x

Iklan

Anazkia Aja

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Revegetasi di Lahan Gambut Bekas Kebakaran

Pada tahun 1997 terjadi kebakaran lahan gambut yang sangat besar di beberapa wilayah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pada tahun 1997 terjadi kebakaran lahan gambut yang sangat besar di beberapa wilayah. Tercatat sebanyak 2308 titik api di Sumatera, 1042 diantaranya berada di Sumatera Selatan dan 440 di Jambi. Kerusakan yang terjadi dari kebakaran hutan tersebut tentunya sangat besar. Tercatat lebih kurang 18 000 Ha rusak karena kebakaran hutan. Berbagai cara dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan di hutan gambut yang terbakar. Pada kurun waktu antara 1997-2004, tercatat proyek ISDP Berbak-Jambi (1997-2000) dan berbagai proyek lainnya.

Dari beberapa proyek yang dilakukan telah diusulkan beberapa strategi pendekatan untuk pengelolaan lahan gambut yaitu: penutupan kanal, rehabilitasi hutan, kajian kebijakan, patroli intensif dan pembentukan unit  pengaman hutan gabungan regional, moratorium penebangan sementara, penciptaan mata pencaharian alternatif, penjelasan status kepemilikan lahan, pembentukan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang bekerjasama dengan masyarakat, kampanye kesadaran lingkungan, pelarangan penebangan jenis-jenis kayu tertentu dan pemberantasan illegal loging. Sumber cifor.com

Dua puluh tahun sejak kebakaran hutan tersebut, Balai Penelitian dan pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palembang (BP2LHK Palembang) telah memulai riset restorasi hutan. Karena sejak kebakaran hutan 1997 menyebabkan lahan gambut  terdegradasi berat. Berbagai riset dilakukan, salah satunya melalui pembangunan Kebun Plasma Nutfah dan Demonstrasi Plot Restorasi Hutan Rawa Gambut Bekas Kebakaran yang berlokasi di Kelurahan Kedaton, Kecamatan KayuAgung, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI)seluas 20 Ha. Pembangunan Demplot ini sekarang menjadi wujud keberhasilan upaya merestorasi lahan gambut terdegradasi berat akibat kebakaran di Provinsi Sumsel sehingga terpilih menjadi lokasi Field Trip The First Asia Bonn Challenge High Level Roundtable Meeting.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya, adalah salah satu blogger yang beruntung bisa mengikuti dan melihat langsung penanaman berbagai jenis pohon di Kebun Plasma Nutfah pada 8 mei lalu. Bersama dengan beberapa rekan blogger dan media dari Jakarta, kami serta dalam pembukaan yang dihadiri bukan hanya warga Palembang dan Indonesia pada umumnya, tapi juga oleh puluhan tamu delegasi dari berbagai negara.

“Merestorasi gambut bukan hal yang mustahil dilakukan, asal kita tahu apa yang harus diterapkan,” Ini diucapkan oleh Ir. Bastoni, M.Si., ketua tim peneliti Gambut BP2LHK Palembang. Menurutnya, diperlukan penerapan teknik silvikultur yang spesifik untuk dapat mempercepat restorasi gambut, yaitu teknik yang mengacu pada tiga karakter lahan kunci yaitu: kedalaman gambut, kedalaman genangan air dan kedalaman muka air tanah. “Dengan mengetahui status ketiga ketiga karakter lahan tersebut akan dapat diketahui tingkat degradasi lahan gambut pada suatu lokasi, sehingga akan dapat direkomendasikan perlakuan silvikultur yang paling sesuai di areal tersebut.” Tuturnya lagi menjelaskan. Konsep inilah yang diterapkan oleh BP2LHK Palembang, sehingga revegetasi pada areal Demplot mendulang kesuksesan.

Di areal demplot saat ini ada 25 jenis pohon lokal (indigeneous species) unggulan hutan rawa gambut dari provinsi Sumatera Selatan, Jambi dan Riau. Pada Senin 8 Mei, seluruh delegasi perwakilan dari berbagai negara juga beberapa Palembang bersama-sama ikut menanam berbagai macam pohon di rawa gambut plasma nutfah.

Berbagai jenis pohon yang ada di rawa gambut plasma nutfah ramin (Gonystylus banacunus), jelutung rawa (Dyera lowii), punak (Tetramerista glabra), perupuk (Lopopethalum javanicum), meranti (shorea belangeran), medang klir (Alseodaphne sp), beriang (ploarium alternifolium) dan gelam (melaleuca leucadendron). Berbagai pilihan pohon ini atas beberapa pertimbangan. Seperti Ramin dan Jelutung, pohon ini dipilih karena merupakan pohon yang dilindungi sejak tahun 2002.

Mengikuti dan melihat langsung prosesi penanaman pohon di bekas lahan gambut yang terbakar ini menimbulkan harapan dalam diri saya. Semoga, ini tak sekadar menjadi seremonial belaka. Dan semoga, kebakaran hutan tak lagi separah dan sebanyak tahun 2015 yang tidak hanya merugikan warga Sumatera tapi juga negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Dan semoga, menjadi awal yang baik untuk menjaga kelestarian hutan dan lingkungan yang dilakukan oleh pihak pemerintah Palembang dengan dukungan dari pihak swasta juga masyarakat sipil.

 

Ikuti tulisan menarik Anazkia Aja lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu