x

Iklan

Tatang Hidayat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Tiga Pilar Dakwah KH. Sholeh Iskandar (Ulama Pejuang Bogor)

K.H. Sholeh Iskandar sebelum dikenal sebagai seorang Ulama, beliau dikenal sebagai pejuang yang tangguh

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tiga Pilar Dakwah "Sang Panglima Militer" KH. Sholeh Iskandar (Ulama Pejuang Dari Bogor) Dalam Meletakkan Pondasi Peradaban Islam*)

Oleh : Tatang Hidayat **)

K.H. Sholeh Iskandar lahir pada tanggal 22 Juni 1922 di kampung Pasarean Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Beliau merupa­kan anak kedua dari lima bersaudara, dari pasangan H. Muhammad Arif Marsa dan Hj. Atun Halimah. Sejak kecil sudah nampak ketertarikan ter­hadap ilmu – ilmu agama, dan atas dorongan dari orang tuanya, menurut Dida Djamilah BA, ayahnya belajar ke sukabumi, tepatnya di kecamatan Cantayan, beliau berguru kepada K.H. Ahmad Sanusi (Sukabumi).

Kiprah K.H. Sholeh Iskandar di Dunia Militer

K.H. Sholeh Iskandar sebelum dikenal sebagai seorang Ulama, beliau dikenal sebagai pejuang yang tangguh, bahkan banyak yang men­gatakan Sholeh Iskandar merupakan sosok komandan yang sangat ditakuti oleh serdadu Belanda.

Seperti dalam tulisan Beni Prakoso di prakosobeni.wordpress.com bahwa pasukan dibawah kepemimpinan Sholeh Iskandar berasal dari Markas Perjuangan Laskar Rakyat Leuwiliang, yang kemudian melebur bersama Hizbullah Leuwiliang, lalu mere­organisasi diri menjadi Batalyon I, Resimen Singadaru Biro Perjuangan Daerah XXXV Banten, dimana dalam bidang persenjataan sudah lebih dari yang dipersyaratkan untuk memben­tuk suatu Batalyon, saat itu persen­jataan yang dimiliki adalah 1:2, artinya setiap dua orang pasukan mempunyai satu senjata. Sementara syarat pem­bentukan satu Balyon TNI adalah memiliki senjata 1:5.

Pada masa pemeritahan Orde Lama pernah beberapa kali dipanggil ke Istana Bogor oleh Presiden Soekarno untuk membantunya sebagai menteri Veteran. Namun ditolaknya, dan tidak lama dari penolakan tersebut beliau ditangkap dan dijebloskan ke penjara selama 4 tahun tanpa proses hukum.

Penangkapan tersebut besar kemung­kinan akibat aktifitas K.H. sholeh Iskandar di kepengurusan Partai Masyumi bersama–sama dengan Muhammad Natsir, K.H. Noer Alie dan beberapa Ulama lainnya, yang memang pada saat itu berse­brangan dengan gagasan Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) nya Soekarno. Dalam sebuah kesempatan beliau pernah berkata, “Saya ditahan sampai tiga kali oleh Orde Lama itu. Dan dilepas tanpa diperiksa dan diproses”.

Peran Sebagai Ulama

Pada bulan Juni 1960 bersama – sama K.H. Abdul Ghaffar Ismail, Dr. M. Natsir, KH Hasan Basri, Dr. KH Didin Hafidhuddin MS, Dr. Anwar Haryono, Prof. Dr. AM. Saefuddin, Prof. Dr. Zuhal A. Qodir, Taufiq Ismail, Prof. Dr. Ir. H. A. Aziz Darwis, MSc dll., Mendirikan Pesantren Pertanian Darul Fallah di Jalan Raya Bogor - Ciampea KM.12, Bojong Jengkol, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. “Kalau saya ditanya, Pesantren ini mau kemana, saya akan menjawab : mau ke akherat,” Tutur beliau.

Pada tahun 1963 – 1967 Pesantren tersebut sempat terhenti, karena K.H. Sholeh Iskandar pada masa itu sedang dalam masa penahanan. Saat dibe­baskan tahun 1967, beliau kembali ke Pesantren Darul Fallah namun kondisi pesantren saat itu sangat tidak terawat, yang akhirnya memulai lagi dengan membenahi fasiltas – fasilitas pesantren yang tersisa.

Saat ini, dipesantren ini pelajaran ilmu agama hanya 30%, selebihnya merupakan pelajaran kejuruan pertanian, keter­ampilan dan umum. Agama Islam, di Pesantren Darul Fallah, sebagian dijabarkan dari segi amaliyahnya, tidak semata – mata diajarkan sebagai ilmu. Maka, pusat pendidikan ini lebih dikenal sebagai Pesantren Pertanian. Selama ini sebagai lembaga, kata K.H. Sholeh Iskandar, Darul Fallah tidak pernah mengalami hambatan. “Kesulitan justru datangnya dari luar.” Tambahnya “Karena ini barang baru, terkadang susah dipahami pemerintah. Pernah pesantren ini dicurigai sebagai proyek berbahaya.” ( sumber ahmad.web.id)

Tiga Pilar Dakwah K.H. Sholeh Iskandar

Kiprah K.H. Sholeh Iskandar ternyata tidak berheti sebagai Ulama saja, tetapi dalam dunia Pendidikan yang lebih luas, Kesahatan dan keuangan pun memiliki andil yang cukup besar, terutama untuk warga Bogor. Karena ini merupakan cita – cita besar beliau dalam melakukan dakwah nya, yaitu selain berdirinya pesantren sebagai pusat kaderisasi maka harus didukung pula oleh 3 pilar, yaitu berdi­rinya Perguruan Tinggi, berdirinya Rumah Sakit dan berdirinya Lembaga Perbankkan. Pilar yang pertama, Berdirinya Perguruan tinggi, K.H. Sholeh Iskandar bersama – sama Dr. Marzuki Mahdi, RSA Karta Djumena, Ir Prijono Hardjosentono, Yunus Dali, Ir. Imam Rahardjo, RSA. Suwignyo, H.M. Djunaedi mendirikan Universitas Ibn Kholdun (UIKA Bogor). Tepatnya berdiri pada tanggal 23 April 1961 dengan Alamat Jalan K.H. Sholeh Iskandar Km 2 Kedung Badak , Tanah Sereal, Kota Bogor.

Untuk merealisasikan Pilar Dakwah yang ke dua yaitu berdirinya Rumah Sakit, K.H. Sholeh Iskandar, pada tanggal 21 Februari 1982, men­gundang para tokoh masyarakat Bogor, kaum Cendikiawan, Ulama dan Dokter untuk mengadakan per­temuan silatuhrahim yang diselengg­arakan di kampus UIKA untuk mem­bahas masalah pendirian Rumah Sakit Islam di Bogor. Dalam pertemuan tersebut disepakati visi dan misi dalam mendirikan Rumah Sakit Islam Bogor.

Pilar yang ketiga adalah mendi­rikan lembaga keuangan, dapat direal­isasikan pada tanggal 8 Agustus 1992, yaitu diresmikannya BPR Syari’ah Amanah Ummah oleh Bupati Bogor yang pada saat itu di jabat oleh bapak Eddi Yoso Martadipura. Yang mela­tarbelakangi pendirian BPR Syari’ah Amanah Ummah ini adalah berang­kat dari keprihatinan K.H. Sholeh Iskandar, yang pada saat itu menja­bat sebagai Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat, dalam melihat realitas kehidu­pan masyarakat yang serba tertinggal, baik dilihat dari sisi ekonomi maupun lainnya tidak mencerminkan nilai syari’ah dan didasarkan pada suatu keyakinan umat yang kuat bahwa ajaran Islam adalah ajaran yang tidak hanya mengatur masalah aqidah dan akhlaq juga mengatur ibadah dan mua­malah dalam berbagai aspek kehidu­pan, termasuk kehidupan sosial-ekonomi.

Wafatnya K.H. Sholeh Iskandar

Beliau wafat pada tanggal 22 April 1992, saat beliau sedang mem­berikan tausyiah di kantor BKSPP Bogor dalam acara pengajian rutin bulanan, menjelang dzuhur beliau sholat dan makan siang, dilanjut­kan istirahat sambil tiduran. Namun sekitar ba’da ashar ternyata beliau sudah di panggil Illahi, wafat dalam keadaan melaksanakan dakwah di jalan Allah. Jasad beliau dimakamkan di pemakaman keluarga yang berlokasi di desa Barengkok, kecamatan Leuwil­iang, kabupaten Bogor.

Semoga apa saja yang telah ditorehkan oleh K.H Sholeh Iskandar dalam meletakkan pondasi peradaban Islam, mampu diteruskan perjuangannya oleh gen­erasi - generasi saat ini dan generasi masa yang akan datang. Amiin

*) Tulisan ini diringkas dari Majalah Suara Ulama edisi 4 tahun 2017

**) Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia

Ikuti tulisan menarik Tatang Hidayat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB