Lupa kata sandi Tempo ID anda?
Belum memiliki akun? Daftar di sini
Sudah mendaftar? Masuk di sini
Meski digadang-gadang sebagai kota paling pantas untuk jadi kota kopi di Indonesia, namun sesungguhnya kota Jogja bukanlah produsen penghasil biji kopi, melainkan kota pemasar kopi atau lebih tepatnya kota industri coffeeshop. Sebab, tidak hanya biji kopi Merapi atau dari daerah tetangganya saja yang ditawarkan di Jogja, melainkan yang banyak dicari adalah biji kopi milik petani dari seluruh penjuru Indonesia mulai dari Aceh sampai Papua.
Dalam hal memperoleh kemajuan dan perkembangan suatu usaha, faktor kepuasan dan loyalitas pelanggan mutlak diperlukan. Karena itu, dalam rangka memperingati Harpelnas (Hari Pelanggan Nasional) perlu kita tinjau sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan pelanggan.
Mengandalkan ukuran lama untuk zaman yang sudah berubah, bolehjadi tak relevan, membuat kita tetap nyaman, namun tak akan menghasilkan kemajuan yang berarti. Karenanya diperlukan evaluasi dalam dunia pendidikan hari ini, baik dalam lingkup kecil organisasi sebuah lembaga pendidikan maupun organisasi yang lebih besar secara nasional.
Festival atau perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia berbasis pada dukungan pemerintah yang sedang berkuasa tidak terlepas dari berbagai persoalan. Momen penting tersebut dimanfaatkan untuk kampanye atau penyebaran pesan yang mendukung agenda sepihak, potensi penyisipan kepentingan politik praktis, juga soal transparansi sumber pendanaan dan pelaporan penggunannya pada publik. Apa dampak negatifnya bagi publik dan pemerintah itu sendiri?
Dunia maya dihebohkan oleh viralnya dua lagu anak-anak berjudul Johny Johny Ya Papa dan Saat Kecelakaan Terjadi. Ada kalangan yang menafsirkan cuplikan adegannya terindikasi memuat unsur homoseksualitas (LGBT). Bagaimanakah mwensikapinya?
Mengkritik ulang si pengkritik sangat diperlukan untuk terus menghidupkan wacana kritis dan diskursus publik. Masalahnya, alih-alih meninjau kembali substansi kritikan pemantik yang diajukan, kecenderungan pejabat publik kita justru ‘bermain-main’ di tataran kulit luarnya saja dalam menyampaikan kritik balasan.
Kaum pemilih muda telah belajar banyak hal. Mereka membaca gramar politik kekuasaan secara cermat, menganalisis kasak-kusuk dalam negeri, lalu mendiskusikannya. Kini, mereka tak lagi terpaku pada metode lama yang usang, yang kerap memilih dengan cara menceklis. Persisnya, mereka memakai metode terbalik, yakni dengan mencoret calon-calon yang tidak sesuai dengan kriteria yang mereka harapkan.
Memperingati hari anak nasional, bukanlah semata-mata perayaan dengan segala tema, tagline, dan sepuluh satu macam tetek-bengek lainnya yang tak dipahami oleh anak-anak. Yang tampak memukau di panggung depan, tetapi menyembunyikan masalah fundamental di panggung belakang. Lebih dari sekedar itu, memperingati hari anak nasional adalah upaya menegur diri sebagai orang dewasa, yang kerap linglung menjemput masa lalu dan sering lupa melakukan aksi konkret di masa kini, baik secara sendiri-sendiri, maupun berjamaah.
Mendukung atau menolak pernyataan tembak mati bagi pelaku begal harus dipikirkan matang dan tidak boleh dianggap sebagai candaan, gertakan, maupun alat pencitraan. Karena hal itu menyangkut nyawa dan hak hidup seseorang.