x

Iklan

Tri Handayani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Deteksi Dini Penyebab Utama Kematian Pada Wanita

Kanker serviks merupakan penyakit yang berbahaya bagi wanita khusunya untuk calon ibu.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Wanita kelak akan menjadi seorang ibu, yaitu guru pertama bagi anak-anak penerus bangsa. Tapi apa jadinya bila wanita tidak dapat mempunyai anak? Salah satu faktor wanita tidak bisa memiliki anak adalah kerusakan pada rahim maupun leher rahim atau yang biasa disebut seviks. Penyakit ini sangat membahayakan untuk para wanita khususnya calon ibu yang berkeinginan mempunya keturunan.

Kanker Serviks atau Kanker Leher Rahim adalah penyakit kanker yang menyerang leher rahim wanita. Penyakit kanker serviks merupakan penyakit dimana adanya tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim wanita. Leher rahim atau yang disebut serviks ini merupakan organ reproduksi wanita yang terletak di bagian bawah rahim dan berfungsi membantu jalannya sperma dari vagina ke rahim. Rahim adalah organ yang sangat penting bagi wanita, dimana dalam rahimlah wanita bereproduksi dan tempat berkembangnya janin.

Rahim tidak akan dapat bereproduksi jika vagina mengalami kerusakan pada leher rahim / serviks. Kanker serviks sendiri disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. HPV adalah kumpulan jenis virus yang menyebabkan kutil pada tangan, kaki, dan alat kelamin. HPV memiliki banyak jenis dan beberapa jenis dari HPV menganggu sel rahim dan memicu kanker.

Jenis HPV yang merupakan turunan dari virus HPV yakni HPV 16 dan HPV 18, berperan 70% dalam kasus kanker serviks. Jenis infeksi HPV ini tidak menyebabkan gejala apa pun, sehingga banyak wanita tidak menyadari mereka memiliki infeksi, padahal fakta membuktikan bahwa ternyata kebanyakan wanita dewasa sebenarnya dapat terkena HPV pada saat tertentu dalam hidup mereka.

HPV diketahui jadi penyebab kanker serviks yang utama. HPV pada umumnya di tularkan melalui hubungan seks. Semua wanita dari berbagai usia bisa berisiko menderita penyakit kanker leher rahim ini, tapi wanita yang aktif secara seksual sangat memiliki peluang besar terserang penyakit kanker leher rahim ini.

Pergaulan sekarang yang semakin bebas membuat banyak wanita jaman sekarang bebas melakukan hubungan seksual dengan pasangannya bahkan banyak wanita yang berganti-ganti pasangan. Melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan dapat meningkatkan risiko terkena HPV 16 dan 18. Memiliki perilaku seksual seperti seks tanpa kondom atau berbagi mainan seks (sex toys) sangat berisiko terkena penyakit yang menyerang leher rahim ini. Meskipun memakai kondom atau pelindung dalam melakukan hubungan seksual juga dapat menyebabkan terkena penyakit kanker serviks. Pap smear digunakan untuk deteksi dini pada kanker serviks karena metodologinya mudah di aplikasikan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya lesi pada kanker serviks. Pap smear biasanya dilakukan pada wanita usia subur yang telah melakukan hubungan seksual.

Mengingat penderita kanker serviks, jumlahnya sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Itu membuat kanker serviks disebut sebagai penyakit pembunuh wanita nomor 2 di Indonesia.

Label itu tidak berlebihan karena setiap hari di Indonesia dari 40 wanita yang terdiagnosa menderita kanker serviks, 20 wanita diantaranya meninggal karena kanker serviks.

Tercatat lebih dari 92.000 kasus kematian akibat kanker terjadi pada perempuan di Indonesia pada 2014. Sebanyak 10,3 persen merupakan jumlah kematian yang disebabkan kanker serviks.

Jumlah data pengidap kanker tahun 2016 ada 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa.

Untuk menekan jumlah penderita kanker serviks, pemerintah berupaya melakukan optimalisasi program deteksi dini kanker serviks yang digagas oleh Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) Kabinet Kerja. OASE Kabinet Kerja merupakan sebuah perkumpulan para pendamping menteri dan unsur eksekutif lain yang dipimpin oleh Ibu Iriana Jokowi, yang memiliki serangkaian program untuk mendukung tercapainya program yang dicanangkan oleh Presiden Jokowi.

Sebagai bentuk dukungan terhadap pelaksanaan program OASE Kabinet Kerja tersebut, BPJS Kesehatan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan pihak lainnya telah melakukan pelatihan IVA dan papsmear kepada 2.143 dokter umum dan bidan, serta telah melakukan pemeriksaan IVA kepada 81.001 peserta BPJS Kesehatan dan pemeriksaan papsmear bagi 248.940 peserta. Sebagai tindak lanjut penanganan kanker serviks, bagi peserta BPJS Kesehatan yang positif mengidap kanker serviks disediakan pula layanan krioterapi di fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Dalam melakukan tes pap smear, Dokter, umumnya merekomendasikan mengulangi tes pap smear setiap 3 tahun untuk wanita berusia 21-65 tahun. Namun, jika memiliki resiko tertentu dokter akan merekomendasikan untuk melakukan pap smear sesering mungkin agar menghambat pertumbuhan kanker.

Ikuti tulisan menarik Tri Handayani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

5 hari lalu

Bingkai Kehidupan

Oleh: Indrian Safka Fauzi (Aa Rian)

Sabtu, 27 April 2024 06:23 WIB