x

Iklan

Amirudin Mahmud

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Sarjana Pendidikan di Era Sertifikasi

Sarjana pendidikan menghadapi PR lebih rumit di era sertifikasi

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

            Seiring dengan diberikannya Tunjangan Profesi Guru (TPG), profesi guru tak lagi dipandang sebelah mata. Harkat. Derajat dan martabat guru di tengah masyarakat mulai terangkat. Profesi guru dianggap menjanjikan secara materi.  Kesejahteraan guru di era sertifikasi lebih baik. Guru tak lagi bersepeda butut. Guru ke sekolah sudah bermobil. Banyak dari mereka yang bisa menunaikan haji. Jarkasih sebutanya, haji dari hasil sertifikasi.

          Fakultas keguruan pun kebanjiran mahasiswa. Sebelumnya calon mahasiswa masuk keguruan setelah tak diterima di fakultas favorit.  Sekarang mereka berebut masuk ke fakultas yang mencetak calon guru tersebut. Ya, minat ke fakultas keguruan meningkat tajam. Sejumlah perguruan tinggi pun beramai-ramai membuka fakultas keguruan.  Dan akhirnya, diprediksi sarjana pendidikan akan menjamur. Dari mereka yang benar-benar kuliah sampai yang memilih jalan pintas.

          TPG merupakan bukti komitmen Pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan guru. Sebagai ujung tombak pendidikan, guru memiliki peran penting dan strategis dalam memajukan pendidikan nasional. Mereka berperan besar dalam menciptkan generasi Indonesia yang diharapkan seperti disebut dalam tujuan pendidikan. Yakni  mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

          Namun, sepuluh tahunan TPG diberlakukan,  kualitas pendidikan dinilai banyak pihak tak mengalami perkembangan berarti. Sertifikasi guru tak mendobrak kualitas pendidikan nasional. TPG tak merubah kinerja  guru. TPG tak membuat kompetensi guru Indonesia lebih baik. Program TPG belum bisa menghadirkan guru profesional dalam sistem pendidikan di Indonesia. Harapan perbaikan kualitas pendidikan nasional melalui TPG belum terwujud. Sebab itu, wacana penghapusan TPG sempat muncul ke permukaan.

          Ini menjadi tantangan berat bagi sarjana kependidikan yang akan menjadi guru di masa yang akan datang. Pasalnya, mereka menjadi tumpuan harapan berikutnya guna mewujudkan pendidikan nasional yang maju, berkualitas. Jika guru yang ada sekarang (semoga tidak) tak bergeming, tak mau mengubah diri maka kepada mereka nasib pendidikan di Indonesia digantungkan. Mereka kudu memilki komitmen kuat dalam memajukan pendidikan. Mereka dituntut banyak belajar. Menyiapkan diri menjadi guru profesional seperti harapan Pemerintah. Ini bukan berarti menyerahkan persoalan kepada mereka. Tanggung jawab pendidikan tetap ada pada para guru disamping unsur pendidikan yang lain. Mereka sebatas masa depan yang pantas dipersiapkan.

Tantangan

          Permasalahan di atas sebaiknya dijadikan tantangan bagi sarjana pendidikan, calon tenaga pendidik di waktu mendatang. Mereka wajib memahami permasalahan pendidikan di tanah air. Permasalahan yang ada pada dunia pendidikan Indonesia selayaknya menjadi PR bagi mereka untuk menyelesaikannya kelak ketika menjadi guru, terlibat langsung dalam pendidikan. Oleh sebab itu, sarjana pendidikan dan calon guru dituntut menyiapkan diri sebaik mungkin. Berikut hal-hal yang menurut hemat saya wajib dipersiapkan. Pertama, tanamkan niat baik. Tekad kuat memperbaiki pendidikan nasional. Jangan ingin menjadi guru jika hanya untuk mengejar kelebihan materi. Sebab, guru tak hanya soal profesi atau pekerjaan. Lebih dari itu, guru merupakan ujung tombak dalam mendidik anak negeri, menyiapkan generasi mendatang. Posisi guru dalam membangun bangsa sangat menentukan. Di tangan mereka, generasi Indonesia ditentukan. Karenanya, menjadi guru membutuhkan niat baik serta tekad kuat. Seorang guru kudu memilki komitmen kuat dalam memperbaiki mutu pendidikan di tanah air.

          Kenapa pendidikan nasional sekarang seperti berjalan di tempat? Salah satu sebabnya adalah tak sedikit guru yang tidak memilki komitmen memajukan pendidikan. Mereka seakan terpaksa menjadi guru. Menjadi guru sekadar pekerjaan memenuhi kebutuhan hidup. Damayanti (2016) dalam buku Sukses Menjadi Guru, menyebutnya sebagai guru yang tidak tulus dengan tujuan seadanya. Tipe guru seperti ini menjadi pendidik bisa jadi karena nasib, tak direncanakan. Tak diinginkan.

          Sejak di bangku kuliah, calon guru sebaiknya menamkan tekad kuat mengabdi untuk negeri, menyiapkan generasi baru. Sehingga lulus menjadi sarjana pendidikan mereka siap menghadapi segala tantangan. Keuletan, kerja keras, komitmen serta integritas mereka akan dibuktikan dalam berkontribusi memperbaiki pendidikan.

          Kedua, menyiapkan kompetensi yang dibutuhkan. Menurut Amirullah Syarbini (2015), kompetensi guru adalah kemampuan, kecakapan, ketrampilan, dan pengetahuan yang dimiliki seorang guru yang diperoleh melalui proses pendidikan keguruan, pelatihan, dan pengembangan sejenis lainnya sehingga ia dapat dinyatakan sebagai guru profesional.

          Sementara itu, dalam Undang-undang No. 14  Tahun 2005 dan Peraturan No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa kompetensi guru meliputi; kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Sarjana pendidikan selayaknya menyiapkan kompetensi-kompetensi tersebut secara baik. Keempat kompetensi itu harus diasah sejak di bangku kuliah. Jangan ketika menjadi guru baru berpikir akan memperbaiki kompetensi diri.       

          Ketiga,  guru harus kreatif, inovatif. Guru dalam menjalankan tugas membutuhkan kreatifitas tinggi. Guru kreatif adalah guru yang tak bisa diam, selalu menciptakan hal-hal baru dalam menjalan tugasnya mengajar dan mendidik peserta didik. Guru kreatif selalu berinovasi. Memperbaiki, menyempurnakan hal yang sudah ada. Inovasi adalah menggali permasalahan lebih dalam sehingga menemukan sesuatu yang baru. Nah, kreatifitas dan inovasi tersebut mesti dibiasakan oleh mahasiswa keguruan. Kelak ketika lulus menjadi sarjana, kreatifitas mereka sudah teruji. Maka jadilah mereka guru yang kreatif. Sebab kreatifitas membutuhkan pembiasaan, latihan serta pengalaman.

          Walhasil, sarjana pendidikan sekarang dihadapkan pada tantangan tak mudah. Ada persoalan membelit dunia pendidikan di depan mata. Mereka dituntut peduli dan menyiapkan diri. Di sisi lain, profesi guru sekarang tak sekadar mulia tapi menjanjikan secara ekonomi. Pemerintah telah memperhatikan kesejahteraan mereka. Program TPG bukti nyatanya. Hanya, TPG juga menjadi beban seiring dengan harapan meningkatnya mutu dan kualitas pendidikan nasional. Bagaimana mau menjadi guru? Silahkan masuk fakultas keguruan! Sarjana pendidikan yang memiliki kualitas hebat, komitmen kuat serta kriatifitas tinggi akan dibutuhkan di masa mendatang.Wa Allahu Alam.

Ikuti tulisan menarik Amirudin Mahmud lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB

Terkini

Sengketa?

Oleh: sucahyo adi swasono

6 jam lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Dalam Gerbong

Oleh: Fabian Satya Rabani

Jumat, 22 Maret 2024 17:59 WIB