x

Iklan

L Murbandono Hs

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Negara Konyol

Lebih 200-an negara di bumi apapun model dan sistemnya, secara kualitatif cuma terdiri atas dua jenis negara ialah Negara Waras dan Negara Konyol.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

(Ilustrasi: maidaninews.com)

 

Pengantar

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebih 200-an negara di bumi apapun model dan sistemnya, secara  kualitatif  cuma terdiri atas dua jenis negara ialah Negara Waras dan  Negara Konyol. Negara Waras berjalan lempang, taat pada akal sehat, aman dan damai.

 

Semua Negara Konyol berbahaya. Mereka mau menangnya sendiri dan tidak mampu berpikir obyektif rasional berdasar data-fakta-info yang nyata. Mekanisme kekuasaannya dikendalikan oleh dongeng- tahyul- mitos serba konon dan entitas lain sejenis zaman baheula  yang memuaskan hasrat-nafsu-mimpi-khayal emosi/perasaan di dalam benak para penguasanya.

 

(Catatan:  Letak perasaan ada di dalam otak. Otak itu berevolusi. Ada otak yang berevolusi bagus-wajar-normal dan ada otak yang evolusinya lambat sekali. Misalnya, ada otak manusia tahun 2016 yang otaknya masih sama dengan “manusia” homo erectus jutaan tahun silam.)

 

Maka wajar belaka jika sifat pokok semua Negara Konyol  itu bodoh sok pinter, kuno, keblinger, antidemokrasi, antipluriformitas, tidak peduli akal sehat, terbenam dalam banyak  kekonyolan,  sehingga selalu menelantarkan harapan rakyat yang mampu berpikir waras.

 

Terlantarnya harapan rakyat menyangkut dua faktor dasar.

 

Pertama, akal sehat universal sepakat rakyat merdeka berhak menentukan corak warna negaranya tetapi yang terbukti berlaku di Negara Konyol  ialah permainan kekuasaan para elit rakus uang berotak homo-erectus sehingga rakyat selalu kurang uang, tidak berdaya, dan hanya bisa mengharap-harap mirip pengemis. 

 

Kedua, harapan rakyat selalu mubazir sebab tidak tersedia saluran yang benar.

Yang tersedia cuma saluran semu dan rakyat di Negara Konyol umumnya bingung, sopan, bodoh sebab banyak makan tahyul, sehingga saluran semu itu dikira saluran wajar. Mereka secara patologis mudah dimacem-macemi semisal digiring, dikibuli dan dicuci otak, apalagi jika dibarengi dengan diancam.

 

 

Harapan Rakyat

Untuk memahami harapan rakyat secara sehat tentu akan bagus jika lewat ilmu pengetahuan, tetapi jauh lebih penting ialah harus  lewat mata hati berfondasi akal sehat yang normal-biasa-umum.

 

Dengan mata hati akal sehat orang-orang sejagat sepakat bahwa sistem politik adalah komando yang menentukan warna dan arah sebuah  negara. Tapi rakyat tidak  atau kurang paham tentang itu dan umumnya  tidak peduli. Rakyat hanya peduli prakteknya ialah menguntungkan atau merugikan mereka.

 

Maka harapan rakyat sebenarnya sederhana. Hanya dua.  Pertama, agar praksis sistem politik betul-betul menguntungkan mereka. Kedua, agar praksis sistem politik itu - entah dari istana, gedung parlemen atau dari tempat-tempat rahasia – tidak membikin bingung khalayak umum.

 

Jika khalayak  bingung ada dua kemungkinannya. Pertama, praksis sang

sistem belum sukses dalam arti para pembuat keputusan keliru, jadi bisa

dikoreksi. Kedua, sistem politik yang diberlakukan manipulatif, jadi perlu diganti.

 

Upaya koreksi atas kekeliruan sistem itu sehat. Ia tak akan memacu gejolak negatif bahkan sebaliknya memberi peluang dinamika yang positif  dan kreatif. Di sini terjadi kesepakatan upaya transformasi sospolekbudhankam yang bebas dari konflik kepentingan di antara sirkuit apapun khususnya sirkuit kekuasaan,  selain bertujuan demi kebaikan bangsa dan negara secara keseluruhan.

 

Yang krusial ialah sistem manipulatif. Ia bukan kekhilafan, tetapi disadari, demi kepentingan Kaum Jahat, yang akan selalu melabrak Kaum Kritis. Kaum Kritis menilai pemberlakuan sistem itu membodohi rakyat.

 

Jika Kaum Kritis benar berarti di Negara Konyol sedang berlangsung mekanisme abnormal sospolekbudhankam termasuk produk-produk sampingnya, misalnya strategi pembangunan, yang secara keseluruhan diarsiteki Kaum Serakah. Yang terjadi adalah komando otoriter untuk segala sektor kehidupan, mustahil digugat atau dituding  cacatnya,  sebab mekanismenya sudah memuat rekayasa tentang  bagaimana  melegalkan keseluruhan sistem.

 

Jadi, hakikat Negara Konyol adalah kemacetan total akibat manipulasi total.

 

Manipulasi Total

Manipulasi total  terjadi di Negara Konyol  sebab banyak faktor saling kait dan negara secara keseluruhan terbelit keruwetan. Seluruh warga bangsa yang dewasa terlibat dalam proses peruwetan. Pasalnya, ujar para filsuf, segala yang mengada selalu berasal dari proses korelatif dan dialektis. Keruwetan di Negara Konyol adalah kristalisasi proses dosa kolektif bangsa. Ini mengingat secara struktural jalan sejarah selalu terdiri atas dua kubu ialah penguasa dan yang dikuasai. Sistem kekuasan eksis, apa pun model nya, karena didukung sikon obyektif.

 

Jadi, Negara Konyol perlu dimerdekakan dari keruwetannya. Banyak caranya. Yang terpenting dua.

 

Pertama, seluruh warga bangsa tanpa kecuali harus melakukan tangis nasional sebab keruwetan itu milik bersama. Kubu dan atau sirkuit tertentu jadi konyol sebab khalayak secara langsung atau tidak langsung ikut menanam benihnya, menyiraminya, hingga seluruh negara panen kekonyolan berlimpah. Kekonyolan itu bukan monopoli milik kubu tertentu misalnya sirkuit kekuasaan - aparat, pejabat, tentara atau apa saja - melainkan hartamilik bangsa secara keselur uhan.

 

Kedua, bertobat menyesali kekonyolan secara serius.  Di Negara Konyol mana saja, yang disebut pembangunan itu hasilnya selalu mengagumkan dan berceceran, acapkali aneh juntrung dan urusannya, membuat stres banyak pihak. Salah satu contohnya, "kemakmuran" fisik. Ini berdampak luas dan dahsyat. Ia mengubah bukan hanya desa jadi kota dan kota jadi metropolitan, melainkan juga mengubah watak manusianya. Di sirkuit beruntung-kaya-berkuasa, makin serakah. Di sirkuit sial-miskin-tak berdaya, makin bingung dan sakit hati.

 

Bingung  dan Sakit Hati

Sejauh menyangkut hasil pembangunan, serakah dan sakit hati adalah budaya ikutan yang nyanthel dalam kerja pembangunan di semua Negara Konyol.  Hasil pembangunan, sebab salah urus, mengakibatkan kesenjangan di segala sektor.

Kesenjangan ekonomi "si kaya makin kaya dan si miskin makin miskin" yang tersohor itu segera juga diikuti kesenjangan segala bidang termasuk budaya, politik, iptek dan hankam.

 

Kesenjangan budaya melahirkan  kawanan  nasi uduk dan grup hamburger. Kesenjangan politik tampak dalam komunikasi politik yang tak pernah nyambung melibatkan sirkuit bersibuta-tuli dan sirkuit teriak-teriak. Dalam iptek, melahirkan club manja internet dan massa gagap aksara miskin buku.  Menyangkut hankam, kesenjangan ini terjadi di lintas sektor ruwet tidak jelas yang bermuara pada multi-opini mempersoalkan hakikat dan makna tentara.

 

Dengan demikian kesenjangan akibat sistem di Negara Konyol membiarkan kubu

beruntung berkuasa melecehkan kubu tak berdaya yang berupaya memperbaiki nasib. Koreksi menyeluruh mendesak, tapi amat krusial, ibarat mengubah bubur menjadi nasi. Penyebab kesulitan koreksi amat kompleks tetapi paling tidak bisa ditelusuri empat penyebab mendasar.

 

Pertama, meski di Negara Konyol selalu muncul orang-orang kritis, tetapi sporadis, sehingga tidak mampu membangkitkan kesadaran kolektif  bangsa akan permasalahannya sendiri. Maka relatif sukar dilahirkan solidaritas untuk transformasi sosial ke arah yang lebih bermutu dengan dasar akal sehat yang jernih,  obyektif dan bertanggungjawab.

 

Kedua, kelompok mapan dan beranjak mapan kelas menengah, termasuk kaum intelektual cenderung pragmatis, bahkan oportunis, ada yang  bermental feodal. Tutup mata terhadap keadaan, membisu, tak berani mengoreksi keadaan. Cari  selamat dan mengejar peningkatan kemapanan menjadi sikap hidup yang paling laku di kelompok  ini. Wajar. Kelahiran kelas ini awalnya terdongkrak oleh atau menggantungkan diri kepada sirkuit kekuasaan.

 

Ketiga, semua Negara Konyol selalu punya warisan sejarah masa lalu yang menyimpan trauma multi-dimensi. Ini membuat siapa saja yang terpanggil untuk berkiprah mengubah keadaan dan memperkenalkan perspektif-perspektif  baru untuk masadepan, terpaksa berlaku ekstra hati-hati. Atau, jadi begitu frustrasi sehingga apatis dan tak berbuat apa-apa samasekali.

 

Keempat, biang pokok Negara Konyol  ialah lapisan atas yang didominasi

figur-figur yang kredibilitasnya menjadi gunjingan khalayak. Tak penting gunjingan itu berdasar atau ngawur sebab bau apapun selalu ada sumbernya.

 

Alhasil, mudah-mudahan seluruh warga yang mampu berpikir dengan akal sehat di semua Negara Konyol yang jumlahnya masih banyak, tetap tabah dan sabar.

 

Gunung Merbabu, Oktober 2016

 

Ikuti tulisan menarik L Murbandono Hs lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu