x

Iklan

Adi Prima

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Jurnalisme di Balik Kegaduhan Dunia dan Indonesia

Kegaduhan di Indonesia dan dunia beberapa tahun belakang, adalah akibat campur tangan beberapa jurnalis lewat karya jurnalistiknya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Indonesia. Gaduh! Serta muncul pro dan kontra tentang video Basuki Cahaya Purnama alias Ahok, pejabat publik, Gubernur Jakarta, di Kepulauan Seribu beberapa waktu yang lalu. Pada video yang beredar, ada pernyataan Ahox yang dianggap menista Agama Islam. Pernyataan Ahok di video ini akhirnya berlanjut ke proses hukum. Setelah mengumpulkan ahli-ahli dan barang bukti. Kepolisian Republik Indonesia, akhirnya secara resmi menyatakan Basuki cahaya purnama atau Ahox sebagai tersangka penistaan Agama pada (16/11).

Sosok kontroversial dibalik video dan ‘kegaduhan’ Negara Indonesia. Ini adalah prestasi kesekian kalinya bagi dunia jurnalisme. Dunia jurnalisme tetap menakutkan bagi sebagian pihak. Buni Yani nama orang yang mempopulerkan video tersebut, beliau ternyata mantan wartawan Tempo (1996), pernah juga menjadi wartawan untuk Australian Associated Press (AAP) biro Jakarta, Wartawan di Washington DC, Voice of Amerika, dan menyelesaikan S 2 di Ohio University dengan tesis tentang Jurnalisme. Dengan latar belakang yang dimiliki, pastinya Buni Yani paham etika dunia Jurnalisme, "tugas saya sebagai seorang wartawan untuk menyampaikan, bahwa tidak pantas seorang pejabat publik yang digaji dan dibayar pakai uang rakyat menggunakan kata-kata yang sangat sensitife dan menyakiti rakyat, ucap beliau secara live dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang dipandu oleh Karni Illyas beberapa waktu yang lalu.

Aneh, Buni Yani juga ikut diproses secara hukum dan dinyatakan sebagai tersangka tanggal (23/11). Jika Ahok secara resmi sudah dinyatakan sebagai tersangka penistaan agama dengan bukti video tersebut, kenapa sosok jurnalis yang menyampaikan fakta dianggap melakukan pelanggaran dan melanggar UUD tertentu. Anehnya, Buni Yani bukanlah yang pertama mengupload video tersebut. Apakah kebebasan pers telah dikebiri lagi oleh kekuasaan dan uang? Apakah pers sekarang mewakili ideologi politik tertentu? Apakah negara ini bukan lagi negara hukum, tapi negara kekuasaan? Bukankah seorang jurnalis harus tetap berdiri bersama kebenaran. Layakkah penghargaan tertinggi pada karya jurnalistik untuk Buni Yani? Di negara lain, apakah sang jurnalis di tahan atau mendapat penghargaan jika berkarya? Mari kita bandingkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dunia Sepakbola juga ricuh oleh karya jurnalisme, mundur beberapa bulan kebelakang, seorang manager sepakbola terkenal asal Inggris Sam Allardyce dengan muka malu harus meninggalkan jabatannya sebagai Manager tim Sepak bola nasional Inggris, Sam terbukti berbuat curang, Sam terjebak, dan direkam oleh 2 orang Wartawan Daily Telegraph yang berhasil menyamar. Dalam video, Sam terbukti menyampaikan cara-cara praktik kotor untuk mengelabui regulasi FA dan FIFA terkait transfer pemain Sepakbola sebagai pihak ke tiga. Sam dihukum dan dipaksa mengundurkan diri oleh Federasi sepakbola Inggris (FA). FA merilis dalam laman resminya, “ini bukanlah keputusan mudah, tapi prioritas FA adalah menjaga ketertarikan khalayak terhadap pertandingan dan mengutamakan standar tertinggi dalam sepakbola. Pastinya tidak ada kita dengar tentang jalur hukum dan serta penahanan kepada dua orang jurnalis yang menjebak Sam. Beda dengan Indonesia bukan?

Karya Jurnalistik lainya yang membuka mata dunia bahwa pena Jurnalis itu sangat tajam dan berbahaya, yakni; retaknya hubungan luar Negeri Amerika dengan beberapa Negara besar seperti German, Brazil dan Inggris yang terjadi pada tahun 2013. Seorang mantan Agen National Security America (NSA) Eric Snowden, membocorkan data-data penyadapan percakapan beberapa pejabat tinggi Negara yang dilakukan oleh NSA kepada seorang jurnalis The Guardian, Gleen greenwald. Komunikasi Eric dan Gleen berawal ketika Gleen yang merupakan kolumnis di The Guardian, menerima pesan surel atau email dari seseorang yang tanpa nama dan mengatakan, “bahwa setiap perbatasan yang kau lalui, pembelian yang kau lakukan, setiap panggilan yang kau buat, setiap menara telpon yang kau lewati, setiap teman yang kau kenal, artikel yang kau tulis, situs yang kau kunjungi, sesuatu yang kau ketik, paket yang kau kirimkan, adalah ada ditangan sebuah system dimana jangkauannya tak terbatas, namun tanpa pengamanan, penipuan padamu oleh system NSA, berarti kau sadar akan ancaman bahwa sikap polisi rahasia tidak terbatas untuk sebuah demokrasi. Ini adalah sedikit cerita yang bisa kau ceritakan”.

Penyadapan oleh NSA kepada setiap percakapan dan komunikasi warga negaranya, sejatinya bertujuan untuk meningkatkan keamanan Amerika. Hal ini dilalukan karena kejadian 9/11 yang menyerang gedung WTC. Penyedia Applikasi seperti Yahoo, Whatsup, Google, Facebook dll di haruskan mengirim seluruh mega data percakapan yang mereka miliki kepada NSA, hal ini terkait mengurangi risiko ancaman terorisme. Namun pada perjalanannya, penyadapan percakapan dan komunikasi ini berkembang menjadi aktifitas memata-matai setiap percakapan yang ada diseluruh dunia. Karena yang menggunakan Applikasi tersebut tidak hanya warga Negara Amerika, tapi hampir seluruh warga dunia. Setelah data penyadapan ini dirilis oleh Gleen dan Eric, aktifitas penyadapan ini menuai protes dari warga Amerika, warga Amerika yang dikenal menjunjung tinggi Hak Azasi dan kebebasan, merasa dicurangi oleh Negaranya dalam hal ini NSA. Warga Amerika menuntut kejelasan dari kejadian ini kepada NSA. Tidak hanya itu, protes juga terjadi dimana-mana, kedutan besar Amerika yang ada diseluruh dunia, diprotes! Pihak Kedubes harus mengklarisifikasi aktifitas penyadapan ini, di Negara German, hubungan luar negeri Amerika sempat retak, Kanselir German Angle Markel meminta kejelasan dari aksi mata-mata ini, Angle markel sendiri ikut menjadi korban dari penyadapan yang dilakukan oleh NSA.

Mantan agent NSA, Snowden dan Jurnalis The Guarduaian, Gleen, memang memaparkan secara eksklusif setiap bukti-bukti, cara-cara, dan list nama orang-orang besar yang telah disadap oleh NSA. Tidak ada lagi yang namanya privasi jika anda sudah terlibat di dunia “Maya”, percakapan dan aktifitas-aktifitas yang kita lakukan semua tersimpan rapi dalam Bank mega data yang di bangun diwilayah Uttah, Amerika, semua tinggal menunggu waktu saja untuk di publikasikan kepada khalayak ramai. Yang lebih menjijikan, mereka juga ikut mendengarkan percakapan pribadi kita dengan pasangan kita, ungkap Snowden. (lebih lengkap lihat film Dokumenter, Citizen Four)

Keberanian Snowden membongkar penyadapan NSA ini, bukan tanpa risiko, keberanian ini memaksa dia harus merelakan kewarga negaraan Amerika, ia lalu mengajukan suaka politik, Snowden tentu saja disambut dengan tangan terbuka oleh Negara Rusia yang notabene adalah musuh Amerika secara ekonomi dan politik. Saat ini Snowden menetap di German. Bagi Jurnalis The Guardian, Gleen Greenwald keberanian untuk mempertaruhkan nyawa dan reputasi demi membongkar kejahatan publik yang dilakukan oleh NSA, berbuah penghargaan Pulitzer tahun 2014 untuk karya Jurnalistik. Apakah Buni Yani juga bisa dapat penghargaan tertinggi untuk karya jurnalistik seperti Gleen?

Tumbangnya Presiden Amerika Nixxon oleh seorang jurnalis. Mundur lagi kebelakang pada tahun 1972, Jurnalisme berhasil menumbangkan Nixon. Di tengah kampanye pemilihan Presiden Amerika, lima orang suruhan berhasil ditangkap ketika hendak memasang alat penyadap dan mencuri dokumen-dokumen di perkantoran partai Demokrat, kontor partai politik lawan Nixon yang berasal dari partai Republik. Setelah peristiwa pencurian dokumen dan penyadapan itu, Nixon kembali berhasil memenangkan kursi Presiden Amerika serikat. Watergate dipandang sebagai skandal politik paling kotor dalam sejarah politik kotor AS. Seandainya peristiwa kecil penyusupan pada malam 17 Juni 1972 tersebut tidak terbongkar, tentu Amerika tidak akan kehilangan Presiden yang mengambil langkah berani untuk menghentikan perang Vietnam ini. Watergate sendiri merupakan skandal yang mengambil tempat di kompleks Watergate, di Kompleks ini lima orang pria itu ditangkap karena melakukan penyadapan dan pencurian dokumen partai Demokrat. Dua orang pencuri dan dua orang penyusup akhirnya divonis bersalah pada Januari 1973. Namun banyak orang, termasuk hakim yang memimpin sidang tersebut, Jhon sirica, menduga ada sebuah konspirasi yang menyentuh sejumlah pejabat tinggi di pemerintahan Nixon. Peristiwa itu berubah menjadi skandal yang lebih tinggi ketika salah seorang pencuri yang dihukum berat mengirim surat kepada hakim Srica mengenai adanya usaha tutup mulut besar-besaran.

Senat Amerika akhirnya turun tangan, dengan melibatkan sejumlah tokoh politik besar, termasuk mantan jaksa agung Jhon Mitchell dan kepala penasehat gedung putih, Jhon erlichman dan H.R Hardelman. Orang-orang terdekat Nixon diperiksa, rekaman percakapan gedung putih diminta atas desakan publik juga, Nixon akhirnya mengalah dan menyerahkan rekaman itu pada April 1974, anehnya, ada bagian penting yang ‘disembunyikan’ Nixon, sehingga pemeriksaan jadi terhambat. Sebab, ada informasi sangat penting yang mengindikasikan keterlibatan Nixon dalam skandal Watergate. Tak bisa mengelak lagi, akhirnya pada 5 Agustus 1974 Nixon menyerahkan 3 buah rekaman pembicaraan itu. Akhirnya terungkap bahwa Nixon mengetahui bahwa adanya upaya untuk menutup-nutupi skandal tidak lama setelah peristiwa Watergate tersebut, Nixon mencoba menghentikan penyelidikan FBI atas kasus tersebut. Nixon mengambil langkah cepat, ia mengundurkan diri sebelum menanggung malu dipersidangan.

Ada sosok Jurnalis yang ikut menumbangkan Nixon, skandal Watergate tidak terbongkar tanpa tokoh yang sangat misterius yang bernama ‘Deep Throat’. Tokoh misterius ini sangat menjaga saluran komunikasinya dengan Bob Woodward, Jurnalis yang membongkar Watergate ini secara eksklusif. Ketika skandal ini terus terungkap, Deep Throat sangat khawatir peranya dalam investigas jurnalistik  Woodward di Washington Post akan dibeberkan. Deep Thorat tidak ingin lagi berkomunikasi lewat saluran telepon dengan Woodward, ia takut pembicaraanya disadap. Mereka lalu menyepakati cara-cara untuk berkomunikasi dan mulai bertemu secara langsung. Selama beberapa dekade, ada spekulasi mengenai siapa sebenarnya identitas Deep Throat. Namun, hal itu hanya menambah misteri. Banyak dugaan mengalir keberbagai pihak untuk mengungkap sosok yang secara tidak langsung berhasil menjatuhkan Presiden Nixon dari tampuk kekuasaanya ini, akhirnya setelah 30 tahun skandal Watergate, identitas Deep Throat terbongkar ke publik, sosok itu adalah mantan wakil kepala FBI, Mark felt, ( baca Afred suci, 151 Konspirasi dunia paling mencengangkan dan paling gila). Bagi Bob Woodward, keberanianya ini membuahkan penghargaan Pulitzer untuk karya Jurnalistik tahun 1973. Apakah Buni layak medapat penghargaan dunia seperti Bob Woodward?

Sikap kritis dari seorang Jurnalis terhadap sesuatu persoalan sudah beberapa kali merobohkan kebohongan, dan praktek kotor. Idealisme seorang Jurnalis yang mengutamkan kepentingan orang banyak ketimbang pencapaian pribadi tentu tetap harus terus dipertahankan. Jurnalis juga tidak hanya beropini, tapi juga menyumbang solusi. Jurnalis butuh modal sosial dan modal intelektual (Jacob Oetama). Harus dipahamai, mengawal ‘Ahok’, ‘Sam’, ‘NSA’ dan ‘Nixon’ yang lain adalah tugas seorang Jurnalis sebagi kontrol keadilan dan kontrol sosial di tengah Masyarakat.

Ikuti tulisan menarik Adi Prima lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu