x

Iklan

Syarif Yunus

Pemerhati pendidikan dan pekerja sosial yang apa adanya
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Zaman Now Dikit-Dikit Ngomong "Tapi" ...

Kata "tapi" seringkal digunakan untuk pembenaran. Apa saja "tapi", dikit-dikit "tapi". Bicaralah tanpa "tapi"

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Orang Zaman Now "Dikit-dikit TAPI".

 

Seorang teman menyesal karena gak mau nyicil rumah 3 tahun lalu. Padahal dari segi harga terjangkau. Tapi katanya, daerahnya masih sepi dan lokasinya jauh.... Kok menyesal? Iya, karena sekarang, rumah itu udah mahal harganya. Lokasinya pun gak jauh karena ada jalan pintas sedang dibangun pun daerahnya tiba-tiba rame. Terus masalahnya apa?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Gak ada masalah sih. Cuma zaman now gini, makin banyak aja orang yang ngomong dikit-dikit TAPI. Tapi inilah... Tapi itulah. Tapi, cuma buat alasan saja. Padahal, takut ambil keputusan takut ambil risiko. Salah kaprah, "tapi" jadi dipakai untuk nyari-nyari alasan doang.

TAPI, dalam ilmu bahasa itu kata penghubung. Untuk menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras. Namun, TAPI gak bisa sembarang dipakai. Karena konteksnya harus berhubungan, harus relevan. "Dia sudah belajar keras TAPI tidak lulus". TAPI pada kalimat itu benar.

 

TAPI, itu salah dipakai jika punya duit hanya cukup buat beli rumah di Bogor. Gak usah bilang kejauhan. Kalo duitnya banyak, ya silakan beli rumah di Jakarta.

 

TAPI itu salah dipakai. Bila sekolahnya bukan jurusan politik atau tata negara. Tapi kalo udah ngomongin politik atau negara kayak orang paling jago sejagat.

 

Gak tahu dah, kita emang suka gitu sih. Kebanyakan tapi... Dikit-dikit tapi. Semua urusan ada "tapi"-nya. Pantes gak kelar-kelar.

 

Dikit-dikit TAPI. Selalu saja cari-cari alasan.

Udah tahu disakitin mulu saat pacaran, tapi udah putus masih dikangenin aja.

Udah tahu tampangnya segitu doang, tapi dipoles melulu biar licin.

Udah tahu lampu merah, tapi nyelonong aja karena yang lain juga begitu katanya.

Udah tahu punya buku, tapi gak pernah dibaca karena sibuk dan gak ada waktu.

Udah tahu kolestorel tinggi, tapi makan gak ada yang dipantang.

Udah tahu anaknya mau jadi pilot, tapi bapaknya maksa jadi polisi.

Udah tahu presidennya ganteng, tapi masih dicari-cari aja yang jeleknya.

Udah ahhh, kebanyakan TAPI. Capekkk dechh...

 

Kata TAPI itu jadi dilematis. Saran aja sih. Kalo bisa sih, hindarilah dikit-dikit TAPI.

Karena TAPI itu bukan sensasi. Bukan juga obsesi. TAPI juga bukan alasan untuk membenarkan yang salah. Mau sehebat apapun alasannya, sesuatu yang SALAH tidak bakal berubah jadi BENAR. Itu hukum.

 

TAPI itu bukan untuk pembenaran. TAPI itu untuk memperbaiki diri, untuk evaluasi diri. Lebih bersifat reflektif. "Saya memang salah TAPI saya berusaha untuk lebih baik".

 

Sudahlah, jangan dikit-dikit TAPI.

Ikuti saja hati nurani plus logika dikit. Kalo cocok silakan, kalo gak cocok ya sudah.

 

Kita itu akan terus merasa kurang. Kalo gak pernah merasa cukup. Maka katakan, apa yang ada dan dipunya sekarang CUKUP. Tanpa ada TAPI.

 

Gak usah "dikit-dikit TAPI". Hal apapun urusan apapun. Abaikan saja emosi dan rasa yang terlalu egois. Kembalilah ke hati nurani. Tanpa TAPI.... Mumpung masih ada kesempatan. Masih ada waktu untuk hidup lebih baik. Sebelum kita berbaring di ranjang kematian dan menyesali keputusan kita dahulu. Jangan lagi, dikit-dikit TAPI... ciamikk

Ikuti tulisan menarik Syarif Yunus lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler