Indonesia memiliki banyak keanekaragaman suku, bahasa dan agama. Dari perbedaan ini besar kemungkinan akan menimbulkan perselisihan. Belakangan kasus kekerasan di Indoneisa terjadi disebabkan hanya oleh perbedaan suku dan agama. Namun di Banda Aceh, yang dikenal dengan Serambi Mekkah, perbedaan bukanlah masalah. Banda Aceh dikenal kental dengan nuansa Islami dan berlakunya syari’at Islam. Kini Banda Aceh bahkan sedang mengampayekan dirinya sebagai Kota Madani yang secara tegas mengusung Syari’at Islam pada setiap aspek, baik birokrasi pemerintahan maupun sosial kemasyarakatan.

Di tengah-tengah hegemoni pemberlakuan syariat Islam itu, ternyata di kota ini hidup pula penganut agama Hindu yang telah hidup lama sejak tahun 1934, bahkan mereka mempunyai rumah ibadah sendiri. Jumlah mereka minoritas dan bermukim di Desa Keudah, sekitar satu kilometer dari pusat kota di mana Masjid Raya Baiturrahman berdiri. Kehidupan yang terjalin antar umat beragama berjalan dengan sangat baik, hal ini menunjukkan bahwa berlakunya Syari’at Islam tidak menyudutkan penganut agama lain.

Film ini bercerita tentang sekelompok kecil umat Hindu keturunan Tamil di Aceh, yang dapat hidup dan beribadah dengan aman serta damai. Bahkan mereka telah membuat ritual besar-besaran dan mendapat dukungan penuh oleh masyarakat Muslim Aceh beserta pemerintah Kota Banda Aceh. Umat Hindu di Aceh merasa sangat senang dengan terjalinnya kerukunan antar umat beragama di Aceh. Dengan adanya orang-orang yang menjalankan perintah agamanya dengan baik, maka kerukunan ini dapat terwujud. 

Berikut Link Film Kami :

https://www.youtube.com/watch?v=5N9L9kVmO9o 

Ikuti tulisan menarik Arziqi Mahlil lainnya di sini.