x

Iklan

Muhammad Syahid Syawahidul Haq

Laki-laki yang cuma kurang kerjaan.
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Musik dan Cara Merawat Ingatan

bagaimana lekatnya hubungan antara musik dan kejiwaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Barangkali lagu Asal Kau Bahagia dari Armada dan Mars Perindo adalah sebuah keniscayaan sejati yang sulit untuk dilupakan. Pun dengan Surat Cinta Untuk Starla yang selalu menemani sambil berkendara ditengah teriknya matahari di perempatan lampu merah, semakin menambah ingatan yang seharusnya tidak pernah ada menjadi eksis.

Tawaran untuk, setidaknya, menolak mengingat memori usang yang telah terlewati ketika memutar lagu tertentu, nampaknya tak bisa ditangkis. Karena pernah pada suatu ketika, ingatan saya tentang ftv dini hari yang disiarkan oleh salah satu stasiun televisi swasta tanah air, seketika muncul ketika tak sengaja mendengar lagu Empat Mata dari D’Bagindas dan tak sengaja khidmat mendengarkan.

Jujur, secara psikis, lagu-lagu tersebut terasa mengganggu sekali: karena mampu memunculkan ingatan yang tidak penting. Ketidakmampuan otak dan hati dalam upaya untuk melupakan memori usang yang pernah singgah, menjadi sebuah kesedihan tak berujung. Mirip-mirip dengan gerakan move on dari sang mantan, tapi apa daya, suara erangannya masih terngiang jelas di otak dan telinga, hingga akhirnya malah bikin susah move on.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saya hanya mengira, pada awalnya, musik merupakan sebuah mantra sihir dari grup band ataupun seorang penyanyi solo yang tak bisa dijabarkan melalui ilmu-ilmu sains. Bertolak dari adanya sebuah hadits mengenai larangan untuk bermain musik, menjadi awal mula kebodohan saya: musik adalah sebuah rapalan mantra sihir dari ilmu hitam! 

Namun, teka-teki soal musik yang membangkitkan memori itu akhirnya terjawab juga ketika saya menyambangi pemutaran film indie berjudul Ageless. Sebuah film dokumenter yang sangat sederhana, yang memakai latar panti jompo, sesak dengan oma dan opa. Film dokumenter karya Kiki Assaf—DJ, aktivis vinyl dan produser—dengan Tata Karwata, seorang pengamat musik, yang melakukan wawancara bersama Dr. Maruli Mangunsong, seorang ahli neurologi yang mencoba menggali ihwal hubungan musik dan soal kejiwaan.

Bukan. Fokus utama dalam film itu tentu saja bukan hanya wawancara Tata bersama Dr Maruli. Itu hanya sebagai bumbu dan klarifikasi semata atas penelitian dan kegiatan yang telah dilakukan oleh Sukabumi Klub Vinyl: menyambangi panti jompo dan mencoba membangkitkan ingatan mereka melalui pemutaran sebuah lagu lewat piringan hitam era oma dan opa, juga membantu mereka mengikis kekosongan dengan sebuah musik.

Pada akhirnya, musik memang memiliki daya magis untuk membantu seseorang membangkitan memori lama. Musik dapat membawa seseorang hanyut ke dalam nostalgia. Apalagi, jika musik yang didengar adalah favorit. Terlihat dari ekspresi para oma dan opa yang begitu emosional.

Semua kompak mengatakan kalau mereka merasa kembali lagi ke masa muda. Dan ketika ditanya bagaimana jika mendengar musik zaman sekarang, mereka pun kompak: nggak mau!

Saya merasa sangat bahagia dan begitu menyentuh sanubari ketika melihat para oma opa menari dan mencoba bernostalgia sembari menggenggam erat dan melihat cover vinyl kesukaannya. Begitu lekatnya mereka dengan memori bahagianya pada masa lalu, berbekal vinyl yang diputar.

Yang menjadi keresahan saya sekarang sehingga saya menulis sesuatu yang kurang bermanfaat ini, yakni, saya lebih khawatir terhadap generasi kami: generasi milenial. Bagaimana sebuah musik yang secara kualitas mungkin masih dibawah, tapi karena perkembangan internet yang begitu pesat, ikut membantu penyebarannya. Sehingga, sangat gampang sekali untuk membantu menampilkan ingatan-ingatan.

Seperti ketika Mars Perindo dan Asal Kau Bahagia dari Armada begitu mendominasi jagat raya Indonesia, entah bagaimana saya akan mengenang memori yang telah ada menjadi sebuah memori yang paling berharga.

Apalagi jika Mars Perindo dijadikan sebuah soundtrack Naruto, saya lebih baik tidak pernah mendengar dan mengenal musik. Karena akan sangat tak masuk akal sekali ketika mendengar Mars Perindo, secara tiba-tiba, muncul sebuah memori yang di dalamnya saya sedang selonjoran sambil menyaksikan pertarungan Naruto melawan Sasuke di lembah kematian. Atau terlintas nada-nada dari Mars Perindo dengan sangat seringnya saat menonton Naruto sambil selonjoran.

Ikuti tulisan menarik Muhammad Syahid Syawahidul Haq lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu