Menjadi Guru Qolbu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBMENJADI GURU QOLBU “ Mendidik dengan Kerendahan Hati dan Kerelaan Berkorban “
MENJADI GURU QOLBU
“ Mendidik dengan Kerendahan Hati dan Kerelaan Berkorban “
Oleh: Ridwan Mubarack, HP.082214777004
(Penulis adalah Dosen Fidkom UIN SGD Bandung, IAIS Sukabumi, UNPI Cianjur,
Wakil Ketua DPW Gema Math’laul Anwar dan Pengurus DPD KNPI Jawabarat)
“Guru qolbu adalah guru pada level tertinggi. Kerendahan hati dan kerelaan berkorban demi terciptanya anak didik yang paripurna merupakan dua modal utama sosok-sosok guru qolbu. Menjadi guru yang mampu menciptakan kenyamanan di dalam kelas; kehangatan dan kebersamaan tanpa menanggalkan tujuan inti pembelajaran bukan perkara mudah, karena tidak semua guru mampu melakukan ini”. (Mubarack)
Masih ingat dengan Een Sukaesih? Seorang guru dari Kabupaten Sumedang yang mengalami keterbatasn fisik namun memiliki semangat membara dalam mendidik anak-anak didiknya. Meski tubuhnya lemah tergolek diatas pembaringan, Een masih saja istiqomah menjalankan kewajiban mengajar di rumahnya. Anak-anak didiknya yang mendatangi Een ke rumahnya untuk belajar hingga menjelang akhir hayatnya, tugas Een sebagai pendidik tetap ia jalankan. Sejak masih duduk dibangku SLTA, Een memang memiliki cita cita luhur menjadi seorang pendidik. Namun sayang rencana dan harapan Een pupus begitu saja. 26 tahun lalu Een termasuk guru CPNS (calon pegawai negeri sipil) di sebuah SMA di Cirebon. Entah apa penyebabnya, penyakit rheumatoid arthritis menyerang fisiknya hingga ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Tangan dan kakinya tidak bisa bergerak. Namun meskipun demikian, tidak ada satu haripun yang ia lewatkan untuk tidak mengajari anak-anak didiknya, meski kian hari tubuhnya kian rapuh-ringkih dan lunglai digerogoti oleh penyakit, Een tetap tak bergeming, terus saja mengajar dengan alasan panggilan jiwa, ia menyulap tempat tinggalnya menjadi rumah pintar. Sungguh suatu keteladanan bagi para pendidik di negeri ini, mengajar memang haruslah berangkat dari hati, niat yang tulus yang akan berbuah manis kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menjadi pendidik memang tidak semudah membalikan tangan, perlu proses panjang hingga tercipta seorang guru yang memahami metodologi pembelajaran. Tidak cukup hanya memahami metodologi, lebih dari itu, seorang pendidikpun harus mampu mengimplementasikan metodologi pengajaran pada tataran riil di tengah anak-anak didiknya. Hal yang menjadi ruh dari itu semua adalah menciptakan kondusifitas dan kenyamanan ketika KBM berlangsung. Nyaman disini dapat dipahami nyaman bagi pendidik, nyaman bagi anak didik, dan nyaman bagi lingkungan tempat KBM itu berlangsung. Sehebat apapun materi yang disampaiakn oleh guru, namun ketika siswa tidak kerasan di dalam kelas karena guru gagal dalam menciptakan rasa nyaman, maka tujuan akhir pembelajaran tidak akan terwujud.
Kenyamanan adalah suatu kondisi perasaan seseorang yang merasa nyaman berdasarkan persepsi masing-masing individu. Sedangkan nyaman merupakan suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang bersifat individual akibat beberapa faktor kondisi lingkungan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, nyaman memiliki arti segar; sehat, sedap, sejuk, dan enak. Sedangkan kenyamanan adalah keadaan nyaman; kesegaran, kesejukan. Kenyamanan (comfort) sebenarnya sangat sulit untuk diartikan karena bersifat individu dan tergantung kepada kondisi perasaan orang yang mengalami situasi tersebut. Rangsangan yang berasal dari kondisi lingkungan berupa suara, cahaya, bau, suhu dan lain-lain masuk melalui melalui syaraf indera manusia kemudian dicerna oleh otak untuk dinilai. Otak akan memberikan nilai nyaman atau tidak rangsangan tersebut.
Nyaman dan tidak nyaman adalah masalah perasaan ataupun hati. Pun demikian, KBM akan menghasilakn anak didik yang paripurna dalam penguasaan ilmu pengetahuan ketika hati sebagai sesuatu yang halus (latifah) telah tertambat kepada guru sebagai pendidik. Guru dalam hal ini, dituntut untuk mengetahui karakteristik anak didik person to person, karenanya pendekatan emosional untuk menciptakan kenyamanan, sesuatu yang harus dilakukan. Guru yang baik akan selalu berusaha mendengar apa yang menjadi keluh kesah anak-anak didiknya, meninventarisir permasalahan-permasalahan di dalam kelas bahkan hingga kepada permasaahan pribadi anak didik yang berdampak terhadap prestasi belajarnya di sekolah. Setelah menginventarisir kemudian dilanjutkan dengan menganalisa permasalahan tersebut, menyimpulkan dan mengambil tindakan yang dianggap perlu dan dipandang sebagai solusi. Memang benar guru memiliki keterbatasan waktu dalam melakukan pendekatan personal kepada anak didiknya, karenanya fokuslah kepada permasalahan-permasalahan yang dipandang paling penting untuk segera diselesaikan. Prinsip mementingkan yang penting dan tidak mementingkan yang kurang penting menjadi pilihan guru dalam melakukan pendekatan kepada anak-anak didiknya di sekolah, terutama di dalam kelas demi kenyamanan pembelajaran.
Menjadi guru yang mampu menciptakan kenyamanan di dalam kelas; kehangatan dan kebersamaan tanpa menanggalkan tujuan inti pembelajaran bukan perkara mudah. Karena tidak semua guru mampu melakukan ini. Niat yang tulus ikhlas memberikan ilmu kepada anak didik hingga memaksimalkan peran dalam KBM merupakan rumus kunci dalam mengawal anak didik menjadi insan-insan akademis yang sadar diri. Sadar ketika dirinya (anak didik) tidak menguasai materi pelajaran maka ia harus belajar keras untuk memahami pelajaran, sadar ketika ia nakal maka ia berusaha merubah sikapnya lebih baik lagi, sadar ketika ia banyak tertinggal dalam aktivitas sekolah maka ia berusaha turut serta dalam kegiatan-kegitana sekolah, dan yang paling penting dari itu semua, anak didik haruslah sadar diri bahwa usianya kini adalah usia belajar yang harus dimaksimalkan untuk aktivitas belajar, tidak untuk yang lain. Kalaupun ia bermain, permainannya selalu memiliki nilai-nilai pembelajaran yang ada korelasinya dengan kegiatan-kegiatan pembentukan karakter yang baik.
Mewujudkan sososk-sosok siswa yang sadar diri, lagi-lagi bukanlah perkara gampang pula, apalagi diusia anak dan remaja. Perlu pendekatan-pendekatan persuasif dengan melibatkan hati sebagai perangkat utamanya. Kerelaan hati untuk berbagi dengan anak didik tentang beragam hal yang dibutuhkan sebagai bekal masa depan mereka kelak, akan menjadi fundamen utama tersampaikannya materi dan bahan ajar kepada anak didik. KBM yang didasari oleh rasa kasih sayang dan kerelaan berbagi yang bersumber dari hati sanubari paling dalam dari seorang guru, akan ditangkap sebagai signal-signal positif oleh anak didik. Kenyamana akan muncul, riang gembira akan tercipta selama pembelajaran, dan yang paling penting materi ajar akan terserap seutuhnya, pesan-pesan positif pengajaran akan ditangkap dengan sangat mudah oleh anak didik. Pada level inilah sebenarnya, seorang guru telah berhasil menjadi seorang pendidik yang sebenarnya, ia kini telah menjadi guru qolbu.
Guru qolbu adalah guru pada level tertinggi. Kerendahan hati dan kerelaan berkorban demi terciptanya anak didik yang paripurna merupakan dua modal utama sosok-sosok guru qolbu. Hal ini sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh Profesor HM Surya, guru besar UPI Bandung yang juga menjadi dosen idola Een saat kuliah di IKIP Bandung. Kedua hal tersebut (rendah hati dan rela berkorban) mudah diucapkan namun teramat sulit untuk dipraktekan, dua hal ini dalam dunia profesional dimaknai sebagai integritas dan dedikasi seorang pendidik dalam menjalankan tugas sucinya sebagai sang pencerah. Kepada segenap pendidik di Republik ini, jadilah guru qolbu yang sebenarnya, masa depan bangsa ini ada digenggaman tanganmu. (Wassalam-Disarikan dari berbagai sumber).
Cianjur, 08 Januari 2018
Penulis

Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Menjadi Guru Qolbu
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBMelamar Kerja Menjadi Kepala Daerah
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler