x

Iklan

Herfa Memory

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Lembaga Akademisi Sumbang Ide untuk Masyarakat Bogor

Pengetahuan menjadi dasar pemberian gagasan lembaga akademisi untuk infrastruktur kota Bogor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jika seorang mahasiswa bertanya pada dirinya sendiri tentang apa yang dapat ia lakukan untuk lingkungan sekitarnya, maka jawabannya adalah membagi ilmu dan pengetahuan yang ia miliki.

Pengetahuan adalah harta yang dapat memperkaya orang lain. Dengan dasar itulah, sebuah permasalahan infrastruktur terkait sanitasi air bersih dan aksesibilitas kota Bogor dicoba untuk diselesaikan oleh mahasiswa Arsitektur Lanskap Institut Pertanian Bogor dengan arahan para dosen-dosennya.

Publik mengenal kota Bogor sebagai Kota Hujan karena curah hujannya yang tinggi. Air-air tersebut turun dan mengalir pada badan sungai yang melintasi satu titik menuju titik lain bahkan melintasi kota. Salah satu sungai yang dikenal di kota Bogor adalah sungai Ciliwung—sungai yang berada pada sebuah delta bernama Pulo Geulis.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Mungkin tidak banyak yang mengenal kawasan Pulo Geulis. Pulo Geulis adalah sebuah kawasan historis yang berada di tengah sungai Ciliwung, kota Bogor. Penduduknya tinggal dalam rumah-rumah yang memenuhi Pulo Geulis sehingga berhimpitan dengan sempadan sungai. Adat dan kebudayaan masyarakatnya sangat berkaitan dengan keberadaan air sungai. Setiap hari, kaum ibu mencuci baju dan makanan di sungai. Kaum bapak sebagian mencari ikan-ikan di sungai atau melepaskan peliharaannya di sempadan. Sementara, anak-anak mereka menghabiskan waktu bermainnya di sungai sambil bersosialisasi dengan masyarakat sekitar. Ini sangat menggambarkan bahwa sebenarnya, kawasan yang berada di tengah sungai Ciliwung ini, memang kawasan yang berkelimpahan air dan berpotensi untuk menjadi daya tarik kota Bogor. Namun sayangnya, pengelolaan lanskap sempadan sungai yang kurang maksimal menjadikan potensi Pulo Geulis tertutupi. Mengapa? Karena mereka pun mengalukan kegiatan MCK di sungai Ciliwung ini. Lantas, inilah yang akhirnya menarik mahasiswa dan dosen Arsitektur Lanskap IPB untuk memberikan gagasan hipotetik dari pengetahuan yang telah dimiliki sebagai lembaga akademisi untuk memperkaya kota Bogor melalui sebuah perubahan.

Penyampaian gagasan dari pihak akademisi disampaikan dalam sebuah forum audiensi antara mahasiswa, dosen, researcher (akademisi) dengan pemerintah kota Bogor yang dihadiri langsung oleh Wali Kota Bogor dan jajarannya beserta lembaga-lembaga penting  (bisnis dan komunitas) dan perwakilan warga Pulo Geulis dalam pengelolaan lanskap sempadan sungai Ciliwung. Kegiatan ini berlangsung pada hari Senin, 23 Januari 2017 di Balaikota Bogor. Dalam forum ini, pemateri (mahasiswa) yang telah berdiskusi sebelumnya dengan dosen mata kuliah Manajemen Lanskap, memaparkan beberapa ide atau gagasan untuk menjadikan Pulo Geulis sebagai ikonik kota Bogor dengan basis water sensitive city. Ini adalah basis yang telah didukung oleh riset-riset kerjasama dengan Austrlia Indonesia Center (AIC).

Ada beberapa gagasan penting yang dapat memperbaiki infrastrutur Pulo Geulis sebagai salah satu kawasan kaya air di kota Bogor, yaitu membangun sebuah jalan tepi sungai (promanade) yang mempermudah akses masyarakat untuk melintasi sempadan sungai dengan aman dan nyaman. Promanade ini bersentuhan langsung dengan sebuah semi bio retaining wall yang diusulkan dengan desain yang fungsional (sebagai penahan tanah, tempat penanaman sayuran produktif, dan tempat sosialisasi masyarakat), estetis (memberikan keindahan), dan berkelanjutan (berumur panjang). Desain dibuat bertingkat dengan masing-masing level sesuai fungsinya. Lantas, semi bio retaining wall berhubungan dengan sebuah sistem bio filter yang berasal dari setiap rumah penduduk. Fungsinya tentu saja, untuk mengkontrol sanitasi air sungai sehingga terjaga kebersihannya ketika air limpasan rumah tangga jatuh ke sungai. Pelengkap dari gagasan ini adalah sebuah usulan untuk menggeser rumah penduduk sejauh 15 m dari sempadan sungai sesuai dengan peraturan pemerintah. Hal ini bertujuan agar sempadan sungai dapat digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang mampu menyerap air hujan lebih tinggi dibandingkan area perkerasan. Satu paket ide ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam menggunakan setiap insfrastruktur secara maksimal  tanpa menghilang budaya mereka.

Semua ide dan gagasan yang dipaparkan mahasiswa adalah hasil dari diskusi selama lebih dari lima minggu dengan tahapan mulai dari survei sampai sintesis. Tentu saja prosesnya didukung dan diarahkan oleh dosen mata kuliah Manajemen Lanskap dan pihak kampus (IPB). Mengapa ini dilakukan oleh mahasiswa Arsitektur Lanskap? Karena dengan pengetahuan yang telah didapat dalam mengelola lanskap selama masa perkuliahan, ide atau gagasan itu pasti akan bermanfaat untuk masyarakat. Entah akan diaplikasikan atau tidak, namun kontribusi dalam menyumbangkan pemikiran dan berdiskusi untuk mensejahterakan masyarakat dan lingkungan sekitar adalah poin penting yang harus diapresiasi. Dengan sebuah forum audiensi seperti ini, mahasiswa akhirnya bisa terlibat dan membagikan ‘harta’-nya untuk sesama.   

Ikuti tulisan menarik Herfa Memory lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler