x

Iklan

jefri hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Bermunculan Badut-Badut Dari Plampitan

Bermunculan Badut-badut dari Plampitan

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan Soe Hok Gie pada tahun 1967 mengagetkan banyak pihak. Dia menyerang kawan-kawannya yang telah berubah menjadi borjuis dengan menikmati fasilitas pemerintah. Gie juga menyerang Roeslan Abdulgani yang merupakan tokoh yang dekat dengan Soekarno kemudian menjadi penjilat Soeharto nomor satu. Kepada Roeslan, Gie memberikan julukan “Badut Dari Plampitan.”

Dalam tulisan tersebut Gie membandingkan Roeslan dengan Sudisman, tokoh PKI yang saat itu sedang menjalani Persidangan Mahmillub. Apabila disuruh memilih, tulis Gie antara Roeslan dengan Sudisman maka ia akan memilih Sudisman sebagai wakilnya di DPR. Karena kawan dekat Aidit itu tetap mempertahakan keyakinannya dan tidak lari dari tanggung jawab. Di atas kursi pesakitan Sudisman tetap membela Bung Karno.

Sepenggal tulisan Soe Hok Gie yang saya kutip dari sebuah Blog. Tulisan Gie tersebut mengandung pelajaran soal keyakinan dan mnempertahakan ideologi  dari seorang politisi zaman dulu. Sikap Sudisman tersebut amat jarang ditemui pada hari ini.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan tipikal Roeslan Abdulgani banyak kita temui. Bahkan mayoritas politisi yang ada Indonesia hampir mirip dengan cara Roeslan berpolitik. Hari ini bila A, keesokan harinya bisa jadi orang tersebut ngomong B, begitu sebaliknya. Sekarang memuji, sepekan kemudian sudah berubah mencaci-maki.

Yang paling hangat baru-baru ini ketika salah satu politisi partai warisan order baru itu berubah sikap yang dulunya oposisi, pasca Musnalub berobah menjadi partai pendukung pemerintah. Kita sebut saja Ibu ‘Anu’. Ketika partainya bersebarangan dengan Presiden Joko Widodo dia berasa hendak muntah ketika melihat Menteri-Menteri Jokowi blusukan. Bahkan ia juga menyebut program-program Jokowi  tidak masuk akal. Dan masih banyak lagi contoh politisi Indonesia dengan prilaku seperti ‘Ibu Anu’ tersebut, yang di istilahkan Gie sebagai Badut dari Plampitan.

Badut dari plampitan ini tumbuh bak jamur di musim hujan. Mereka bermuka tembok. Tidak malu menjilat air ludah yang telah jatuh ke lantai, tanpa malu dan rasa bersalah. Kita sebagai penonton kadangkala muak dengan tingkah polah politisi ini.

Yang lebih memuakan lagi mereka membawa embel-embel ‘atas nama rakyat.’ Meski rakyat tidak pernah sekalipun memberikan mandat kepada mereka.

Dan kita teramat jarang melihat politikus kita seperti Sudisman yang tetap bersikukuh mempertahakan ideologi yang dianut meski nyawa diujung bedil. Hari ini dunia perpolitikan hanya sebatas kalah menang. Kekuasan dan jabatan tidak lebih.

 

 

Ikuti tulisan menarik jefri hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Hanya Satu

Oleh: Maesa Mae

Kamis, 25 April 2024 13:27 WIB