Siapa yang Bertanggungjawab Atas Karier Anda?

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tepatkah menggantungkan peningkatan karier kepada atasan atau big boss?

 

“Pesaing terbesar dalam karier saya adalah saya sendiri.”

--Jack Niklaus (Pegolf, 1940-...)

 

Jika Anda tidak waspada atau peka lingkungan, mungkin hidup Anda akan berlalu di satu tempat kerja selama 2 tahun, mungkin 5 tahun, bahkan barangkali lebih lama lagi. Ketika masa itu berlalu, tiba-tiba Anda tertegun: “Loh, saya sudah 4 tahun ya di sini, dan dari awal posisi saya kok di sini terus?” Anda mulai menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Anda berjalan di tempat, mulai bertanya-tanya, dan bahkan mulai mencari kambing hitam: “Posisiku gak naik-naik sepertinya gara-gara bos pilih kasih.”

Jadi, boskah yang bertanggungjawab atas karier Anda?

Bos mungkin terlihat menaruh perhatian cukup intensif kepada 1-2 orang, namun boleh jadi karena ia memerlukan mereka di saat tertentu—ketika mempersiapkan proyek tertentu, misalnya. Yang jelas, bos tertinggi tak akan sanggup membagi perhatian kepada banyak anak buah, apa lagi satu per satu. Dan ia mungkin merasa tidak perlu bertindak seperti itu. Ia hanya memberi perhatian secara umum. Perhatian khusus hanya tertuju pada orang-orang yang paling dekat, jadi jangan banyak berharap ia akan memperhatikan Anda seperti yang Anda harapkan.

Para ahli manajemen, yang memelajari politik kantor, bahkan mengatakan bahwa organisasi perusahaan pada umumnya tidak memperhatikan orang per orang. Organisasi, yang diwakili oleh jajaran manajemen, akan fokus pada upaya meraih sasaran mereka: pertumbuhan profit, peningkatan aset, pengurangan biaya, maupun produktivitas. Apabila tim manajemen senior merasa bahwa Anda tidak bermanfaat dalam membantu organisasi mencapai sasarannya, jangan berharap mereka menengok Anda.

Maknanya, Anda sendirilah yang bertanggungjawab atas perkembangan karier Anda. Tak perlu banyak berharap bahwa orang lain (majikan, atasan) akan mengurus Anda. Anda sendirilah yang dapat mengelola karier, keberhasilan, maupun kebahagiaan Anda. Apakah Anda akan menjalin pertemanan dengan banyak orang di dalam atau di luar kantor, membangun jejaring bisnis, atau diam saja di meja kerja dari pagi sampai petang, itu bergantung kepada Anda sendiri. Andalah yang harus memegang kendali.

Mungkin Anda berkata, tidak semua manajer bersikap begitu. Memang, tapi pada umumnya mereka tidak cukup memiliki waktu untuk membahas perencanaan karier anak buahnya. Mereka sudah disibukkan oleh pekerjaan mengurus klien, rapat dengan mitra bisnis, hingga menghadiri jamuan makan. Temukan manajer yang bersedia membimbing Anda dan jadikan mentor—namun jangan sampai merendahkan diri. Isilah waktu dengan mengikuti beragam pelatihan untuk menambah dan mengasah kompetensi hingga menemukan peluang yang lebih baik untuk karier Anda.

Di lingkungan kerja terbaikpun kita masih dapat menemukan bagaimana teman-teman kerja membentuk geng, membangun group think, bersikap manis kepada atasan, atau menjelekkan kawan sendiri. Banyak individu yang ingin maju dalam karier dengan menggunakan cara apapun, termasuk tertawa terbahak-bahak ketika bos berkelakar walaupun humornya tidak lucu. Anda dapat melakukannya dengan cara yang lebih bermartabat.

Di erah digital seperti sekarang, dalam organisasi apapun, bukan hanya di partai politik yang sikut-sikutannya terlihat jelas dan bahkan dipertontonkan kepada publik, politik kantor masih berpengaruh. Barangkali Anda pernah melontarkan sebuah gagasan yang bagus mengenai pemasaran produk baru, ternyata tetap saja ada rekan kerja yang mencoba mematahkan argumen Anda. Rekan kerja ini tahu apa yang diinginkan bos dan ia memahami betul cara terbaik agar karier terus meningkat.

Bila Anda percaya bahwa situasi bakal berubah, itu memang bagus. Berprasangka baik sudah seharusnya, namun sebaiknya disertai dengan sikap waspada: “Jangan-jangan saya menaruh harapan terlampau besar di sini?” Bila tidak waspada, mungkin Anda akan terkejut kembali tahu-tahu dua tahun sudah berlalu lagi. (foto: tempo) ***

Bagikan Artikel Ini
img-content
dian basuki

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

img-content

Bila Jatuh, Melentinglah

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler