Menjaga Stamina dalam Meniti Karier
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBMeniti karier itu tidak ubahnya lari jarak jauh. Untuk mencapai titik finish dibutuhkan daya tahan yang kuat: tidak lekas bosan, sabar, pantang menyerah.
“Endurance is patience concentrated.”
--Thomas Carlyle (1795-1881)
Teman saya pernah mengingatkan: “Meniti karier itu tidak ubahnya lari jarak jauh.” Untuk mencapai titik finish dibutuhkan daya tahan (stamina, endurance) yang kuat: tidak lekas bosan, sabar, dan tidak mudah menyerah. Ia mencontohkan, ada yang mula-mula asyik bekerja dengan begitu bersemangat, tapi tidak lama kemudian semangatnya kendor karena merasa sudah mencapai titik terjauh yang bisa diraih. Padahal, titik finish yang sebenarnya belum lagi terlihat.
Pada titik tertentu, mungkin kita merasa terperangkap dalam pekerjaan tertentu dan tidak tahu mau kemana. Kita mungkin merasa bergerak maju tapi sebenarnya berjalan di tempat—berputar-putar seperti berlari di roda hamster. Di saat lain, kita kadang-kadang merasa letih, tak mampu berlari lagi, dan merasa cukup dengan semua yang sudah kita raih.
Daya tahan, atau para atlet lebih sering memakai istilah endurance, merupakan ukuran sejauh mana kita sanggup menapaki karier, yang seringkali membutuhkan waktu lama dan dihadapkan pada banyak kesulitan. Ada yang langsung tancap gas di saat-saat memulai, tapi dengan cepat terengah-engah di tengah jalan. Ada pula yang seperti mesin diesel, lamban panasnya, tapi akhirnya sampai di puncak.
Orang-orang yang pernah mengalami situasi seperti itu, dan berhasil menemukan jalan keluarnya, kerap memberi saran: jika Anda jenuh dengan suatu pekerjaan, namun pekerjaan itu penting bagi karier Anda, cobalah pikirkan aspek-aspek pekerjaan yang mampu memberi Anda kepuasan batin, lalu kembangkanlah aspek-aspek tersebut.
Jangan memikirkan hanya sisi-sisi negatifnya, yang membuat Anda makin cepat letih dan daya tahan kian merosot. Sisi-sisi negatif itu misalnya teman satu tim yang sukar diajak bekerjasama, bos yang mau menang sendiri, kesulitan yang tak kunjung teratasi, dan lainnya. Kawan saya pernah mengatakan pula: kesulitan selalu ada di manapun kamu berada, tapi percayalah setelah kesulitan ada kemudahan. Keyakinan ini sungguh bernilai strategis, sebab dapat menjadi daya dorong yang luar biasa untuk bangkit dari kesukaran.
Jikalaupun Anda sudah benar-benar merasa jenuh, berbicara kepada teman satu tim atau atasan barangkali dapat meringankan. Kepada manajer, Anda bisa meminta perubahan, mulai dari ruang kerja, berganti tim, berganti tugas, cara kerja, ataupun waktu kerja. Meskipun Anda tidak mungkin mendapat semua yang Anda inginkan, dengan berbicara Anda lebih berpeluang memperoleh sesuatu daripada diam saja.
Meninggalkan pekerjaan untuk sesaat dan selalu bersikap rileks dapat membantu mengurangi ketegangan. Gilirannya, ini membantu kita dalam memacu kembali kreativitas. Anda bisa mengambil prakarsa untuk minta diikutsertakan dalam suatu seminar atau workshop. Anda bisa berkenalan dengan banyak orang baru dan memperoleh wawasan baru dari pembicara yang menyegarkan pikiran Anda.
Banyak orang kerap berpikir bahwa kariernya sudah mentok. Mau mengambil karier lain, ini tak ubahnya melempar dadu. Tapi, bagi mereka yang berani mengambil risiko, mungkin itu pilihan yang lebih baik ketimbang bertahan dalam suatu pekerjaan dengan risiko jalan di tempat. Makin lama berada di satu tempat, endurance semakin merosot, dan kemudian kita merasa nyaman-nyaman saja berada di situ sampai kapanpun. Kata kawan saya: “Ingat, keluar dari zona nyaman itu tidak mudah. Jadi, sebelum terperangkap lebih dalam di zona nyaman, berusahalah berubah.”
Saran lain yang kerap disampaikan untuk mengatasi kejenuhan dan daya tahan yang merosot ialah gunakan keahlian Anda dengan cara yang berbeda atau untuk tujuan yang berbeda. Ikut mengambil bagian dalam kegiatan sosial dapat menjadikan mesin kita hangat kembali sebab kita mungkin mendapatkan inspirasi baru. Gagasan kreatif kita dapat terpantik kembali. Api kreativitas, antusiasme, dan passion kita menyala kembali untuk melanjutkan karier hingga titik finish yang sebenarnya. (sumber ilustrasi: tempo) ***
Penulis Indonesiana
1 Pengikut
Di Musim Corona, Hati-hati Jangan Sampai Menghina
Selasa, 14 April 2020 05:33 WIBBila Jatuh, Melentinglah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler