Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Subsidi BBM telah dicabut. Suka tak suka, itulah kenyataan. Nah, tinggal selanjutnya bagaimana kita bersikap. Akankah terus mengutuk keadaan ? Atau sebaliknya menebar pesan kearifan ? Terserah saja. Yang jelas, masa depan ada di tangan kita...
Hitungan pemerintah dan para pakar tentang subsidi pada BBM yang dijual didalam negeri menurut saya tidak benar
Ironis memang, ditengah kemiskinan nan melanda sebagian rakyat, justru Kabinet Kerja menyesuaikan harga BBM. Padahal UUD 45 Pasal 33 mangamanatkan kewajiban negara (pemerintah) mensejahterakan rakyat di tengah berlimpahnya sumber daya alam nusantara.
Obrolan ringan pagi hari dengan seorang office boy di kantor. Simak bagaimana pendapatnya mengenai kenaikan harga BBM yang baru tadi malam diumumkan oleh Presiden Jokowi.
Positif thinking sajalah menyikapi kebijakan Pemerintah terkait kenaikan BBM. Pasti Presiden akan berbuat baik untuk rakyat dengan cara memberikan subsidi yang lebih bermanfaat dan dapat dirasakan langsung oleh rakyat miskin.
Akhirnya yang ditakutkan tiba juga, dan bahan bakar minyak naik cuma 2000 perak, dikira naiknya seperti yang akan diprediksi di kisaran 3000 rupiah.
Beberapa politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ada yang sakit hati karena tidak dijadikan menteri oleh Jokowi.
Harga BBM akan disesuaikan di akhir tahun 2014. Gejolak penolakan masyarakat terjadi dimana mana termasuk harga bahan pokok yang sudah mendahului naik di padar pasar tradisonil.