan secara luas. Narasi ini akan menjadi bahan bakar kesadaran publik, mendorong aksi lanjutan di berbagai belahan dunia.

Lebih dari itu, flotilla menyalakan kembali harapan bagi rakyat Palestina. Harapan bukan sekadar kata indah, melainkan energi yang menjaga mereka tetap teguh di tengah keterpurukan.

Armada ini adalah kapal nurani yang menegaskan: selama solidaritas global berlayar, kemanusiaan tidak akan tenggelam.

Global Sumud Flotilla menjadi pengingat bahwa dunia masih punya kesempatan untuk berdiri di sisi yang benar. Pesan yang dibawa flotilla sederhana namun kuat: rakyat Palestina tidak sendirian.

Dan selama pesan ini terus berlayar menembus samudera, dunia akan terus diingatkan bahwa keadilan bukan sekadar cita-cita, melainkan kewajiban kemanusiaan.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler