x

Sejumlah umat Muslim berbuka puasa bersama dalam tradisi Megibung di Masjid Al Muhajirin Kepaon, Denpasar, Bali, 5 Juni 2017. ANTARA FOTO

Iklan

ubaidmad

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Puasa dan Pengendalian Nafsu

Apakah nafsu manusia memang harus dimatikan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tidak ada kata yang pantas kita ucapkan, kecuali rasa syukur. Tidak ada ungkapan yang perlu kita panjatkan, kecuali terimah kasih. Tidak ada pernyataan yang wajib kita seruhkan, kecuali Alhamdulillah. Ya, kita harus mengucapkan semuanya itu, karena pada tahun 2017 ini  kita masih diberi waktu bertemu dengan bulan suci Ramadhan. Kalau bukan karena kasih sayang Allah SWT yang begitu besar kepada kita, tentu kita tidak bisa menjalani bulan yang identik dengan puasa tersebut. Sungguh, sangat rugi kalau kita tidak memanfaatkan bulan yang tiba setahun sekali ini dengan penuh kekhusukan dan ketekunan menjalankan berbagai macam Ibadah.

Sebelum Ramadhan tiba, Rasulullah SAW senantiasa menyampaikan khutbahnya agar para sahabat benar-benar mempersiapkann diri menyambut datangnya bulan agung ini. Berbagai keutamaan Ramadhan diuraikan oleh Nabi agar tidak ada hari, jam, menit, dan detik terlewatkan begitu saja tanpa ibadah kepada Allah swt, tanpa mengabdi kepada Yang Maha segala-galanya tersebut. Pada bulan ini, nafas-nafas menjadi tasbih, tidur menjadi ibadah, amal-amal diterima, dan doa-doa kita dikabulkan. Jangan lupa, “musuh-musuh yang nyata” dibelenggu.

Apa khutbah yang disampaikan Nabi? Begini isinya: “Bermohonlah kalian kepada Allah, Tuhan kalian, dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbing kalian untuk melaksankan puasa (shaum) dan membaca kitabNya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan haus kalian, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekalah kepada kaum fakir dan miskin. Muliahkanlah orang tua-orang tua kalian, sayangilah yang muda, sambunglah tali persaudaraan kalian, jagalah lidah kalian, tahanlah pandangan kalian dari apa yang tidak halal kalian pandang dan perliharalah pendengaran kalian dari dari apa yang tidak halal kalian dengarkan”  

Ayat Al-Quran yang seringkali dikutip juru dakwah, yang saya yakin pembaca sudah hafal semua,  terkait perintah puasa adalah surat Al-Baqarah ayat 183. Bunyi terjemahannya demikian, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Ramadhan sendiri berasal dari kata ramidha, yarmadhu, ramadhan, yang artinya sangat panas. Sehingga jika ada kalimat, armada asy-syai’, maknanya adalah membakar sesuatu. Dengan demikian, makna bulan Ramadhan secara bahasa adalah bulan pembakaran. Pertanyaan kita adalah: apa yang dibakar? Jawabannya adalah nafsu manusia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas bagaimana cara membakar nafsu manusia itu? Caranya tentu saja tidak membakarnya secara langsung seperti kita membakar kayu atau kertas. Namun dengan cara berlapar dan dahaga. Jika manusia dalam keadaan lapar dan haus, dijamin nafsu manusia akan loyo, tidak punya tenaga. Kalau sudah tidak berkekuatan lagi, nafsu manusia akan mati dan tidak bekutik lagi. Nafsu manusia akan luluh bak binatang buas yang sudah dijinakkan.  Yang menjadi masalah adalah apakah nafsu manusia memang harus dimatikan?

Kita sering salah memahami nafsu itu sendiri. Kita biasanya mengidentikkan nafsu dengan keburukan, kebejatan, atau keserakahan. Padahal, nafsu secara bahasa bermakna jiwa, atau ruh. Hal itu bisa kita lihat dari firman Allah SWT, “Dan jiwa (nafs) serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS. Asy Syams: 7-8). Jika kita memahami ayat tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa nafsu itu ternyata bersifat netral, tidak kiri tidak kanan alias berada di tengah-tengah. Dengan kata lain, nafsu itu tidak bersifat baik dan juga tidak bersifat buruk. Namun, dalam penciptaannya, Allah SWT hanya memberika ilham (potensi) terhadap nafsu tersebut, yaitu nafsu bisa dibawa  ke arah kebaikan dan kejahatan.

Dalam ajaran Islam, Islam tidak pernah mengajarkan untuk “membunuh” nafsu. Akan tetapi, Islam datang untuk “mengendalikan” nafsu manusia. Jika memang kebaradaan nafsu itu tidak untuk dimatikan. Pertanyaannya berikutnya adalah bagaimana manusia dikatakan telah dapat mengendalikan atau memenuhi tuntutan nafsu dengan benar, padahal nafsu itu senantiasa menuntut untuk dipenuhi dan dipuaskan? Jawabanya adalah nafsu senantiasa harus didampingkan dengan ajaran-ajaran Islam. Manusia dikatakan mengikuti hawa nafsu ketika manusia tersebut tidak mengikuti ajaran Islam.

Misalnya saja, kita mempunyai nafsu lapar, tetapi kita memenuhi rasa lapar tersebut dengan memakan makanan yang haram atau mendapatkannya dengan cara mencuri. Kita mempunyai nafsu belanja, tetapi kita memenuhinya dengan barang haram atau membeli barang tersebut dari hasil korupsi. Kita mempunyai nafsu berkuasa, namun kita mendapatkan kekuasaan itu dengan melakukan politik uang atau bermain curang saat pemilihan umum. Dan masih contoh yang bisa kita temukan dalam diri kita sendiri atau orang lain yang mencerminkan pemenuhan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.  

Oleh karena itu, puasa Ramadhan kali ini perlu dijadikan “kesempatan emas” untuk mendidik nafsu kita dengan cara mengendalikan keinginan-keinginan yang dilarang Islam. Keinginan makan, minum, berkarir, berkuasa, dan lain sebagainya harus bersandar pada semangat Islam. Harapannya, setelah Ramadhan selesai, kita menjadi manusia yang benar-benar suci, sungguh-sungguh kembali ke fitri. Jangan biarkan diri kita menderita kelaparan dan kehausan dengan tidak memperoleh apa-apa selain haus dan lapar itu sendiri hanya karena pesan moral ibadah puasa tersebut kita lupakan. Kita tidak cukup hanya mengendalikan nafsu makan, minum, atau seks sebagaimana biasanya dalam berpuasa. Kita juga harus mengendalikan nafsu-nafsu kita yang lain yang jumlahnya banyak sekali itu. 

Ikuti tulisan menarik ubaidmad lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler