x

Iklan

Thamrin Dahlan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Warong Amat, Persinggahan di Timur Sumatera

Warong Amat , posisinya strategis sebagai tempat singgah sebelum melanjutkan perjalanan ke Palembang atau ke Padang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapa yang tidak tahu warong Amat. Tentu Obama tidak tahu, tetapi seandainya Presiden US itu ingin menikmati hidangan lezal ‘ala Tempino. Bolehlah beliau datang ke simpang. Ya simpang Tempino tepatnya. Di simpang itulah warong Amat berdiri sejak 60 tahun lalu. Warong Amat terletak dipinggir jalan strategis tepat pada persinggahan kendaraan yang akan menuju ke kota kota  di Sumatera.

Posisi startegis Warong Amat memnag menjadi andalan sehingga Warong itu bisa bertahan sampai saat ini.  Apabila anda berkendara dari Kota Jambi menuju Palembang atau Padang, maka setelah menempuh perjalanan sejauh 27 km maka anda kan sampai di  simpang tiga Tempino.  D isimpang itulah warong Amat berdiri dengan segala khas masakannnya.  Para pengendara di pastikan berhenti sejenak di simpang Tempino, ada yang makan atau paling tidak ada yang membungkus nasi serta lauk pauk karena persinggahan selanjutnya masih cukup jauh.

Papan nama Warong Amat berdiri megah di simpang Tempino. Tampak beberapa mobil parkir didepan warong. Para musafir transit sejenak sebelum melanjutkan perjalanan jauh sembari menikmati makanan super maknyus olahan warong Amat. Lebaran adalah waktu rehat bagi warong Amat, namun atas permintaan warga setempat sebagai pelanggan setia terutama yang kehabisan stock rendang atau makanan lain di rumah boleh mengandalkan warong Amat.  Warong Amat siap 24 Jam sehari melayani, hanya saja belum menggunakan sistem delivery mengingat jarak tempuh antar pemukiman paling jauh di kampung hanya ditempuh beberapa menit saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Amat adalah teman sekolah di Sekolah Rakyat (SR) tahun 1958 - 1963. “Oh si tham “, begitu Pak Amat menggenggam tangan awak setelah memperkenalkan diri. Amat masih ingat, untunglah memory 59 tahun lalu masih menempel ketika sama sama belajar berhitung dan membaca di dusun kecil Tempino.

Pak Amat dulu ganteng putih dan berambut keriting. Selepas SR, keluarganya lebih suka beliau menlanjutkan usaha warong nasi. Di usia senja Pak Amat lebih suka berbotak ria, namun awak sempat menyaksikan putranya yang persis berrambut ikal sedang menghitung belanjaan awak 3 nasi bungkus masakan khas Pak Amat.

 

Ikuti tulisan menarik Thamrin Dahlan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu