x

Iklan

Redaksi

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Perempuan Itu Memang Kuat ~ Dyah Agustina Waluyo

Catatan seorang dokter perempuan tentang kekuatan perempuan yang ditemuinya langsung di kamar praktiknya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Tulisan ini ditulis oleh Dr. Dyah Agustina Waluyo saat memperingati Hari Perempuan se-Dunia pada 8 Maret 2016. Tulisan lawas yang diunggah di akun Facebooknya itu menceritakan kehebatan para perempuan yang ia temui di kamar praktik dokter. Tulisan ini dinaikkan di Indonesiana sudah atas seizin penulis.

 

Perempuan itu memang kuat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Salah satu contohnya adalah perempuan yang saya jumpai di kamar praktik Prof Zubairi Djoerban semalam. Hampir 14 tahun yang lalu dia terdiagnosis kanker payudara. Operasi dan rangkaian kemoterapi dijalaninya dengan tabah. Tak pernah mengeluh.

Sesudah rangkaian terapi selesai, dia setia mendampingi sesama pasien kanker payudara untuk memberi support. Alhamdulillah, selama itu tak ada kekambuhan. Dan tetap tak ada keluhan.

Hingga beberapa minggu yang lalu, timbul keluhan nyeri di tulang. Dari hasil pemeriksaan bone scan menunjukkan ada metastasis di tulang. Tentu kami sedih. Perempuan itu menangis....sebentar, hanya sebentar.. tanpa suara. Tak ada yang dapat saya lakukan selain memeluknya.

Kemudian dia bertanya pada Prof Zubairi tentang rencana terapi apa yang harus dilaluinya. Saat kami selesai membahas rencana-rencana tersebut, ia berkata, "Saya akan urus itu, Dok. Cuma saya kepikiran suami saya. Saat ini beliau sudah tidak fit, tergantung pada saya dan saya harus menemaninya.

Saya juga mau mantu minggu ini, Dok. Bolehkah terapinya sesudah itu? Masih banyak yang harus saya siapkan." Tentu kami tak bisa melarang. Dengan pesan obat harus mulai diminum dan Senin semua berkas administrasi harus diurus.

Namun sungguh, diam-diam saya amat takjub. Di saat berita buruk tentang dirinya disampaikan, ibu yang baik hati ini masih memikirkan suaminya, putranya, keluarganya..

 

Perempuan itu memang kuat.

Pasien perempuan saya selanjutnya tak kalah hebat.

Ibu empat anak yang tertular HIV dari suaminya. Suaminya beberapa tahun yg lalu meninggal karena penyakit yang sama. Sekarang dia harus menghidupi empat putra-putrinya sendiri.

Tak pernah sekalipun saya mendengar keluhan darinya. Bahkan dulu, di saat pertama kali dia tahu bahwa suaminya terkena HIV dan menulari dirinya, ia memang menangis. Tapi ia kemudian bangkit. Air mata memang kadang menguatkan. Penuh kasih dan maaf, ia merawat suaminya yang kala itu sakit hingga meninggal.

Ia pun harus merawat putra-putrinya dan mengambil alih peran sebagai kepala keluarga... sembari menyempatkan diri untuk berobat.

Satu yang ia minta, " Tolong jaga rahasia tentang penyakit saya ya, Dok. Saya harus bekerja untuk anak-anak saya. Saya takut dipecat bila bos saya tahu kondisi saya."

 

Sampai semalam, ia tetap ceria saat datang kontrol rutin setiap bulan. Selalu penuh syukur menceritakan perkembangan anak-anaknya. Menceritakan bahwa si bungsu sudah hafal doa dan mengirimkan doa itu untuk ayahnya. Tak ada sesal. Tak ada dendam.

Saya yg menangis diam-diam

Ini adalah contoh-contoh kecil yang kebetulan saya temui.

 

Perempuan itu kuat..

Yang ada dalam pikirannya hanyalah menyejahterakan orang-orang sekitarnya

Yang ada dalam hatinya adalah cinta.

Maka perempuan harus dilindungi. Karena tak sempat lagi dia memikirkan dirinya sendiri

Selamat hari Perempuan se-dunia. Hormat saya untuk semua perempuan di dunia.

Ikuti tulisan menarik Redaksi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB