x

Iklan

Iswadi Suhari

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lui Si Malas Mandi. Chapter 6: Chica Sang Pawang Cilik

Dongeng anak penghibur keluarga

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Hari ini hari Minggu. Jallo libur sekolah. Jadi, Jallo bisa sering bermain dengan kambing barunya.

Matahari mulai meninggi. Lui bergeser mencari tempat teduh di bawah bayangan daun-daun Nangka di pohon yang rindang.

Tiba-tiba dua orang anak sebaya berlari mendekati Lui yang tengah duduk. Ternyata Jallo bersama sahabatnya, Chica. Chica adalah seorang anak perempuan yang dikenal paling cerdas di kelas sekolahnya. Dengan kulit hitam manis dan rambut yang selalu dikepang dua, Chica menjadi favorit guru-guru di sekolahnya. Jallo adalah teman yang paling dekat dengan Chica. Menurut Chica, selain pintar, Jallo itu sangat baik dan suka menolong.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

“Oh…, jadi ini kambing aneh yang kamu ceritakan itu?” tanya Chica. Jallo mengangguk.

“coba aku tanya, nama kamu siapa?” tanya Chica. Lui menjawab. Bagi Jallo, jawaban Lui hanya terdengar seperti suara kambing mengembik, tak ada beda seperti suara kambing kebanyakan. Tapi bagi Chica, suara Lui dapat dia terjemahkan menjadi seperti bahasa manusia. Entah bagaimana ceritanya hingga Chica memiliki kemampuan aneh itu.

“Oh…, namanya Lui…” Chica menengok ke arah Jallo. Matanya berbinar.

“Ih…, bagaimana kamu tahu?” Jallo terheran-heran.

“Sssstttt…, aku bisa mendengar kata hati si kambing ini.” Chica menempelkan jari telunjuk di bibirnya yang mungil.

“Beneran…? Kamu bercanda ya?” mata Jallo membesar. Chica mengangguk dengan senyum meyakinkan tersungging di bibirnya.

“Coba kamu tanya, kenapa dia tidak suka rumput.” Pinta Jallo sambil tertawa. Dia masih menganggap Chica bergurau. Chica mengangguk, mukanya kembali menghadap ke arah kambing.

“Lui, kenapa kamu gak suka rumput?”

“Karena aku bukan kambing betulan.” Jawab Lui, lagi-lagi untuk Jallo jawaban Lui hanya terdengar seperti embikan.

“Hah… !” Chica terkejut, mukanya memucat. Kakinya mundur dua langkah.

“Ada apa?” Jallo penasaran. Chica tidak menjawab. Badannya sedikit gemetar.

“Chica ada apa?” Jallo tidak sabar.

“Kat…, katanya dia bukan kambing betulan.”

“Maksudnya? Kamu betul-betul bisa berbicara dengan kambing ini?” Jallo tak mengerti. Chica mengangguk. Matanya tampak melebar.

“Kamu…, kamu…, kamu kambing jadi-jadian?” Chica menatap mata Lui lekat-lekat. Lui mengangguk. Air mata tampak keluar dari matanya.

“Ih…”  Jallo bergidik. Hampir saja kedua anak itu melarikan diri. Tapi niat itu diurungkannya karena Chica mendeengar teriakan Lui yang menghiba.

“Jangan pergi…, tolong aku…, Cuma kamu Chica yang bisa mendengar kata-kataku… tolong aku Chica, aku bukan siluman jahat…”

“Tunggu!” Chica menarik lengan Jallo yang siap-siap akan berlari.

“Hi…, aku takut Chica…” Jallo berusaha lepas dari pegangan tangan Chica.

“Tenang… dia sepertinya tidak jahat, dia lagi menangis,” Chica menarik Jallo dan berjalan kembali mendekati Lui.

“Kalau kamu bukan siluman, kamu apa?” tanya Chica setelah kembali berada di hadapan Lui.

“Aku manusia seeprti kalian, aku seorang anak laki-laki, umurku delapan tahun,” jelas Lui, sambil terisak.

“Apa katanya?” Jallo menarik baju Chica. Badannya masih gemetaran.

“Dia bilang, dia itu seorang manusia, anak laki-laki seumuran kita, delapan tahun,”  terang Chica.

“Ya ampun…, pantesan kamu gak suka makan rumput.” Jallo menatap Lui penuh rasa iba.

“Terus, kenapa kamu bisa berubah menjadi kambing?” tanya Chica lagi. Jallo mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan Chica.

“Aku dikutuk…”jawab Lui.

“Dikutuk…? Kenapa? Siapa yang mengutuk kamu?” tanya Chica beruntun.

“Aku dikutuk karena bandel. Karena susah kalaau disuruh mandi sama nenekku.” Terang Lui penuh penyesalan.

“Oh… pantesan, kamu dikutuk jadi kambing, mungkin karean kamu bau seperti kambing. Terus siapa yang mengutuk kamu?” Chica semakin penasaran.

Lui pun menceritakan pengalaman buruk yang dialaminy sejak dua malam yang lalu. Chica mangangguk-angguk dan kemudaian menceritakan kembali kisah Lui kepada Jallo.

“Begitu kisahku… kamu mau kan membanu aku mencari Gua Naga?” Chica terdiam ragu. Dia tak tahu harus menjawab apa. Kasihan dan iba pada nasib Lui, tapi perjalanan mencari Gua Naga pasti menakutkan. Ditambah lagi, mereka tidak tahu dimana keberadaan gua aneh itu.

“Chica… ada pa?” tanya Jallo yang penasaran melihat Chica terdiam.

“Dia meminta kita membantunya mencari Gua Naga untuk memecahkan balon raksasa itu agar dia bisa berubah kembali menjadi manusia. Kamu bersedia Jallo?” Jallo terdiam kebingungan. Perasaannya persis seperti yang dirasakan Chica.

“Tolong aku Chica…, tolong aku Jallo… tolong aku…” Lui meratap. Chica kembali terdiam. Akhirnya…

“Oke, kami akan menemani kamu mencari gua Naga dengan satu syarat.” Chica mengangkat jari telunjuknya. Wajahnya tampak berseri.

“Apa itu?” tanya Lui penasaran.

“Kalau nanti kamu sudah kembali menjadi manusia, kamu harus rajin mandi agar tidak bau seperti kambing, dan kamu harus menuruti semua kata-kata nenek kamu.” Terang Chica panjang lebar.

“Baiklah, aku berjanji akan rajin mandi, dan aku akan mentaati kata-kata nenekku.” Lui mengangguk. Hatinya sangat lega.

“Baiklah, kalau begitu, kami akan membantumu mencari Gua Naga. Kamu setuju kan Jallo…?” Chica menatap Jallo yang masih tampak ragu-ragu. Tapi akhirnya Jallo pun mengangguk tanda setuju.

***Baca cerita dari AWAL

***Baca kisah SEBELUMNYA

***Mau mendulang uang dengan menulis? baca BUKU INI.

Ikuti tulisan menarik Iswadi Suhari lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu