x

Iklan

Iwan Setiawan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Menulis Membawaku Terbang

Bermula dari hobi, menulis melejitkan aku: Namaku disebut, aku disukai para siswa, dan posisiku berpindah ke tempat lebih tinggi. Semua karena menulis.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Suatu hari, gedung aula sekolah kami penuh sesak. Para orang tua murid, guru, pimpinan serta pengurus yayasan berkumpul di sana. Beberapa agenda jadi pengisi pertemuan di akhir pekan itu. Satu diantaranya adalah pemaparan capaian yang ingin dan telah diraih segenap “awak” sekolah. Para pimpinan duduk berjejer di hadapan hadirin. Suasana ruangan hening serupa ruang bioskop yang tengah memutar film. Hanya suara pembicara yang jelas terdengar. Dan… dalam keheningan, namaku disebut pimpinan sekolah: “Saudara Iwan Setiawan….”

Segenap hadirin seketika melempar pandangan ke arahku. Aku berdiri disamping kursi yang tengah kududuki. Tatap dua ratusan pasang mata membuatku serasa melayang. Perasaanku campur baur antara bahagia dan tak percaya. Keseharianku sebagai pustakawan sekolah, yang biasa tenggelam dalam ruang penuh buku, berkutat dengan aroma kertas dan debu tipis, mana sempat merasakan suasana demikian.

Tak berapa lama aku, juga pikiranku, kembali menapak tanah. Aku sadar pada apa yang terjadi. Kemampuanku dalam menulis mendapatkan apresiasi dalam pertemuan itu. Telah berjalan lama, aku menjadi penulis sekolah. Akulah “wartawan” yang dengan konsisten menulis berbagai topik yang berkaitan dengan sekolah tempatku bekerja. Aku melaporkan kegiatan-kegiatan sekolah. Aku menulis refleksi tentang pendidikan. Dan aku pun mengangkat kisah tokoh seputar sekolah, yang kuanggap menginspirasi. Dalam pertemuan itu, kumpulan tulisanku dibagikan. Kepala sekolah menyebut namaku sebagai “sang pemahat” yang telah mengukir indah, dengan kata-kata, apa yang berlangsung di sekolah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Peristiwa itu menjadi klimaks dalam kegemaranku menulis. Aku yang sehari-hari bersinggungan dengan para siswa, merasakan kebahagiaan-kebahagiaan kecil serupa itu, berkaitan dengan kebiasaan menulis ini. Satu ketika aku ditugaskan mengawas ujian kenaikan kelas. Sosokku tak asing bagi mereka. Namun tak pelak, mereka tak mengingat namaku. Mengetahui aku yang datang menghampiri mereka, satu diantara mereka berteriak, “Pak penulis mengawas di kelas kita”.

Peristiwa lain lagi kutemui kala anak-anak berkerumun di seputar majalah dinding, tempat tulisanku biasa terpajang. Seorang guru senior menyongsongku seraya berujar, “Mereka tak sabar ingin melihat tulisan terbaru Pak Iwan”. Secara berkala aku memajang tulisanku. Satu atau dua minggu sekali, kupajang “kolom” Catatan Pustakawan di sana. Catatan mengenai kegiatan sekolah yang “kukemas” menyerupai kolom yang biasa terdapat di majalah. Photoku yang tersenyum menyertai namaku sebagai pengasuh kolom itu, terpampang di sisi kiri tulisan. Aku bercita-cita, suatu hari aku “mejeng” di kolom betulan, dalam majalah betulan sekelas Tempo J    

Tiga peristiwa tadi melejitkan aku dalam posisi yang kubanggakan, penulis. Aku bersyukur atas karunia ini.  Aku bahagia menjalani keseharianku. Aku bangga dengan gelar penulis yang melekat pada diriku. Dengan sebutan penulis, aku mendapatkan hal-hal yang menjadi “cita-cita” yang ingin digapai segenap orang yang terlibat di lingkungan sekolah. Para guru, karyawan dan juga pimpinan berharap dapat memberi yang terbaik bagi para siswa: nama yang dikenal, dapat berinteraksi dengan akrab, dan dapat “berbuat sesuatu” untuk mereka. Sebagai penulis, aku mendapatkan semua!   

Last but not least, menulis telah membawaku “terbang” dari satu posisi ke posisi lain yang lebih tinggi dalam pekerjaanku. Menulis membawaku berpindah dari kedudukan sebagai staf administrasi menuju kursi kepala perpustakaan sekolah. Hal itu tersirat diungkapkan oleh pimpinan sekolah, saat memintaku menempati posisi tersebut. Dan tahukan Anda pimpinan sekolah pembawa bahagia itu? Tak lain dia adalah Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc. Nama besarnya, membebaskanku dari keharusan menulis narasi tentang dirinya. Karena, siapa yang tak kenal beliau…

 
 
 
 

Ikuti tulisan menarik Iwan Setiawan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB