x

Iklan

Handoko Widagdo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Berhasil Melawan Kanker Ganas

Pengalaman dr. Yasavati Kurnia Nah dalam melawan kanker Melanoma

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul: Melintasi Melanoma Kanker Terganas

Penulis: Rudi Pekerti

Tahun Terbit: 2016

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Swapenerbitan                                                                                             

Tebal: xxiv + 226

ISBN:

Vonis mati merupakan palu godam yang menghantam pikiran dan jiwa. Seperti bayangan kelam menyelimuti diri. Melantakkan semangat kehidupan. Apakah saya akan mati, kapan? Sebulan lagi, tiga bulan lagi, atau mungkin lebih cepat, esok? (hal. 9).

 

Demikianlah pada umumnya seseorang yang dikhabari bahwa dirinya mengidap kanker. Berita yang disampaikan oleh dokter tersebut sepertinya adalah sebuah vonis mati. Seseorang yang didiagnosa mengidap kanker pasti mengalami kegoncangan jiwa. Apalagi jika yang disampaikan adalah tentang kanker ganas. Pikiran bahwa penyakitnya tidak akan tersembuhkan, kini hanya menunggu ajal saja, seringkali menghinggapi mereka para penderita kanker. Padahal ketegaran jiwa diperlukan dalam menghadapi penyakit ini.

Rudi Pekerti - penulis buku ini, menyajikan pengalaman hidup dokter Yasavati Kunia Nah, sebagai seorang penyintas kanker dengan sangat menarik. Ia menghubungkan pengalaman hidup masa kecil dokter Yasavati yang bahagia, teman akrab yang mendukung, dokter yang dipercayainya, masalah psikologi penderita kanker dengan pengetahuan kanker dan penanganannya. Alih-alih menggunakan istilah-istilah ilmiah psikologi dan ilmu kedokteran tentang kanker, Rudi Pekerti lebih memilih untuk menjelaskan hal-hal tersebut dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh awam.

Pengalaman masa kecil Yasavati yang bahagia dan pertemanannya dengan dr. Husniah menjadi modal kuat dalam menghadapi proses pengobatan kanker yang dihadapinya. Demikian pula hubungannya dengan dr. Chew di sebuah rumah sakit di Singapore dan kemudian dengan dr. Whang yang merawatnya yang dipercayainya. Dukungan keluarga, suami, teman dan dokter yang menangani terbukti sangat berperan bagi dr. Yasavati dalam menghadapi tahapan psikologis dan proses terapi yang dihadapi.

Dalam hal persoalan psikologis penderita kanker misalnya, Rudi Pekerti memilih menggunakan pendapat Elisabeth Kublers Ross dalam bukunya yang berjudul “On Death and Dying” yang terbit pada tahun 1969 (hal. 33). Ross dalam bukunya menjelaskan lima tahap psikologis penderita kanker atau penyakit terminal (penyakit yang tak tersembuhkan), yaitu: (1) tahap penyangkalan, (2) tahap kemarahan, (3) tahap tawar-menawar, (4) tahap acuh tertekan dan (5) tahap menerima. Pengetahuan sederhana ini sangat membantu bagi para penderita kanker dan keluarga serta sahabat yang mendampingi orang yang terkena kanker. 

Rudi Pekerti menguraikan hal ikwal kanker melanoma dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh para pembaca awam. Melanoma adalah jenis kanker yang berkembang pada melanosit, sel pigmen kulit yang berfungsi sebagai penghasil melanin. Melanin inilah yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet dan melindungi kulit dari kerusakan. Melanoma adalah jenis kanker kulit yang jarang dan sangat berbahaya. Dalam kasus yang dihadapi oleh dr. Yasavati, gejalanya adalah tahi lalat di kakinya yang tiba-tiba berdarah. Pada saat kasus melanoma dihadapi oleh dr. Yasavati, cara pengobatan kanker ini masih dalam tahap pengembangan. Itulah sebabnya untuk treatmen obat termodal, harus mendapatkan persetujuan dari panel ahli kanker yang ada di Chicago.

Selanjutnya ia menggunakan tabel-tabel untuk mempermudah pembaca mengerti. Tabel tahapan kanker dan cara penangannya yang disajikan di halaman 71 sangat membantu pembaca memahami bagaimana setiap tahapan kanker memerlukan tindakan yang berbeda. Dengan lugas dan terang benderang ia menjelaskan bagaimana terapi dengan obat termodal dan intron.

Ia juga menggunakan gambar-gambar untuk menjelaskan perkembangan kanker. Ia menampilkan sebelas penanda yang perlu diwaspadai sebagai awal dari timbulnya kanker, walaupun tidak selalu menjadi kanker (hal. 219). Sebelas penanda yang ditampilkan dalam boks berwarna lebih gelap ini memudahkan pembaca untuk memperhatikannya. Rudi Pekerti juga menampilkan contoh pesohor yang berani (dan sukses) mengatasi kanker. Diantaranya adalah Mantan Presiden Amerika Jimmy Carter dan aktris Angelina Jolie. Bahkan bahasan tentang Jimmy Carter adalah tentang kerelaan beliau untuk mencoba obat baru dalam penanganan kanker ini.

Sayang sekali, pembahasan karier dr. Yasavati dan bab tentang perkembangan pendidikan dokter di Indonesia tidak terlalu berhubungan dengan bagaimana kontribusinya terhadap proses penanganan kanker yang dihadapinya. Pemaparan karier dr. Yasavati sebagai dokter dan staf pengajar di Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) lebih menonjolkan sejarah UKRIDA daripada menjelaskan tahapan hidup dr. Yasavati dan andilnya dalam penyembuhan penyakit kankernya. Demikian pula pembahasan tentang sejarah pendidikan dokter di Indonesia juga seakan menjadi bagian yang lepas sama sekali dari tema utama buku ini. Buku ini akan menjadi lebih kuat apabila tahapan karier dr Yasavati dan perkembangan pendidikan dokter dihubungkan dengan penyakit kanker yang dideritanya serta proses penanganannya.

Kekurangan (kecil) lainnya dalam buku ini adalah adanya topik dan nama-nama orang yang muncul tanpa pembahasan lebih mendalam dalam hubungannya dengan kisah perjuangan dr Yasavati dalam menghadapi kanker. Misalnya tokoh Mochtar Riyadi (hal. 15) yang membawa nano technology ke Indonesia. Topik nano technology ini bisa menjadi sebuah bahasan yang menarik seandainya dielaborasi lebih luas dalam hubungannya dengan penanganan penyakit kanker. Selain Mochtar Riyadi dengan nano technology-nya dalam buku ini sering ditemui nama-nama kawan-kawan Yasavati yang muncul tanpa jelas hubungannya dengan kisah perjuangannya dalam menghadapi kanker. Harus diingat bahwa kebanyakan pembaca buku ini tidaklah mengenal baik dr Yasavati, sehingga mereka memerlukan penjelasan tokoh-tokoh yang dimasukkan dalam buku ini dan perannya dalam membantu dr Yasavati dalam menghadapi masalahnya.

Terlepas dari kekurangan (kecil) yang ada dalam buku ini, Rudi Pekerti telah berhasil secara menarik memaparkan pengalaman dr. Yasavati dalam menghadapi penyakit kanker ganas yang dideritanya. Ia berhasil menggambarkan kegigihan dan kekokohan dr Yasavati dalam mengarungi pengalamannya melawan kanker. Kisahnya mengalir dengan lancar, kadang jenaka. Pengetahuan psikologis dan medis tersajikan tanpa perlu membuat dahi berkerut. Pengalaman ini sungguh sangat berguna bagi para penderita kanker dan penyakit terminal lainnya. Pengalaman ini juga sangat berguna bagi keluarga dan teman-teman yang mendampingi sang penderita.

Ikuti tulisan menarik Handoko Widagdo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler