x

Jemaah haji berbondong-bondong melintasi jembatan untuk melakukan lempar jumroh pada hari terakhir di Mina, dekat kota Mekkah, 6 Oktober 2014. Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Adha bertepatan dengan akhir ibadah haji di Arab Saudi. REUTERS/Muha

Iklan

sono rumungso

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tamu Allah Dibiarkan Meninggal di Mina

Pengorganisasi kegiatan lempar jumroh tidak berjalan dengan perencanaan yang baik. Akibatnya, tragedi yang terjadi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Prosesi lempar jumroh adalah sebuah prosesi yang panjang dan melelahkan karena setiap orang harus berjuang dengan berjalan kaki di bawah terik matahari untuk sampai ke tempat yang dituju. Salah satu dari kegiatan ritual yang harus dilakukan dalam ibadah haji ini, memerlukan energi yang besar karena ritual ini diikuti oleh jutaan orang pada saat yang bersamaan dengan satu titik tujuan.

Ritual yang disimbolkan sebagai sebuah perlawanan melawan setan ini memotivasi setiap orang untuk melakukannya dengan sungguh-sungguh. Ritual ini adalah motivasi bagi setiap muslim untuk berjuang melawan setiap hawa nafsu yang timbul dalam diri seseroang karena pekerjaan setan. Perjuangan melawan setan adalah sebuah tugas dan tanggung jawab yang diyakini oleh umat muslim, merupakan tanggung jawab ilahi yang harus dilakukan ketika hidup di dunia ini.

Sayang, seribu kali sayang. Perang melawan setan yang disimbolkan dengan pelemparan batu, tidak diiringi oleh niat semua jemaah untuk tertib di dalam prosesi ini. Bisa dimaklumi karena jutaan umat berjalan bersama di bawah terik matahari yang mencapai 50 derajat celcius. Dengan kondisi yang panas, jemaah diduga saling berebut dan berdesakan untuk segera menuju tempat pelemparan jumroh (Komisi VII DPR, tempo.co 24 September 2015).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kita insafi bahwa ketidaksabaran, berebutan, mementingkan diri sendiri adalah contoh konkrit pekerjaan setan yang ada dalam diri kita semua. Setan dalam diri sendirilah yang mestinya kita perangi. Menyadari hal tersebut, masihkah perlu prosesi yang merupakan simbol peperangan melawan setan tetap dilakukan sebagai salah satu dari sembilan rangkaian kegiatan ibadah haji? Kita memahami resiko yang mungkin terjadi dari proses ini yang melibatkan jutaan jemaah menuju satu tempat dan titik yang sama.

Tidak menutup kemungkinan, tragedi yang sama akan terus terjadi. Bagi orang yang tidak pernah naik haji, muncul pertanyaan, apakah prosesi lempar jumroh adalah sebuah kewajiban dari rangkaian ibadah haji? Apakah dengan resiko yang besar kehilangan nyawa tetap dipertahankan? Ataukah karena doktrin lebih baik mati di tanah suci sehingga orang-orang merelakan nyawanya ketika melakukan prosesi ini?

Bagi banyak orang muslim lainnya, prosesi ini adalah sebuah penerjemahan yang salah dari makna yang sesungguhnya. Sebagian muslim yang lain membenarkan prosesi lempar jumrah sebagai sebuah simbol perang melawan setan. Mana yang benar? Yang benar adalah bahwa Allah hadir dalam setiap aktifitas kehidupan manusia. Allah hadir di semua tempat. Menyembah dan memuji Allah adalah menyembah dalam Roh dan Kebenaran. Allah berduka melihat orang mati sia-sia karena ketidak sabaran, mementingkan diri sendiri dan lupa siapa dan di mana Allah itu berada. Dia bertahta di hati kita. Mari kita biarkan Allah menuntun kita.

 

 

Ikuti tulisan menarik sono rumungso lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB