Fenomena manusia silver telah menyita perhatian masyarakat perkotaan di Jakarta. Pada awal kemunculannya, manusia silver di beberapa titik lampu merah perempatan di kota Jakarta, masih dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja. Namun seiring dengan perjalanan waktu, fenomena manusia silver makin marak dan jumlahnya makin banyak. Manusia silver tumbuh bak musim semi, dan saat ini sudah memenuhi hampir semua sudut kota Jakarta. Manusia silver sudah menjadi pesaing dari pengemis maupun pengamen di jalanan.
Situasi ini sangatlah amat memprihatinkan, karena pelaku ternyata sangatlah bervariasi baik pria maupun wanita sekalipun, mulai dari anak-anak, orang dewasa hingga usia lanjut. Mereka yang berusia lanjut yang seharusnya dapat lebih banyak beristirahat di rumah, tetapi mereka masih harus ikut turun ke jalanan demi memenuhi hidup keluarganya.
Bahkan mirisnya lagi, ada seorang bayi yang masih amat sangat kecil yang berusia 10 bulan yang sengaja diajak ke jalanan yang juga wajah dan seluruh bajunya dilumuri cat berwarna silver. Kondisi ini sangat amatlah mengkhawatirkan karena di samping kondisi kulit dari sang anak yang masih sangat rentan dan tubuh yang nantinya akan bermasalah, juga terkait tumbuh kembang anak ketika berada di jalanan.
Dampak lain dari menjadi manusia silver, banyak orang terkena PHK dan juga sulitnya mencari pekerjaan di luar sana, sehingga kondisi ekonomi terpuruk. Di sisi lainnya juga, kebutuhan hidup kian merangkak, dan menuntut untuk terus terpenuhi. Masalah ini seakan terpecahkan ketika mereka melihat suatu “peluang” ketika mengamati orang lain menjadi manusia silver dan mendapatkan penghasilan. Dengan demikian, munculnya manusia silver ini karena mengamati orang yang menjadi manusia silver lebih dulu.
Mendengar cerita bahwa menjadi manusia silver lebih memungkinkan meraka mendapatkan penghasilan yang cukup dari pada berpakaian rapih apa adanya. Untuk mereka yang masih berusia dibawah umur, menjadi manusia silver dilakukan, karena biasanya mereka adalah anak-anak yang di drop out dari sekolah dan juga lingkungan yang tidak mendukung. Semua itu juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dalam mengurangi keberadaan Manusia silver yang semakin banyak di Jakarta, kegiatan yang harus dilakukan adalah razia dan pembinaan yang berkelanjutan dari Dinsos Jakarta untuk mengatasi dampak manusia silver. Bila kegiatan razia hanya bersifat sementara, kemudian dipulangkan maka cara tersebut tidak akan efektif. Dalam rentang beberapa hari saja mungkin manusia silver itu akan kambuh dan beroperasi lagi.
Untuk itu Dinsos Jakarta harus dengan serius melakukan pengawasan yang ketet terhadap munculnya manusia silver. Sebagai langkah awal preventif di setiap lampu merah di Jakarta sebaiknya dipasangkan kamera CCTV sehingga pihak Dinsos dapat melakukan monitoring atau pengawasan. Bila muncul satu saja manusia silver dapat segera diamankan dan selanjutnya dilakukan pembinaan lebih lanjut.
Kebijakan pemberdayaan dan penciptaan lapangan pekerjaan baru merupakan langkah yang mendesak untuk diambil oleh pemerintah kota Jakarta. Pada setiap Dinas sosial atau sektor diberi target agar memiliki program pemberdayaan generasi muda yang berpartisipasi dalam mendukung program Sekolah Kewirausahaan. Hadirnya kebijakan yang Pro pada pemberdayaan pemuda maka adanya kesempatan dan peluang kerja dapat diisi oleh generasi muda yang masih produktif.
Adanya bonus demografi bukan lagi dianggap sebagai ancaman, tapi justru merupakan kesempatan untuk mencapai kemajuan. Melalui program pelatihan kerja dan sekolah kewirausahaan, generasi muda akan memiliki keterampilan yang luas dalam pekerjaan dan sekaligus mempunyai sikap mental berwirausaha yang teguh. Bonus demografi justru merupakan momentum bagi generasi muda untuk menyambut masa depan yang lebih mencerahkan.
Ikuti tulisan menarik Muhammad Hakim lainnya di sini.